3 ; Partner

35 0 0
                                    

          "Us is nothing, without U"—Lunastraella

————-  ————-

        Pagi ini hujan jatuh sekilas membasahi bumi. Bau tanah khas hujan memenuhi indra penciuman. Calon siswa-siswi Maharangga kembali melangkahkan kakinya pada pintu gerbang Maharangga. Seperti hari lalu, para Adhyatsa tingkat dua kembali berjajar menyambut calon siswa baru dengan wajah tersenyum mereka. Tidak sedikit siswa yang mulai menggosipkan para Adhyasta.

"Seluruh siswa harap berkumpul di tanah lapang untuk praktik."

        Suara yang berasal dari TOA salah satu Adhyatsa itu mulai menggema pada gendang telinga calon siswa-siswi. Mereka mulai tergesa-gesa menuju tempat yang mereka gunakan praktik kemarin.

        Hampir seluruh siswa telah berkumpul pada tanah lapang sesuai instruksi, salah satu Adhyatsa mulai membuat sebuah pembatas yang berguna memisahkan kedua tingkatan tersebut. Mereka mulai berkumpul bersama tingkatannya masing-masing.

"Iya selamat pagi, selamat belajar kembali."

Suara sapaan yang terdengar halus itu kembali keluar dari bibir Tavisha dan disambut senyuman semangat mentari dari wajah calon peserta didik baru.

"Hari ini kita akan menguji ketangkasan kalian melawan para Adhyasta. Caranya dengan 1 lawan 2, Adhyasta akan menangani kalian seorang diri sedangkan kalian beregu. Cari seseorang baik itu segender maupun tidak, setingkat maupun tidak asalkan yang dapat menguntungkan diri kalian," Lanjutnya dengan memaparkan tata cara praktik hari ini.

        Para siswa mulai berisik mencari teman dengan element yang senada dan dapat memberi keuntungan yang cukup besar kepada mereka. Tak semudah yang dikira hanya menggaet seseorang untuk menjadi kelompoknya. Cukup membuat sakit kepala dan telinga penging dengan bising dari calon siswa.

"Lo pada mau kerja apa mau gosip?" Teriak salah satu pria yang berdiri tidak jauh dari posisi Tavisha.

"Adrian, biarkan mereka yang memilih. Jika dalam waktu 30 menit mereka tidak bisa menentukan pasangan, maka kita yang akan memasangkan mereka," ucap Tavisha pada sosok lelaki dengan level Adhyasta tersebut.

        Seketika calon murid melakukan kegiatan tersebut dengan senyap, beberapa dari mereka terlihat sedang melakukan gerakan kombinasi dan beberapa lainnya mencocokan element mereka.

"Wassup! Maaf telat, Abis nyebrangin anak ayam barusan. Semok sih pantatnya, tergoda nolong jadinya hayati."

         Chalya mendengus pelan. Baru saja dia menikmati ke tenangan lapangan saat para Adhyasta menenangkan bising para murid, sebelum suara tenor seorang pria jangkung kembali mengusik pendengarannya. Matanya melirik sosok tubuh tegap yang melangkah santai mendekatinya—Ah, tidak. Lebih tepatnya, satu spot kosong pada barisan di sebelahnya.

       Sang keturunan Diwangka pun bersedekap malas.

'Aish, semoga si jangkung Cakrawala itu mengunci bibir berisiknya untuk sementara,' batinnya bersuara.

"Kau memberikan contoh yang bagus sebagai seorang keturunan Arayya, Argi. Lain kali, kenapa tidak kau bantu saja para tikus kecil di gudang sekolah untuk 'menyebrang' dengan selamat tanpa serangan membabi buta dari sapu para pekerja?"

       Beberapa siswa yang mendengar sarkasme yang disuarakan Chalya dengan suara pelan pun, ikut tertawa pelan. Sedangkan yang disindir malah menunjukkan senyum polos bak anak tak berdosa miliknya. Chalya memutar bola matanya malas saat sadar bahwa Argi sudah berdiri disampingnya.

         Gadis itu melirik kesamping; membandingkan tinggi 'normal' nya dengan pria menjulang disampingnya. Dalam hati, ia mengumpat kesal. 'Bagaimana dia bisa setinggi itu, sih?'

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 20, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

DEITIESTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang