chapter 1 : Our Story

70 4 1
                                    

Seorang pria bertubuh jangkung baru saja keluar dari dalam kemudi mobil lamborghini berwarna merah. Ia melepas kacamata hitam yang bertengger dimatanya dan menyelipkan benda itu pada kedua sisi telinganya ke arah belakang kepala. Pandangan matanya menerawang gedung tinggi disekeliling kampus itu. Ia adalah Adrian Chelo Atmaja, kulitnya sawo matang namun tak mengurangi ketampanannya. Ia merupakan mahasiswa baru Di UGM dengan jurusan Tekhnik sipil. Ia tersenyum ketika mendapati 3 orang pria yang ketampanannya kurang lebih dari dirinya berjalan kearahnya.

"Welcome to UGM, Chelo!" Pekik salah satu pria itu. Ia adalah Daniel Hatomo Sanjaya, pria yang memiliki kulit putih dengan tubuh tegap dan tinggi. Memiliki dua lesung pipi, membuatnya terlihat begitu manis saat tersenyum. Ia merupakan mahasiswa semester 3 jurusan Sastra Inggris.

"Gue gak nyangka lo bisa keterima disini." Celetuk pria berkacamata. Ia adalah Erza Putra Radinata. Memiliki badan yang sedikit berisi, karena baginya hidup terlihat menyenangkan ketika kamu mempunyai badan yang berisi. Ia merupakan mahasiswa semester 3 jurusan Sastra Inggris. Sama seperti Daniel.

Seorang pria berkemeja merah menoyor pelan kepala Erza. Ia adalah Satria Prajaya Effendy, memiliki tubuh yang paling tinggi diantara sahabat-sahabatnya. Ia juga paling keras kepala diantara mereka, mengikuti kegiatan taekwondo dikampusnya. Ia merupakan mahasiswa semester 2 jurusan Seni.

Adrian hanya tersenyum mendengar celotehan mereka. Ia mengerutkan kening ketika tak melihat satu sahabatnya lagi. "Bang Liam mana?"

"Biasalah, hari ini dia bolos lagi. Mau ngunjungin pacar tercintanya." Kata Erza.

Satria tersenyum sinis. "Gue gak habis pikir sama tuh anak. Orang mati dipacarin."

"Jangan gitulah. Dia pasti punya alasan. Gue yakin." Daniel meluruskan.

Mereka mengangguk bersamaan. "Gue laper nih, kantinnya dimana?" Adrian menyengir sambil memegang perutnya.

Erza menoyor pelan kepala Adrian. "Yaelah, lo pertama masuk kuliah langsung pengen bolos ke kantin?"

Adrian tak menanggapi pertanyaan Erza. Ia mendahului mereka. "Yuk ah, gue laper."

📖

Entah sudah berapa jam ia menatap sendu  batu nisan dihadapannya itu. Dua tahun berlalu semenjak kepergian wanita tercintanya, membuat ia rela mengunjungi peristirahatan terakhir wanita itu untuk sekedar berucap selamat pagi atau hal lainnya. Terkadang membawa novel kesukaan wanita itu, membacakannya pelan dan tanpa ia sadari tetesan air mata perlahan jatuh tanpa permisi. Ia adalah William Dwi Raharjo, memiliki hati yang gampang sensitif membuat ia sulit melupakan. Hidung mancung dan sebuah tahi lalat pada ujung hidung adalah kriterianya. Ia merupakan mahasiswa semester 2 jurusan Seni.

Ia mengusap lembut nama yang tertera di batu itu. "Aku merindukanmu, Sayang. Apa  kamu dengar?" Katanya lirih. Ia menunduk lemah sambil menangis sesenggukan.

Drrtt.. Drrttt...

Ia menghela nafas berat saat getaran dari ponselnya menggelitik dadanya. Ia merogoh benda itu pada saku kemeja kemudian melihat dan membaca sebuah pesan di aplikasi Line-nya.

Lo dimana bang? Gue kecewa lo gak nyambut kedatangan gue pertama kali di Kampus.

William mengusap pelan airmatanya ketika membaca pesan dari Adrian. Sebenarnya ia ingat jika hari ini adalah kuliah perdana sahabatnya. Namun hatinya sangat kacau saat mengingat kekasih tercintanya. Ia tak mungkin membiarkan wanita itu sendiri ditempat yang sangat gelap. Dan ia sangat merindukannya.

Ia mengetik balasan untuk Adrian.

Sorry...

Hanya kata itu yang sanggup ia ketik. Ia memasukkan kembali benda pipih itu ke saku kemejanya. Menatap kembali nama pada batu nisan itu. Ia kemudian mendaratkan bibirnya disana. Menyesapnya lama dan melepaskan dengan menyesal. "Aku pergi dulu, Sayang. Kamu baik-baik ya, aku akan kembali. See you dear.." Ia beranjak dari sana. Berlalu meninggalkan makam kekasihnya.

UGM [Universitas Gagal Move on]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang