1 ; Maharangga

46 3 0
                                    

       "Everyone has a chance; to aim for the light, or reach for the sky,"—Lunastraella

                   ————-  ————-

     Hari ini raja langit nampak bersinar lebih cerah dari biasanya. Deretan uap air bernama awan tak turut meredupkan spektrum cahayanya. Kilauannya menerobos pada tiap-tiap sela dahan pohon. Burung bertengger pada ranting-ranting pohon sembari berkicau dengan indah menyambut hari baru yang tengah hadir. Beberapa kali angin datang silih berganti satu sama lain dengan membawa aroma khas bunga yang tengah mekar pada musimnya.

       Sebuah pintu raksasa dengan tinggi hampir delapan meter bergaya klasik dan ujung seperti tombak serta beberapa ukiran bunga pada bagian-bagiannya terbuka untuk pertama kalinya setelah sekian lama. Ditandai dengan bunyi mendecit yang tercipta dari pergesekan engsel-engselnya dan cukup membuat gendang telinga patut untuk ditutup beberapa saat. Bau besi berkarat yang tercipta seakan masuk memenuhi indra penciuman.

       Seketika saat pintu itu terbuka, semerbak aroma khas tanah basah yang baru saja mendapat asupan air menyeruak memasuki hidung. Dari posisi tersebut terpampang sebuah bangunan megah dengan luas sekitar lima hektar yang menjulang tinggi dihadapan mereka. Atap-atap dengan sudut runcing bertingkat seakan mengembalikan memori akan zaman dahulu, ditambah warna cat coklat dengan tingkatan selaras. Pada latar mereka dapat melihat tiga pilar yang konon katanya melambangkan sesuatu untuk menghormati masa lalu. Pada sisi kanannya terdapat sebuah menara seperti benteng catur dengan jam dinding berhuruf romawi menyemat pada sisi depannya. Sekolah ini, bernama Mahawira Anggaraksa, atau biasa kami sebut MAHARANGGA.

       Sekolah ini merupakan sekolah khusus untuk para insan penyandang kemampuan yang tidak dimiliki setiap manusia lainnya; para pemilik itu disebut penyihir. Ada berbagai jenis penyihir nantinya dengan tingkatan berbeda. Tingkatan sekolah ini terbagi menjadi dua, yaitu : Adhigana dan Anargya.

          Mereka terbagi atas besar kecilnya serangan yang mereka hasilkan, serta tinggi rendahnya statistik serangan mereka. Pada tingkat rendah—Anargya, mereka akan diajarkan cara mengolah element dasar dan penggunaannya. Pada tingkat lanjutan—Adhigana, mereka akan diajarkan mengontrol dan menstabilkan elemen mereka. Membedakan mereka hanya dengan melihat bet yang tersemat pada bahu kanan mereka.

       Tepat hari ini adalah tahun ajaran baru dimulai. Beberapa siswa dengan dasi kuning —tahun ke 2, terlihat telah berjajar disepanjang jalan utama. Beberapa calon siswa baru nampak memasuki pintu gerbang tersebut, dan tak lupa disambut dengan senyuman siswa tahun kedua atau biasa disebut Adhyasta (pengawas) yang seakan berkata,"Hay manis, sudah siap kami kerjai?"

      Beberapa murid membalas senyuman tersirat itu dengan senyuman suci nan tulus yang mereka miliki. Wajah polos yang ditunjukkan cukup membuat siswa-siswi tahun kedua menahan tawa dengan senyuman mereka. Beberapa calon siswa lainnya nampak saling berbisik satu sama lain untuk memberikan kesan pertama mereka pada kakak kelasnya.

"Eh, kakak itu ngawasin gue, apa jangan-jangan dia suka sama gue, ya?"

"Ah! tampan sekali.."

"Gue nggak suka deh, sama muka dia. Kayak habis oplas gitu!"

"Buset, seksi mang!"

"Ukurannya berapa, yak?"

"Itu cewek bakal jadi mangsa gua, bro."

     Beberapa desas-desus terdengar cukup nyaring di telinga para siswa-siswi tahun kedua yang tentunya memberikan warna-warni ekspresi.

     Beberapa calon siswa lainnya nampak acuh dan melenggang sesuka hati tanpa memperdulikan bahwa Adhyasta sedang mengawasi dan menandai mereka. Ada yang sadar tanpa diperintah hanya dengan sebuah label bertuliskan Adhyasta. Ada juga yang cukup bebal meski ia tau sedang diawasi.

DEITIESTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang