Revisi Bab 3 : sebuah pertanda & ujian dimulai

41 10 0
                                    

Di atas ruangan terdapat gelembung yang betebaran, dan tak lama kemudian terdengar suara wanita dari gelembung tersebut.

"Segera akan dimulai ujian masuk, peserta yang memiliki undangan diminta untuk memasuki portal biru, sementara peserta tanpa undangan diminta untuk memasuki portal merah. Semoga keberuntungan selalu menyertai kalian."

Setelah wanita itu selesai berbicara, gelembung itu meledak dan menciptakan 2 portal, satu portal bewarna biru dan satunya lagi bewarna merah.

Raga melangkah ke dalam gerbang biru bersama Hera, dan Sahsa terus memantau mereka sampai mereka menghilang kedalam portal.

Di sebelah Sahsa, ada seorang wanita berkerudung putih yang membawa koper di tangannya, berdiri di sana dengan penuh perhatian mengamati satu-satunya orang yang memasuki portal merah.

Sasha mengatakan, "Kamu berhasil membawa orang itu pada akhirnya," tanpa menunjukkan pandangan ke arah orang tersebut.

Orang itu melepaskan kerudung yang menutupi wajahnya. Rambutnya putih seperti salju, alis dan bulu matanya berwarna putih, dan matanya berwarna biru seperti laut yang jernih. Dia menatap ke arah Sasha, tetapi Sasha tidak menanggapi.

"Sudah pasti, tak peduli bagaimana pun orang itu sangat berarti bagi rencana kakak di masa depan," ucap orang tersebut sambil tersenyum dan memandang ke luar jendela.

"kau tau bukan, apa yang di lakukan kakakmu itu salah," sahsa menatap tajam ke orang itu.

"yah jika di bilang antara salah dan benar sudah pasti itu salah, tapi aku yakin kakak pasti ada alasan mengapa dia melakukan ini." Sambil tetap memandangi pemandangan di luar jendela, orang itu menjawab Sahsa, kemudian mengalihkan pandangannya ke Sahsa.

orang itu menatap sahsa dengan penuh kelembutan, " kakak bukan orang yang melakukan sesuatu tanpa alasan," dia tersenyum dengan lembut seolah mengatakan bahwa semua akan baik baik saja.

sahsa mengepalkan tangannya, menelan semua kekesalan yang ia rasakan saat ini, dan akhirnya dia memutuskan untuk pergi tanpa mengucapkan sepatah katapun.

"Eh, sudah mau pergi rupanya," teriak orang itu dengan kecewa, tapi sahsa tidak mengindahkannya.

"Sungguh disayangkan, dia sudah pergi, padahal aku masih ingin melanjutkan obrolan. padahal sudah lama kita tidak bertemu." Dengan ekspresi wajah yang murung, orang itu berpaling dengan niat untuk pergi tetapi terhenti ketika dia merasakan aura magis yang tidak biasa.

Dia merasakan getaran aneh di udara, seperti ada kekuatan magis yang sedang beraksi dengan aneh. Dia segera berbalik dan melihat sebuah cahaya samar memancar dari kejauhan.

Dengan gesitnya, orang tersebut mengubah kopernya menjadi sapu dan dengan cepat bergerak ke arah cahaya itu berada.

Saat dia semakin mendekat dengan cahaya itu, Orang itu terkejut melihat pemandangan yang ada di depannya.

******
Sahsa masih berjalan sendirian. Dia merasa kesal dengan semua yang terjadi. Dia tidak mengerti mengapa orang itu begitu yakin bahwa semuanya akan baik-baik saja, bahkan jika dia mengetahui fakta kalau semua salah.

Tiba-tiba, Sahsa merasakan hawa membunuh di belakangnya. Tanpa ragu, dia mengeluarkan tongkatnya dan bersiap menghadapi situasi yang akan datang, namun terkejut melihat seorang pria mengenakan seragam sekolah.

pria itu memiliki rambut hitam dan mata seorang predator bewarna emas, Sahsa menghela nafas setelah mengetahui siapa sosok pria itu.

Sahsa melihat pria itu dengan wajah yang penuh kekesalan. "Kenapa kau ada di sini dengan aura seperti itu, Jack!" Sahsa bertanya dengan nada tajam, sambil menyelipkan tongkatnya kembali ke lengan bajunya.

Jack tertawa dengan sinis sebagai tanggapan atas pertanyaan sahsa.

dengan senyuman licik dan aura membunuh yang masih melekat di dirinya dia mendekati sahsa, "Jangan melihat ku seperti itu Sahsa, itu menyakiti perasaan ku terdalam."

Dengan geram, Sasha meninggalkan Jack yang menurutnya sudah gila. Jack tertawa dengan nada sinis sambil memicingkan matanya, menatap rendah ke arah Sahsa yang perlahan menghilang dari pandangannya.

"Sekarang dimanakah kekasih tersayang ku berada," Dengan senyuman licik yang masih tersemat di wajahnya, Jack melangkah pergi ke tempat yang menurutnya kekasihnya berada.

******

Sementara itu, di dalam portal biru, Raga dan Hera tiba di sebuah ruangan yang luas. Ruangan itu dipenuhi dengan orang orang yang akan mengikuti ujian, di setiap sudut ruangan ada seorang pengawas ujian yang sedang mengamati peserta.

Raga merasa tegang dan tidak percaya diri karena dia tau orang yang berkumpul di ruangan ini merupakan orang jenius dan berbakat dari berbagai kerajaan dan kekaisaran.

Setelah beberapa saat salah satu pengawas ujian maju ke depan dan menarik perhatian para peserta.

Pengawas ujian, seorang pria yang masih muda dengan jubah berwarna biru tua berlambang akademi Luna di dada kanan dan kacamata bulat, berjalan ke tengah ruangan dengan langkah mantap. Dia mengangkat tangannya untuk menarik perhatian semua peserta ujian yang tegang.

"Dengan hormat, peserta ujian," ucapnya dengan suara yang tenang namun tegas. "Saya adalah Gray , pengawas ujian untuk hari ini. Saya bertanggung jawab untuk memastikan bahwa ujian ini berjalan dengan teratur."

Raga, Hera dan peserta lainnya memperhatikan Gray dengan cermat, menunggu untuk mendengarkan petunjuk selanjutnya.

"Sekarang, saya akan memberitahu Anda tentang ujian yang akan Anda hadapi," lanjut Gray. "Ujian ini terdiri dari 2 bagian: tes tulis, dan tes wawancara. Setiap bagian akan menilai kemampuan dan pengetahuan Anda dalam bidang yang relevan dengan posisi yang Anda lamar."

Dia mengangkat telapak tangannya dan seketika layar transparan bewarna biru keluar, menyebar ke masing masing peserta.

layar itu bertuliskan informasi penting tentang ujian tersebut.

"Tes tulis akan berlangsung selama satu jam. Anda akan diberikan selembar kertas dan Pena untuk menjawab pertanyaan yang diberikan. Pastikan Anda membaca dengan cermat setiap pertanyaan dan menjawab dengan jelas dan terperinci."

Jarinya dengan cepat menyentuh udara, dan tiba-tiba ruangan berubah menjadi ruang kelas biasa dengan meja, kursi, selembar kertas, dan pena bulu yang sudah tersedia.

"Ini sungguh luar biasa, saya tidak pernah menyangka bisa melihat pena bulu seperti ini. Ini benar-benar mengagumkan!" puji seorang pria dengan rambut coklat karamel penuh kekaguman.

Tidak hanya dia yang terkesima saat melihat pena bulu itu, seluruh peserta merasakan hal sama seperti pria itu. Pena bulu yang langka itu bukan sembarang pena, karena hanya diproduksi di Akademi Luna, tidak memerlukan tinta untuk menulis, dan ketika namamu diukir di pena bulu tersebut, kau tak akan pernah kehilangan pena itu, bahkan pena bulu itu sudah termasuk sebagai tanda indentitas bahwa kau berasal dari akademi Luna.

Di saat orang lain masih terpesona dengan pena bulu, Gray menjentikkan jarinya sekali lagi, dan kertas putih beterbangan di langit-langit sebelum akhirnya terjatuh di tangan para pengawas yang sedang memantau di setiap sudut.

"Tes wawancara akan dilakukan secara individu. Anda akan dipanggil satu per satu untuk menjawab pertanyaan dari para pengawas ujian yang lainnya."

"meja kalian telah di atur berdasarkan nama kalian jadi sampai disini saja penjelasannya, semoga beruntung"

Dengan wajah yang tidak berubah, Gray mengakhiri penjelasannya dan pergi begitu saja.

Kepergian mendadak Gray membuat para peserta ujian menjadi bingung, tetapi dengan kaku mereka segera mengarahkan langkah menuju meja yang telah dituliskan nama mereka.

Raga menelan salivanya dengan gugup, dia merasa rendah diri dengan ujian ini namun Hera yang mengetahui rasa gugup dan cemas kakaknya segera menggenggam erat tangan Raga sontak Raga melihat ke arah Hera yang sedang memberikan tatapan kepercayaan dirinya yang membuat Raga tersenyum dan merasa lega.

My Destiny'sTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang