“Dan yang terpilih menjadi ketua OSIS adalah….”
“Anjir, nih guru bikin gue gemes aja. Tinggal sebut nama gue aja lamanya udah kaya nungguin gebetan peka. Gak tau apa kalo gue daritadi udah degdegan.” Batinku.
“Duh Sya, itu guru lemot amat sih ngumuminnya. Gue kepo banget nih daritadi. Kan gue penasaran, lo itu berhasil jadi ketua OSIS apa enggak.” Kesal Sellin.
“Yah lo pikir daritadi gue gak kesel apa, rasanya tuh tangan gue pengen ngebejek tuh guru daritadi.” Balasku tak kalah kesal. Tetapi, sekesal apapun aku tetap tak bisa berbuat apa-apa. Karena aku merupakan salah satu dari ketiga calon ketua OSIS tersebut, dan otomatis aku harus bersikap baik di hadapan semua guru dan anggota masyarakat sekolah, agar aku terpilih.
“Dan yang akan menjadi ketua OSIS selanjutnya adalah……. Cie, nungguin yah?” aku memandang sang guru dengan wajah cengo, bagaimana bisa ada guru aneh seperti ini. Dia sama sekali tidak memiliki wibawa sebagai seorang guru.
“Sabar, sabar.” ucapku sambil mengelus dadaku berkali-kali.
“Huhhh….. guru garing!”
“Woy cepetan!”
“Dasar guru absurd!” dan masih banyak lagi umpatan para murid yang kesal dengan tingkah guru yang satu ini.
“Oke, oke, sabar. Orang sabar disayang pacar. Dan sekarang tibalah saatnya kita untuk mengumumkan sang ket-“
“Ya ampun Pak Dadang, kalo kaya gini kapan diumuminnya? Pegel nih kaki saya berdiri daritadi!” potong Bu Tut alias Ibu Tutiana, guru sejarah di sekolahku. Yang dibalas cengiran oleh Pak Dadang.
“Oke, kali ini saya serius. Yang menjadi ketua OSIS adalah...
Salsabila Aryani!”
Jleb.
Benarkah aku kalah?
Aku dikalahkan oleh orang lain?
Tidak, ini pasti terjadi kesalahan. Aku yakin pasti terjadi kesalahan.
“Sya, Tasya, masa lo kalah sih Sya?” Sellin memandangku sedih.
“Sya, lo dengarin gue gak sih, lo itu kalah. Kok lo malah diem aja sih kaya orang kesambet. Apa jangan-jangan lo beneran kesambet yah? Sya, Tasya, Vallerie Anastasya, oi badak, bad-“
“Lo bisa diem gak sih, gue itu lagi berfikir. Pasti ada yang gak beres, secara pendukung gue lebih banyak, bahkan sangat banyak. Tapi kenapa tuh cabe busuk yang menang?” aku benar-benar bingung. Sebenarnya apa yang salah?
“Ih Sya, liat deh. Masa itu si cabe keriting ngeliatin kitanya belagu banget dari atas panggung. Pokoknya gue gak terima, awas aja tuh cabe. Gue ulek tau rasa dia!” akupun ikut memanadang ke arah atas panggung. Sial, benar yang dikatakan Sellin, dia memandang kami dengan sombongnya.
“Eh Sellin, liat deh kok Kak Bagas kaya lagi diskusi gitu sih sama Pak Dadang. Kenapa yah?” ucapku pada Sellin dengan bingung. Aku rasa akan ada kabar baik untukku.
“Iyayah, kok kayanya ada trouble gitu. Ah, apa jangan-jangan Pak Dadang salah ngumumin lagi, dan yang seharusnya jadi ketua OSIS itu lo?” balas Sellin dengan girangnya.
“Ah lo jangan PHP-in gue deh. Hati gue udah sakit nih, barusan aja gue gagal jadi ketua OSIS.” Padahal sebenarnya akupun merasakan hal yang sama. Tapi aku tidak ingin besar kepala. Selama namaku belum disebutkan, maka aku tidak boleh senang dahulu.
“Ekhem, ekhem, em maaf. Sebelumnya bapak ingin minta maaf kepada kalian semua. Terutama untuk para pendukung Salsa, sebenarnya terjadi suatu kesalahan teknis. Yang menjadi ketua OSIS bukan Salsa tapi….”
“Plis, plis, plis, sebut nama gue. Ayo Pak Dadang sebut nama gue.” Batinku.
“Yang menjadi ketua OSIS yang sesungguhnya adalah…. Vallerie Anastasya!”
Duarrrr…
Rasanya ada kembang api yang meledak di atas kepalaku.
“Whaaaaaaa…….. yeeeee…..” sorak pendukungku.
“Bagi Vallerie Anastasya, dipersilakan untuk naik ke atas panggung.”
Akupun naik ke atas panggung setelah aku berpeluk-pelukan dengan Sellin. Aku sengaja berjalan dengan perlahan menuju panggung sambil memandang rivalku-Salsa, yang kini wajahnya tengah memerah karena marah sekaligus malu.
“TASYA… TASYA… TASYA…” ah, pendukungku memang setia.
Aku sampai di atas panggung dan berdiri di sebelah Kak Bagas, sang mantan ketua OSIS.
“Dan untuk Salsabila Aryani, mohon maaf kamu harus turun dari panggung.” Aku memandang kearah Salsa sambil tersenyum. Mungkin orang-orang mengira aku sedang tersenyum tulus padanya, padahal tidak sama sekali. Aku sedang memberikan senyum penghinaan padanya.
Ia pun turun dari panggung dengan menahan malunya.
“Huhhhhhh…. Emang enak!!!”
“Duh, kasian banget sih yang jadi ketua OSIS, tapinya cuma lima menit! Hahhaha……..” Ejek para pendukungku pada Salsa, yang dikomandoi oleh Sellin.
“Makanya jangan sombong dulu. Masa baru naik keatas panggung lima menit aja, udah berani ngeliatin gue sama Tasya dengan belagunya!” lanjut Sellin.
“Ah, nih cewek mah emang gak tau diri!”
“Orang kaya gini sih enaknya di bully abis-abisan. Iya gak sih?” ucap Tamara, salah satu pendukung setiaku.
“Eh, kalian tuh apa-apaan sih, kasian tau Salsa. Kita itu gak boleh ngebully dia, nanti kalo dia nangis gimana? Emangnya kalian mau beliin dia balon?”
“Hahahahah…..” seketika meledaklah tawa mereka semua yang ada di lapangan. Bahkan Kak Bagas pun tertawa.
Salsa pun berlari meninggalkan lapangan bersama para pendukungnya. Kasiannya Salsa, tapi mau bagaimana lagi itu akibat kesombongannya.
“Hei, sudah sudah. Kalian ini bikin ulah aja. Sekarang waktunya sang ketua OSIS baru kita untuk memberitahukan sedikit program kerjanya kepada kita. Bagi Vallerie Anastasya kami persilahkan.” Ujar Pak Dadang.
“Ekhem, ekhem. Pagi semuanya, saat ini saya selaku ketua OSIS baru akan menjelaskan sedikit mengenai program kerja baru, yang saya buat. Yaitu…..”*******
Brakkk…
“Eh, bu ketua sendirian aja. Ngapa bu, pusing ya? Mulai kerja aja belom, kok lo udah pusing aja sih. Mendingan lo ikut gue, ayo kita ke kantin. Gue udah laper banget nih!” ajak Sellin.
“Eh kutu badak, bisa gak sih lo gausah ngagetin gue. Kayanya lama-lama semua meja bakal ancur lo tabok tiap hari!” ketusku sambil memandang kearah Sellin.
“Ya sorry bu bos, abisannya lo daritadi gue pangggilin kaga nyaut-nyaut.”
“Ya tapinya gausah gebuk-gebuk meja kali.” Ketusku lagi.
“Iya sorry gue gak bakal gebuk meja lagi deh, tapi plis… sekarang kita ke kantin yak, gue laper banget nih. Kasian cacing gue udah pada dangdutan di perut gue.” Ucap Sellin sambil memegang perutnya.
“Duh, sorry ya Sell, hari ini gue gak ke kantin dulu. Soalnya gue lagi ada kerjaan nih.”
“Yaelah, kerjaan apasih. Lagian juga emangnya lo gak laper apa?”
“Laper sih, tap-“
“Yaudah, lo laper kan makanya sekarang kita ke kantin.” Ia mengangkat tangan kanannya, tanda bahwa ia tak ingin dipotong.
“Gak ada penolakkan. Titik.”
“Huh… iyadeh. Orang gila mah bebas.” Akupun berdiri dan kami berjalan bersama-sama menuju kantin.*******
“Bu, biasa ya.” Ujar Sellin yang dibalas jari jempol oleh sang penjual makanan.
“Sya, lo pesen apa?”
“Samain aja.”
“Bu tambah satu lagi ya!”
“Oke neng.”
“Ayo Sya, kita cari tempat duduk.” Kami mengedarkan pandangan kami ke seluruh penjuru kantin, dan untungnya masih ada bangku yang tersisa.
“Uh, untung masih ada bangku, kalo gak kan gak lucu kalo gue makan baso sambil berdiri.”
“Oi Sya, tadi kan kata lo, lo ada kerjaan. Emangnya kerjaan apaan?” tanya Sellin penasaran.
“Kepo, mau tau aja lo.”
“Yaelah, belagu bener sekarang main rahasia-rahasiaan ama gue. Udah sih kasih tau aja, janji deh, gue gak bakal kasih tau siapapun.” Sellin menutup mulutnya, lalu menguncinya dan membuang kuncinya jauh. Seolah-olah mulutnya sudah di gembok.
“Gabisa Sell, ini tuh bener-bener rahasia. Gak ada yang tau selain gue. Lagian lo sabar aja sih, nanti juga lo bakal tau.” Kataku sok misterius.
“Ish, sok misterius banget sih lo. Gak asik!” Sellin mendengus,
Bukannya aku tak mau memberitahu Sellin, tapi ini benar-benar rencana yang sudah aku pikirkan sejak lama dan harus aku rahasiakan. Sebab hal ini berhubungan dengan organisasiku. Dan aku yakin, saat aku memberitahukan hal ini nanti pada anggotaku, mereka akan menyesal bergabung dengan OSIS.
Bukan hanya menyesal tapi mungkin akan ada yang mengundurkan diri. Lagipula aku membuat rencana ini bukan tanpa alasan, justru karena banyak alasan.
Aku hanya bisa berharap, supaya mereka tetap bertahan menjadi anggota OSIS. Semoga saja.TBC ...
KAMU SEDANG MEMBACA
Teman Rasa Pacar
Teen Fiction"Kita itu temenan, tapi kenapa gue ngerasa lebih sama lo?" [ VALLERIE ANASTASYA ] "Kita cuma temen dan gue punya pacar, tapi kenapa makin lama gue ngerasa lo lebih spesial dari cewek gue sendiri?" [ SEAN ALVANO ZACH ] Mengisahkan tentang dua orang y...