Part 3 Akibat Membuang Sesajen

3.9K 99 4
                                    

Part sebelumnya :

"Aneh, sesajen seperti ini dijadikan budaya di tempat seperti ini!" aku beranjak dari tempatku berdiri dan membuang satu persatu sesajen ini ke dalam tong sampah ruang kerjaku.

***

Aku benar-benar tidak ambil pusing mengenai sesajen yang telah kubuang ke dalam tong sampah, sejak kecil aku diberitahu oleh orangtuaku agar tidak terlalu mempercayai hal-hal klenik seperti ini. Namun itu semua berbanding terbalik dengan kakekku yang seorang tentara, beliau tampaknya mengerti banyak mengenai beberapa hal mengenai hal-hal klenik. Aku hanya menjadi pendengar cerita kakek semasa hidup tampaknya banyak hal-hal ganjil yang ia ceritakan mengenai hal-hal gaib yang pernah ia alami.

Aku melanjutkan semua perkerjaanku hingga jam pulang kantor menjelang, tidak ada hal aneh yang terjadi pasca sesajen yang kubuang di tong sampah. Waktu demi waktu terlewati dengan cepat, aku segera memutuskan untuk pulang dan merapikan meja kerjaku dan memasukkan beberapa dokumen ke dalam tas kerjaku untuk dibawa pulang.

Jonathan dan Priska terlihat tengah berbincang di lobby kantor, mereka berdua tampaknya menungguku. Aku mulai merasa kalau ke depan setidaknya aku harus lebih tepat waktu sedikit dari pada mereka berdua, tidak enak rasanya menjadi orang yang paling telat seperti ini. Masalah tepat waktu sebenarnya adalah masalah yang selalu menjadi permasalahanku yang terlalu perfeksionis ini, namun menjadikan aku menjadi orang yang cukup telat dalam beberapa hal.

"Maaf kalau aku sedikit telat!" ujarku sembari membungkuk.

"Haha ... sudah tidak apa-apa! Ayo pulang!" ajak Jonathan sembari mulai masuk ke dalam mobil jemputan kami bertiga.

Priska tak banyak bicara. Ia langsung masuk ke dalam mobil sembari sibuk memainkan handphonenya, tampaknya ada banyak pesan yang harus ia balas, karena di sepanjang perjalanan ia hanya fokus terhadap handphonenya yang memiliki hardcase berwarna pink dengan telinga kelinci di atasnya.

Sesampainya di mess, kami bertiga tak banyak bicara dan kembali ke kamar masing-masing. Aku cukup menikmati hari pertamaku berkerja, walau ada beberapa hal aneh yang aku temui di kantor hari ini. Aku segera mandi untuk membersihkan diri, berganti pakaian dan kemudian melakukan ibadah, setelah selesai aku menikmati makanan yang diantarkan oleh OB yang mengurusi paviliun, malam ini lauknya adalah nasi goreng ditambah dengan ayam goreng di atasnya. Aku segera menikmati makanan tersebut dan menyelesaikan urusan perutku.

Setelah merasa kenyang dan mengakhiri makan malam, aku memutuskan untuk duduk di tepian kasur, jam masih menunjukkan pukul 9 malam ini, bintang-bintang terlihat begitu terang dari luar jendela. Aku membuka jendela kamarku dan menatap langit malam yang temaram. Udara dingin merasuk masuk ke dalam kamar, suara jangkrik bersahut-sahutan silih berganti dan terakhir terdengar suara anjing yang melolong panjang beberapa kali, seketika aku teringat mengenai petuah dari kakek dahulu.

"Dy ... ingatlah! Ketika malam menjelang, suasana dingin merasuk ke dalam kulit dan terakhir adalah suara lolongan anjing atau serigala yang begitu pilu, hal itu semua memiliki banyak pertanda salah satunya ketika anjing atau serigala itu melihat suatu hal yang tidak kalian lihat!" terang sang kakek dalam kenanganku.

"Memangnya apa yang mereka lihat, kakek?" tanyaku penasaran.

"Makhluk-makhluk seperti ini, biasanya melihat hantu ataupun jin di sekitar mereka, oleh karena itu mereka melolong sembari memberi pertanda, bahwa ada makhluk lain di antara kita." Ucap kakek dengan raut muka serius.

"Lalu apa yang harus kita lakukan, jika hal itu terjadi di kemudian hari, kakek?"

"Tidak ada hal yang harus kamu takuti, cucuku! Manusia adalah makhluk yang paling sempurna dari semua ciptaan Tuhan. Ingatlah siapa tuhanmu, panjatkan doa kepadanya dan mohon perlindungan ketika merasakan hal-hal gaib seperti itu. Jin pasti akan terus menakut-nakuti dan menggoda manusia agar menjadikan ketakutan itu sebagai cara menyesatkan manusia!"pesan kakek kepadaku.

