Satu

9 0 0
                                    


Hujan sudah mulai reda. Ann baru saja kembali ke rumah. Dengan segera ia menyalakan saklar agar ruangan ini tak lagi gelap gulita.

Payung itu segera ia letakan di tempatnya di pinggir pintu. Dan dengan segera ia melepaskan alas kakinya. Ann memang seorang pluviophile. Semuanya tau dan ia pun tak menampik. Namun tetap saja ia juga tak nyaman jika dingin mendera akibat tubuhnya yang terlalu basah itu. Tak lama, ia segera berjingkat ke kamarnya. melewati ruang tangga.

Rumah ini sebenarnya tidak terlalu luas. Berada di deretan rumah rumah lainnya. Namun desain interior yang tepat dan rumah yang memiliki dua tingkat memberikan kesan luas.

Ann segera memasukan tubuhnya ke dalam bathtub. Memanjakan dirinya dengan air hangat yang sudah disiapkan menggunakan pemanas. Ia harus segera mengembalikan suhu tubuhnya dan menyegarkan diri. Sedihnya, ia memanjakan diri bukan untuk beristirahat namun untuk bersiap agar bisa melanjutkan tugasnya sesegera mungkin.

Tuntutan deadline amat membebaninya. Namun janji yang ia terlanjur berikan pada Dave menjadi lebih penting saat ini. Sial. Kenapa Ia mau menjanjikan hal tersebut pada Dave. Pada pria yang notabene terlalu dekat. Hanya bermodal wajah tampan dan pembawaan yang ramah serta kharismatik, Ann terasa tersihir oleh pria tersebut.

Rambut mengambang dalam air yang beriak riak itu. Ann memejamkan mata. Merasakan kenyamanan dari air yang seolah menyatu dengan elemen tubuhnya. Setelah beberapa lama dan dirasa cukup, Ann akhirnya segera keluar. Menyambar bathrobe yang kemudian ia gunakan untuk membungkus tubuhnya.

Dan tak sampai satu jam, kini Ann sudah kembali menyibukkan diri dengan laptop dan beberapa kertas yang menumpuk di sisi kirinya. Laptop baru ia nyalakan. Kemudian ia memasukan USB berisi foto-foto hasil liputan tadi.

KRINGG.. Ponselnya berbunyi. Tepat saat ia baru membuka beberapa foto.

"Hai Ann. Sudah menemukan inspirasi?"

"Aku baru melihat-lihat hasil foto tadi. Kuharap ada yang bisa memuaskan hati bos kita.."

"Semoga. Ohiya, apa kau sudah dapat kabar dari Alex?"

"Belum. Entahlah Kim. Sepertinya ia benar-benar sibuk.."

"Ah dasar si bodoh itu.." Kim kembali menggerutu. Mengundang gelak tawa dari Ann

Sambil mendengarkan ocehan Kim, mata Ann bermain melihat-lihat setiap detail foto yang ditampilkan di laptopnya itu. Satu foto. kemudian ia beralih.

Seketika Ann merasa terkejut. Di salah satu foto ia menemukan sosok aneh. Ann memejamkan mata sejenak. Memastikan apakah matanya lelah atau memang ada sesuatu di foto itu. Namun ketika matanya kembali terbuka, ia melihat sosok itu. Lebih jelas.

Entahlah. Seperti bayangan. Mirip seperti orang yang berlari. Namun cukup aneh. Mengingat kamera yang digunakan dalam liputan tadi bukanlah kamera murah. Ditambah fitur anti goyang yang sudah dimilikinya.

"Ann, kau masih disana?" Kim memanggilnya.

"Ya.. tentu.." jawab Ann.

"Ah sepertinya kau sibuk ya? Jangan biarkan aku menganggumu.. Selamat malam.."

"Selamat malam Kim.." panggilan pun diakhiri.

Ann terdiam. Perlahan ia berusaha membesarkan ukuran gambar di laptopnya itu. Untuk melihat lebih jelas.

KRIING.. Seketika ponsel berbunyi lagi dan saat itu pula Ann hampir melompat karena terkejut.

"Ada apa lagi Kim.."

"Ann, kita harus pergi sekarang.."

"Ada apa?"

"Ini tentang Alex..."

***

Belum sepenuhnya malam, ketika Ann dan Kim menyadari bahwa salah satu dari teman mereka kini sudah mengalami masalah serius.

Kedua manusia itu berdiri di depan polisi yang kini sedang berdiam sambil memandangi mereka.

"Kami baru mengetahui bahwa korban adalah teman kalian setelah ada laporan bahwa ia belum pulang lebih dari 24 jam" ujar polisi paruh baya tersebut. Ann terdiam. Kulitnya yang seputih susu itu semakin memucat karena rasa terkejut yang tak mampu dibendungnya.

Wanita itu refleks memeluk Kim. Kendati pria yang memeluknya itu tidak lebih tegar daripadanya, namun setidaknya Kim berupaya untuk menenangkan wanita ini.

"Apakah sudah diketahui penyebabnya?"

"Dari hasil identifikasi, sepertinya korban diserang oleh hewan buas. Namun hasil kerja sama kami dengan patroli dan ahli kehewanan, belum ditemukan hewan buas yang lepas dari hutan.." Dan tentu jawaban itu tidak memuaskan rasa penasaran mereka.

"Kami sudah menghubungi pihak keluarganya dan katanya mereka akan segera kemari.." lanjut polisi itu lagi. Ann tersenyum miris.

"Baiklah, kami permisi. Masih ada yang harus kami kerjakan" Ia berpamitan. Meninggalkan Ann dan Alex yang terpaku dan merenung.

"Kita harus bisa melepaskannya, Ann.." Ujar Kim, melawan rasa ketidakpercayaannya sendiri. Ann mengangguk lemah.

"Aku tak punya banyak persediaan pakaian hitam.." ujarnya lirih.

"Tapi kau punya kan? Setidaknya ada satu pakaian hitam yang bisa kau kenakan untuk bersiap menghadapi kenyataan semacam ini" Kim benar. Pria humoris itu kini bisa tampil lebih dewasa.

"Kita pulang dulu. Nanti kita bertemu lagi setelah bersiap-siap" Ann mengangguk. Mereka berdua pun berpisah.

***

Pagi masih terlalu dini disambut dengan gerimis yang enggan berhenti. Separuh dunia berduka. Dan menyisakan tanda tanya besar.

Ann hari ini bersiap untuk memberi penghormatan pada Alex. Dan bosnya sudah memberikan izin. Tentunya karena Alex juga merupakan salah satu pekerjanya.

Ia mematutkan diri di depan cermin. Memandangi wajahnya yang tak terlalu segar. Ikat rambut yang ia sudah pegang kemudian kembali ia letakkan. Rambutnya akhirnya dibiarkan tergerai begitu saja. Sejenak menoleh ke foto dalam figura yang menampakan potret mereka bertiga, kemudian Ann tersenyum kecut.

Ia pergi.

Ia melangkahkan kakinya. Menuruni beberapa anak tangga yang tak terlalu tinggi di depan rumahnya. Sedikit berlari karena hujan masih belum berhenti. Dan di depan rumah sudah ada mobil yang menunggu.

Kim. Pria itu sudah menanti di dalam sana. Dengan wajah yang sama dukanya dengan Ann.

"Kau siap?"

"Aku tak pernah siap, Kim."

"Kau harus, Ann. Karena cepat atau lambat kita akan tetap kehilangan.."

"Ayo.."

***

Di pelataran rumah ini, sekumpulan orang berdatangan. Perpaduan pakaian-pakaian hitam yang ditutupi payung-payung itu bergunduk di suatu tempat yang diliputi kedukaan.

Ann menarik napas sebelum akhirnya menuruni mobil. Ia kemudian membuka pintu dan segera bergegas. Mendahului Kim yang masih berada di dalam.

Beberapa pasang mata melihat ke arah Ann yang baru datang. Wanita itu tak terlalu mempedulikannya. Ia memilih untuk bergegas lebih cepat dan mencari keberadaan seseorang.

Dan matanya menangkap sosok wanita bertubuh subur yang sedang menunduk dan dikelilingi beberapa orang.

"Oh Ann.." ia memeluk tubuh Ann setelah mendapati wanita itu sudah datang. Tangisnya kembali pecah. Dan Ann membiarkannya.

"Aku sangat menyesal.." Kim menyusul dan bergabung dengan mereka.

Ia adalah Ibunda Alex. Seorang janda yang mengandalkan Alex sebagai tulang punggung keluarga mereka. Tak terbayangkan apa yang bisa mereka lakukan setelah kepergiannya.

"Ann.. katakan ini mimpi.." Ann hanya bisa terdiam miris. Ia kemudian menggelengkan kepalanya. Sayangnya ia tak bisa membtulkan bantahan dan penolakan apapun dari wanita itu untuk kali ini. Dan lagi-lagi tangis itu pecah.

"Ann, kau harus bantu aku.."

***

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Jul 29, 2018 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

PluviophobiaWhere stories live. Discover now