Delapan 7

5.3K 924 56
                                    

Pdf bisa order di wa +62 822-1377-8824 ( putri)

Untuk ebook bisa di beli di playstore buku. Ketik pencarian Aqiladyna atau judulnya

Bisa juga di baca di kbm app ikuti Aqiladyna. Cerita lengkap di sana.





"Trisha...!" Gumam seorang pria mengigau sejak dari tadi terdengar oleh Rica yang baru saja memasuki kamar, meletakan secangkir teh hangat di atas meja menghampiri pria itu menguncang bahunya pelan.

"Ko..bangun!"

Kedua mata pria itu terbuka, ia kebingungan menatap sekeliling kamar.

"Ko, kamu kenapa?" Tanya Rica memperhatikan Ko sangat gelisah tidak seperti biasanya.

"Ko!" Panggilnya lagi karena pria itu sama sekali tidak mengubris.

"Akhhh!" Pria itu kesakitan merenggut kepalanya kuat terbaring di ranjangnya meringkuk dengan tubuh bergetar.

"Ko!" Rica panik, wajahnya pias, bergegas ia melangkah ke luar kamar untuk menelpon dokter.

"Namaku bukan Ko." Gumamnya serak berdiri masih memegang kepalanya yang sakit.

Tertatih ia melangkah keluar dari kamar.

Rica menutup telponnya setelah menghubungi dokter yang akan sebentar lagi datang ke rumah.

Saat Rica berbalik menatap pria itu berjalan terhuyung.

"Ko, kau harus banyak istirahat." Kata Rica membantu pria itu untuk kembali ke kamar.

"Aku harus pergi."

"Tidak ko, kamu masih belum sembuh total." Rica membantu pria itu berbaring di ranjangnya.

"Aku bukan Ko, aku..." Katanya pelan dengan mata terpejam.

Rica bergeming menatap wajah pria itu, mungkinkah Ko sudah mengingat nama aslinya? Batin Rica pensaran tapi keburu pria itu tidak sadarkan diri.

Kalau Ko ingat semuanya otomatis pria ini akan pergi dari rumah Rica.

Rica mengeleng pelan, rasanya ia tidak bisa di tinggal Ko. Katakan dia mungkin tidak waras merawat pria asing dan menyenangi nya, bahkan Rica terlalu bahagia saat Ko kehilangan memorynya hingga Rica memberi nama baru.

Rica meraih tangan pria itu mengecupnya lembut.

"Ko, jangan pergi!" Lirihnya sedih.

***

"Gadis buta itu tidak mau makan apapun tuan." Kata pelayan wanita melapor pada Tao.

"Nanti aku yang urus." Kata Tao mengusir pelayan dari ruangannya.

Tao mengerutkan keningnya, memang sudah tiga hari sejak kejadian dimana ia di tuduh Trisha menyentuh tubuh nya hingga Tao marah mengusir Trisha dari kamarnya.

Masih di ingatnya Trisha tertatih melangkah meninggalkan kamar nya hanya selimut yang melilit tubuh polosnya.

Selama tiga hari juga Tao tidak ada di tempat memilih menyibukan diri dengan bisnis senjata ilegal yang akan di kirim ke cina.

Setelah ia kembali ia mendapati laporan gadis buta itu mengurung diri di dalam kamar.

Tao berdiri melangkah angkuh meninggalkan ruangannya, di tatapnya pintu kamar Trisha.

Sebenarnya ia ragu untuk menemui Trisha karena memang ia tidak pernah melecehkan gadis itu, semua karena ulah Zion yang terlalu jauh bermain dengan Trisha.

Akhirnya Tao tidak tahan ia membuka kamar Trisha mendapati gadis itu hanya berbaring lemah meringkuk di atas ranjangnya.

Tao melirik pada makanan dan segelas susu di atas meja tanpa tersentuh sedikit pun.

"Kenapa kau tidak makan?"

Trisha terkejut ia tidak sadar ternyata pria yang sangat ia benci memasuki kamarnya tanpa permisi.

Tapi ia bukan lah siapa siapa, ia hanya di jadikan budak di sini meski tanpa di siksa secara fisik tapi batin Trisha lah yang di lukai sangat dalam.

"Bisakah tuan keluar." Kata Trisha.

"Memang siapa kamu memerintah ku, ini adalah tempat ku." Kata Tao menyipitkan matanya tajam.

"Kalau begitu usirlah aku dari sini." Kata Trisha meski ia tau apa yang di ucapkan nya hanya sia sia belaka.

Trisha menjerit saat Tao menariknya untuk duduk.

"Lepaskan aku!" Isak Trisha sangat lemah.

"Kenapa kau bersikap bodoh, makan lah jangan berpikir untuk mati di tempat ku karena kalau itu terjadi mayat mu akan ku lempar pada binatang buas di hutan untuk di santap." Geram Tao

"Kenapa kau sangat kejam, setelah kau menyentuh ku kau bersikap munafik dengan merasa tidak bersalah."

"Berapa kali ku katakan aku tidak pernah menyentuhmu."

Trisha semakin ke sini tidak memahami sifat tuan di hadapannya ini. Meski ia tau tuannya ini memiliki pribadi lain tapi rasanya mereka sama tidak memiliki hati atau memang semua ini hanya alasan untuk menutupi kegilaan sebenarnya.

"Cepat makan, kata Tao menyodorkan sendok berisi bubur ke mulut Trisha.

"Aku tidak mau." Trisha menolak menepis kasar sendok itu hingga terlepas dari tangan Tao yang langsung murka menampar pipi Trisha kuat.

Trisha menyentuh pipinya, air matanya semakin deras mengalir.

"Kau memang manusia tidak tau diri, seharusnya kau bersyukur aku sudah berbaik hati menyuapimu."

"Aku tidak minta kepedulian tuan tapi aku minta tuan membebaskan ku." Jerit Trisha.

Tao mendekat membisik di telinga Trisha.

"Hanya dalam mimpi mu."

Deg

Trisha meneguk salivanya, terdiam layaknya patung tidak mampu lagi menyahut.

Tao melirik pada segelas susu, di ambilnya lalu di tengaknya tanpa di telannya, satu tangannya menyambar pipi Trisha mngantupnya kuat untuk Trisha membuka mulutnya.

Trisha semakin brontak dengan sisa tenaganya,l membuat Tao kesulitan hingga akalnya bekerja, Tao naik menindihi tubuh Trisha mengunci nya kuat, menyalurkan susu di dalam mulutnya ke dalam mulut Trisha.

"Shit!" Umpat Tao saat Trisha menyemburkan susu ke depan wajah nya.

Kemarahan Tao menjadi, tanpa pikir panjang ia melumat bibir Trisha ganas.

Tbc

Mr. Psychopath ( Tanto Shirasaya) Series Mafia #4Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang