"Berhentilah memanfaatkan Jimin. Dia bukan orang yang pantas kau permainkan"
"Wae? Aku menjadi temannya. Bermain dengannya. Membantunya agar tidak di bully. Belajar bersama. Menemui hyungnya dan.. sedikit menggoda hyungnya. Ada yang salah hm?"
"Masalahnya 'hyungnya' Jimin tidak tertarik pada bocah ingusan sepertimu"
"Susah sekali membuatmu terangsang ya.. Hyung"
"Kau harus menemukan cara yang ekstrim untuk membuatku bernafsu padamu Tae"
"Apakah Namjoonmu itu sangat memuaskan di ranjang sampai kau mengabaikanku?"
"Lebih dari yang kau bayangkan"
Seringainya.
"Jadi si bocah Kim itu berusaha merebutmu dariku eh?"
"Kau akan membiarkannya Joonie?"
"Dia harus berusaha lebih keras sepertinya. Dan.. harus lebih besar kurasa"
"Kau tau itu Namjoon"
Kerlingnya menggoda.
"Aku dan Namjoon hanya berteman Tae"
"Tapi kalian berciuman"
"Lebih dari itu. Aku menikmatinya. Pelukan, ciuman, dan... kau tau sex, kami sudah biasa melakukannya"
"Jadi, bisakah aku mencium Jimin atau bercinta dengannya? Kami berteman"
"Bukan bibir dan tubuh Jimin yang kau inginkan Kim Taehyung"
"Maka berikan tubuhmu padaku"
"Terlalu mudah untuk kau dapatkan sekarang"
Jari lentik itu.
"Tapi akan kudapatkan"
Typo.
Mature.
Mboh lanjut mboh ora.
Aku raiso nggawe cerita berchapter-chapter sebenere. Iki modal nekat.