CHAPTER 1 : KIM TAEHYUNG

3.3K 574 179
                                    

ㅡpanggilan pertama.





+++++++

Suatu malam itu, waktu telah menunjukkan setengah sembilan malam, baik di layar monitor ataupun jam yang menempel pada dinding, maupun jam digital yang terletak di atas meja. Jeon Jeongguk duduk di kursinya, bersandar setelah menikmati kopi kira-kira lima menit yang lalu. Ia menganggukkan kepala pada beberapa rekan yang menyapanya dengan anggukan sopan, sebelum ia mendengar dering mesin telepon manual, dengan lampu mesin penerima yang berkedip kentara di ruangan yang remang-remang dengan aroma kopi.

Jeongguk meraih headphone, mengenakannya dengan gesit di kepala, membenahi posisi mikrofon dan segera menerima panggilan tersebut.

"Uh, halo?"

Suara itu terdengar sedikit berderak, suara pemuda di seberang sana terdengar begitu serak, namun masih terdengar begitu jelas dan bergema di kepalanya. Jeongguk pikir itu karena pemuda ini mencolokkan earphone, hingga bisikannya pun masih terdengar jelas.

"Dengan 112 disini, ada yang bisa kami bantu?" Jeongguk menegakkan punggungnya, posisi siap mendengarkan dan ia bersiap mencatat apapun informasi yang muncul. Suaranya datar, begitu terkendali, dan tenang.

"Pak... begini... saya pikir ada orang yang membuntuti saya,"

"Apakah orang tersebut jaraknya dekat dengan anda? Dimana anda sekarang? Boleh saya minta nama anda?" Jeongguk sebenarnya tidak perlu mencatat, karena suaranya dan suara Taehyung telah terekam dan terdengar jelas di setiap ruangan.

"Nama saya Taehyung, Kim Taehyung, mahasiswa semester tiga Universitas Hanguk," jeda sejenak, suara napas pemuda itu terdengar kacau dan tersengal di telinga Jeongguk, "saya berada di halte depan Universitas Hanguk, saya baru saja keluar dari gedung dan saya mendengar langkah kaki mengikuti saya. Sepertinya agak jauh tapi saya bisa mendengar langkahnya, bahkan walau saya telah berbelok ke daerah yang lebih sunyi. Bisakah anda, mengirim seseorang, atau siapapun, untuk menjemput saya sekarang?"

Jeongguk menekan beberapa tombol di dekatnya dan ia menerima konfirmasi bahwa telah ada yang menuju posisi pemuda bernama Taehyung tersebut.

"Kami sudah mengirim orang untuk menjemput anda, Taehyung-ssi. Jangan matikan sambungan dan tetap bersama saya, kemudian jangan berada di tempat yang sunyi. Saya minta untuk mencari tempat yang agak ramai."

"Mmm... saya sedang menuju minimarket, apa itu lebih baik?"

"Pastikan ada orang lain yang melihat anda, Taehyung-ssi,"

"Baik, saya dalam perjalanan sekarang," suara Taehyung di seberang sana mengecil, terdengar seperti cicitan dan membuat jantung Jeongguk mencelos mendengarnya, "dia masih mengikuti saya, Pak. Apa yang harus saya lakukan?"

"Tetap tenang dan terus berjalan, Taehyung-ssi. Apakah anda mengenal siapa yang mengikuti anda?"

"Saya tidak tahu, sudah seminggu ini saya merasa diikuti. Tapi kali ini dia semakin mendekat, saya tidak bisa mengenali wajahnya."

"Sudahkah anda memberitahu orangtua ataupun sanak keluarga anda perihal ini?"

"Saya bukan orang Seoul asli, pak. Saya dari Daegu, saya hanya sendirian, tidak ada keluarga juga. Saya benar-benar sendirian."

"Apakah anda telah menghubungi teman-teman anda?" Jeongguk mencengkeram kuat pinggiran meja untuk menahan getaran suaranya dalam batas minimum, walaupun ia telah disumpah untuk melakukan pekerjaan ini dengan profesional, terkendali, dan selalu tenang, ia tidak bisa menampik bahwa emosinya juga selalu bergejolak tanpa sadar. Ia tidak bisa menahan rasa khawatirnya.

Emergency Call 112Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang