Naruto melepaskan hanbok luarnya, yang menurutnya sangat merepotkan, ia hanya memakai hanbok tipis yang lebih simple, rambut pirang panjangnya ia ikat kuda.
Pertandingan ini di saksikan langsung oleh Permaisuri dan Raja butsuma, begitu pula dengan Ratu yang duduk dengan angkuh di samping sang raja.
Naruto menatap lawannya, yakni pangeran ke tiga Uchiha Obito,putra kesayangan sang ratu.
Naruto memegang erat, pedang kayunya dia dapat mendengar nada remeh dan merendahkannya dari sanga Ratu, tapi ia tak perduli, pertarungan ini, ia yang harus menang demi ke bebasannya.
Sebelum bertanding Naruto membungkuk hormat ke arah raja, dan Obito membuat penonton terbelalak karna sikap Naruto.
Tanding adu pedang di mulai, beberapa kali penonton di buat terpukau dengan kemampuan pedangnya Naruto.
Tebasannya tak pernah meleset, dan sering tepat sasaran, di daerah vital obito, dan di babak akhir Naruto berhasil membuat Obito terjatuh dan kalah.
Satu istana di buat bungkam oleh Naruto, gadis itu mengulurkan tangannya tapi di tepis oleh Obito yang langsung pergi begitu saja.
Naruto, hanya tersenyum tipis memakluminya. Dia membungkukan badannya kearah sang raja dia mengambil hanboknya yang jatuh dan Saat ia akan pergi, hawa dingin tiba -tiba menyerang sarapnya, saat pedang sungguhan menempel di lehernya.
''Kau, ayo bertanding pedang sungguhan dengan ku. "
Naruto diam, dia hanya melirik sekilas, lalu dia berkata.
"Aku tak bisa, waktuku terlalu berharga untuk melakukan hal-hal bodoh, "jawab Naruto yang langsung berjalan begitu saja, dan secara tak sengaja lehernya tergores pedang yang di pegang Obito.
"Kau pengecut? "Teriak Obito.
Raja dan Para pangeran sudah menyuruh obito untuk kembali, perasaaan mereka tak enak ketika melihat wajah dingin gadis yang tengah berhadapan dengan anak/saudara mereka.
"Aku perempuan, di sebut pengecut pun aku tak malu. Tapi, tangan ini terlalu berharga untuk di kotori hal-hal yang tak berguna, "jawab Naruto, membuat satu kerajaan yang hadir di sana bungkam dengan kata-katanya.
Naruto tersenyum sampai matanya menyipit terlihat tulus sekali, sampai-sampai para pangeran juga terpesona dengan senyumnya itu.
Naruto, segera berlari mengabaikan rasa sakit di lehernya, ia segera keluar dari paviliun permaisuri.
Iya bukan wanita lemah, dia harus kuat apa lagi dengan kata -kata kasar seperti itu.
Dia sudah terbiasa, sepulang dari istana, Naruto pulang ketempat tinggalnya, Tsunade begitu khawatir ketika melihat gadis itu terluka.
"Lehermu terluka, biar kaasan obati. "Ucap Tsunade.
"Tidak usah kaasan, Naru baik-baik saja. "
"Baik -baik apanya, kau ini seorang gadis tak seharusnya kau memiliki luka, "omel Tsunade yang membuat Naruto meringis, karna mendapat ceramah yang tidak ada hentinya.
"Persis kaasan, "
Naruto hanya tersenyum , lalu dia menatap ke arah luar.
Naruto berjalan - jalan di sekitar kediaman pangeran kedelapan, dia berjalan dengan tingkah konyolnya sehingga beberapa orang yang melihatnya menahan tawanya.
Naruto gak sengaja bertemu dengan karin keponakannya Kushina istri pangeran kedelapan, beserta pelayannya Sakura.
Naruto, membungkukan badannya sedikit, dan tersenyum ke arah keduanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
My prince
FantasiaKetika Naruto terhisap ruang dan waktu , ia nyasar ke negri antah berantah, dan hidup sebagai pengelana dan terjebak di pusaran Perebutan kekuaasan di kerajaan masa itu, akankah Naruto bisa kembali ke kehidupannya.