Aku hanya tersenyum, mendapati petuah kakek yang selama ini masih bisa kukenang dengan jelas. Dengan ketetapan hati, aku menutup kembali jendela kamarku, berdoa dan meminta perlindungan kepada Tuhan semesta alam. Rasa takut yang kuderita perlahan-lahan menghilang dan perasaan tenang mengelayuti hatiku, aku kemudian memutuskan untuk tidur, karena besok pagi aku harus pergi untuk mengecek lokasi kebun yang menjadi tempat pencurian buah sawit oleh beberapa warga desa di sekitar perkebunan.

***

Seorang pria yang terbiasa mengurusi urusan kebersihan kantor ini terperangah, ia mendapati sesajen yang sebelumnya ia siapkan di salah satu ruangan kantor sudah tidak berada di tempatnya dan yang membuatnya tak habis pikir adalah sesajen itu dibuang ke tong sampah. Hal ini baru pertama kali terjadi, semenjak ia berkerja di perusahaan ini.

"Gila ... apa orang ini tidak tahu konsekuensi apa yang harus ia terima?"

Seorang pria kemudian masuk dan berkata kepada OB tersebut, "Ada masalah apa?"

OB pria yang terkejut ini segera menoleh dan membalas perkataan tersebut, "Tampaknya anak baru itu membuang sesajen ke dalam tong sampah, Pak!"

"Hmm ... segera ganti dengan yang baru sebelum terlambat! Biar aku yang memberitahu anak itu esok hari!"

"Baik, pak!"

OB tersebut segera pergi ke dapur dan menyiapkan sesajen. Ia tidak berniat bernasib sial seperti apa yang pernah terjadi beberapa bulan yang lalu. Pria ini kembali mengingat kejadian beberapa bulan yang lalu, dimana ada seorang wanita yang tidak sengaja menendang sesajen dan tidak merapikannya kembali, apa yang terjadi selanjutnya adalah perempuan tersebut kesurupan dan kabar terakhir mengatakan kalau kejiwaan wanita tersebut terganggu karena terlalu sering melihat hantu.

OB ini meletakkan kembali sesajen tersebut ke tempat sebelumnya. Hal aneh mulai terjadi sesaat wadah tempat sesajen itu menyentuh tanah, lampu ruangan tersebut tiba-tiba pecah dan membuat pria ini terkejut. Ia benar-benar ketakutan, rasanya rasa takut benar-benar menghampiri dirinya. Ia tidak pernah berpikir, kalau lampu ini seketika pecah dan semuanya menjadi gelap. Ia berjalan meraba-raba, karena lampu ruangan yang gelap gulita, hingga tidak sadar langkahnya terhenti. Ia merasakan seperti ada seseorang tepat di depan matanya.

"Pak ... apakah itu, bapak?"tanya pria ini penasaran.

Sosok yang ada di hadapannya tidak bicara apa-apa, hanya terdengar suara nafas yang sangat berat, "Huh ... huh ...,"

"Pak tolong jangan menakuti aku! Keadaannya sedang tidak enak, pak!"pinta pria ini setengah menghiba.

Sosok di depannya tetap tidak berbicara, karena penasaran pria ini mencoba untuk meraba-raba apa yang sebenarnya ada di depannya. Namun hal itu malah membuat bulu kuduknya meremang ngeri, ia merasakan sesuatu yang lengket dan berbau busuk ketika menjulurkan tangannya ke arah depan, karena penasaran pria ini mencium hal lengket yang ada di tangannya. Ia benar-benar terkejut, karena apa yang ia cium ternyata berbau busuk seperti mayat dan hal lengket yang ia sentuh sebelumnya ternyata berbau darah. Pria ini benar-benar terkejut dengan keadaan tersebut dan tanpa sadar tubuhnya limbung dan jatuh karena pingsan.

Sosok hitam dengan mata merah yang muncul di hadapan OB pria tadi perlahan-lahan mendekat ke arah sesajen. Ia hanya mempelototi sesajen tersebut dan hal yang terjadi selanjutnya adalah bunga setaman itu menjadi layu, kopi pahit itu berkurang sedikit demi sedikit hingga habis dan kemudian rokok lisong itu hidup dengan sendirinya dan dengan cepat hilang menjadi abu. Sosok hitam tinggi besar, berbulu, memiliki bola mata merah dan terakhir adalah taring yang mencuat ke atas bagaikan seekor babi rusa, hanya tersenyum penuh arti ke arah pria tersebut dan kemudian menghilang menjadi kepulan asap, hanya menyisakan tubuh OB pria yang masih pingsan di atas lantai.

#Bersambung

WADAL (Aku Butuh Tumbal Anak Manusia)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang