Chap 4

12 3 0
                                    


Dalam sebuah hubungan antara laki-laki dan perempuan tidak harus selalu ada kata pacaran. Cukup menjadi sahabat dan pendengar yang baik saja sudah cukup. Karena kehilangan itu lebih menyakitkan daripada hubungan sebatas teman. Karena di antara teman tidak pernah ada kata putus. 


Mala memakan makanannya seperti biasanya di kantin, sedangkan Arisa lebih memlilih untuk tidur di kelas. Hingga satu nama yang tiba-tiba muncul di otak Mala membuat Mala sedikit memelakankan makannya, kemudian dia tersenyum tanpa ada alasan. Hanya memikirkan pemuda dengan nama lengkap David Mahersa itu entah kenapa membuat Mala bisa tersenyum sendiri. Mungkin karena yang diingat Mala adalah kelakuan konyol David. Kakak kelas yang ditemuinya setelah beberapa lama masalah tentang rumor Natan berpacaran itu benar, dan semuanya menjadi canggung untuk Mala dan Natan. Dan David yang membuat Mala kembali tersenyum. Berbeda dengan Natan, David adalah orang yang fleksibel, dan sosok yang konyol, dimata Mala maupun Arisa. Flashback....

Pulang sekolah, adalah waktu yang sangat dinanti kedua pasangan ini. Mala dan Arisa, selepas pelajaran matematika yang mencekam itu, Mala mengajak Arisa untuk mengerjakan pr di gazebo sekolah. Dan disinilah keduanya berakhir, dengan buku matematika berserakan dan Arisa yang asik mengerjakan, sedangkan Mala lebih banyak mengeluh karena soal-soal matematika itu benar-benar membunuhnya. 

"Aarrkkgghhh!what ever, aku pinjam punyamu," ucap Mala yang sudah sebal sendiri mengerjakan soal matematika karena jawabannya terus salah dan berputar-putar. Arisa hanya menggelengkan kepalanya, kemudian merapikan bukunya. Hingga segerombolan anak laki-laki datang, 

"Hai dek," sapa pemuda berkacamata kotak yang bertengger manis di wajahnya. Mala menggangguk, Arisa hanya diam. 

"Kak, bisa bantu kami?" tanya Mala dengan tanpa malunya. Arisa menatap Mala dengan tatapan yang seolah mengatakan 'aku punya teman yang benar-benar tidak tahu malu'. Pemuda berkacamata itu duduk bersama dengan dua yang lain, bergabung di satu gazebo dengan Arisa dan Mala. 

"Aku yang paling pintar di matematika," ucap pemuda itu dengan bangganya. Secercah harapan muncul di otak Mala, sedangkan Arisa memandang dengan tatapan tak percaya. 

"Lebih baik aku minta bantuan Kak Cavio," batin Arisa masih sibuk merapikan bukunya.

"Memang kau benar-benar ingat?seingatku nilaimu bab ini dulu tidak lebih dari 50 Dav," ucapan salah satu teman pemuda bernametag David Mahersa itu membuat Arisa membenarkan batinnya. 

"Diam kau," ucap David. 

"Aku pergi dulu," ucap Arisa sambil memakai tas punggungnya. 

"Yah...kenapa sih?" tanya Mala. "Urusan," jawab Arisa kemudian pergi begitu saja. 

"Ada apa dengan temanmu itu?" tanya David. 

"Biasalah, mungkin PMS," jawab Mala. Dan yang terjadi setelah itu adalah mereka semua asik bercanda dan melupakan masalah tugas-tugas itu.

Dan semenjak itulah Mala dan David dekat, hingga Mala tahu kebiasaan David ketika di sekolah. David itu sering pergi ke kamar mandi, Mala tidak habis pikir berapa kali David harus pergi ke kamar mandi dalam sehari. Karena ketika David pergi ke kamar mandi, David akan melewati kelas Mala. 

"Lagi?" tanya Arisa ketika keduanya tengah duduk di kursi depan kelas dan penampakan seorang David tampak. 

"Kurasa dia perlu ke dokter," lanjut Arisa. Sedangkan Mala hanya bisa terkekeh melihat kelakukan orang satu itu.

Sepulang sekolah, Mala memutuskan untuk berdada di gazebo, menunggu jemputannya datang. Arisa yang duduk disamping Mala memakan es krimnya dengan penuh minat. 

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Jul 17, 2018 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

Between UsWhere stories live. Discover now