Loro; Mit Egen

69 15 85
                                    

|Mas Cilok|

Hari ini Zifa ada jadwal kuliah siang. Dengan malas, dikarenakan hawa panas Jogja, dia berjalan gontai menuju kelas yang akan diisi oleh dosen--yang katanya-- paling tampan seantero UGM; pak Namjoon Wahyudi.

"Siang dek." Zifa menoleh, mendapati kakak kelasnya yang merangkap crushnya, kak Seokjin Wijaya.

"Eh, siang juga kak!" Wijaya tersenyum menanggapi semangat adik kelasnya yang menurutnya berlebih. Melihatnya, gombalan mas cilok kemarin siang seketika hilang dari benak seorang Zifa.

"Ada kelas ya, dek?" Tanya pria berbahu lebar itu. Zifa mengangguk. "Iya kak, kelasnya Pak Yudi siang ini."

"Yaudah, kakak mau ke mushola dulu, belom sholat tadi. Kamu udah sholat?"

Inilah kelebihan seorang Seokjin. Ganteng, iya. Holkay, iya banget. Alim, apalagi. Pokoknya yang baik-baik ceklis semua di diri seorang Seokjin Wijaya.

"Udah kak. Yaudah, aku ke kelas dulu, ya, kak? Pak Yudi kalo marah ganteng-ganteng serem soalnya, hehe." Zifa nyengir. Mengingat bagaimana minggu lalu saat dia terlambat hadir di kelas dan Pak Yudi kurang ajarnya menyuruh dia berdiri di depan selama dua puluh menit. Bilangnya halus, sambil senyum juga. Iya, senyum creepy jatuhnya di mata Zifa.

Wijaya melambaikan tangannya dan berlalu dari hadapan Zifa sambil tersenyum. "Dah, kak Jaya!"

Meneruskan langkahnya menuju kelas, tiba-tiba sosok lelaki ikut menyamakan langkah di sampingnya. Menoleh, Zifa mendapati Jimin Al-Firdaus yang sedang cengar-cengir tidak jelas.

"Napa lu, Us?" Tanyanya. Seketika senyum sahabatnya itu luntur.

Pak!

Geplakan maut bersarang di kepala si gadis. Dengan tersangka kasus kekerasan tersebut yang memasang tampang kelewat datar.

"Sakit anjer!"

"Ga usah manggil gue 'Daus' bisa nggak, sih?" Jimin ngegas. Zifa tergelak.

"Sans lho, mas'e. Lha penak'e nyeluk kowe ki ya koyo ngono."  [Lha enaknya manggil kamu tuh ya kayak gitu] mereka berjalan lagi. Jimin masih merengut dan menggerutu.

Omong-omong, dia itu anak kesenian. Sama seperti pacar Yeni, Jungkook Suryana. Tapi mereka beda satu angkatan. Dan perbedaan umur tak membuat keduanya lantas memedulikan bagaimana hubungan pertemanan yang terjalin bisa sebegitu akrabnya.

"Ngapain kesini sih?" Jimin tersentak. Total lupa akan tujuan sebenarnya mengunjungi fakultas sastra. Dia menoleh cepat pada teman sekelasnya sejak SMA tersebut.

"Nganu, eh... ntar mau ngajakin lu makan rujaknya Mang Rojak."

Zifa berpikir sejenak. Tadi pagi, seingatnya dia sudah berjanji pada Yeni untuk menemaninya makan di kantin. Tapi, karena ajakan Jimin yang tiba-tiba membuatnya ingin segera merasakan rujak mang Rojak, dia berpikir untuk membujuk Yeni terlebih dahulu. "Tapi, ngajak Yeni nggak pa-pa?"

Jimin mengangguk bersemangat. Lebih ramai lebih seru. "Oke oke! Tak tunggu ngisor wit pelem mengko, yo!" [Kutunggu di bawah pohon Mangga nanti, ya]

Zifa mengacungkan jempolnya sebelum masuk ke dalam kelas. Melihat punggung Jimin menjauh sambil membayangkan enaknya rujak yang akan dimakannya nanti, dia jadi senyum-senyum sendiri.

Mas Cilok Ft. JhsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang