TIGA

71.8K 1.1K 7
                                    

        Irene tiduran di kursi malas yang berada di dekat kolam renang itu. Kaca mata hitamnya ia kenakan. Hari itu ia ingin melepaskan kepenatan yang selama ini dialami olehnya. Specially kepenatan batinnya, pikir Irene dalam hati. Tanpa beban anak-anak dan suami juga. 

        Jiwanya sebetulnya sakit. Selama ini ia sudah berusaha menerima kenyataan, bahwa ia mempunyai seorang madu. Mempunyai rival dalam memperebutkan kasih sayang Pras. Sampai kemudian ia hanya minta waktu dua hari saja untuk bertemu dengan Pras. 

        Untung Sania dan Ika begitu menghiburnya, sehingga kesedihan dan pedihnya hati bisa ia redam dengan tertawa bersama mereka. Tapi itu tidak akan bertahan selamanya. Di saat sendiri seperti sekarang, semua beban kesedihan itu sangat amat terasa sekali. 

        Tengah asyik menikmati senja, seorang laki-laki muda, dengan badan atletis yang sangat terlihat jelas tercetak di pakaiannya yang ia gunakan tersenyum simpatik kepadanya. Ia merebahkann tubuhnya di kursi malas dekat Irene. 

        "Hai..." sapa laki-laki muda itu ramah. Senyumnya dekik di pipi. Matanya tajam, mirip Tom Cruise. 

        "Hai juga..." 

        "Boleh tahu namamu?" 

        "Irene!"  

        "Lengkapnya?" 

        "Irene Budi Winata..." 

     "Nama yang indah, orangnya cantik, dan mempunyai sinar mata yang cemerlang. Namaku Andrean Ditya Mahendra..." 

        "Bisa dipanggil Andre, Kenzi, atau Maher terserah..., disini sedang mengikuti penataran. Ada semacam seminar satu minggu. Kebetulan oleh perusahaan aku dikirim ke sini...." jelasnya sambil tertawa. 

        "Asli darimana?" 

        "Bandung..." 

        "Ah, enggak terlalu jauh, kan?" 

      "Yah, untuk langsung berangkat dari rumah terlalu capek. Aku lebih suka tiketnya aku pakai. Lumayan, yang bayar kan perusahaan...!" 

        "Sekarang enggak ada acara?" 

      "Enggak, seasonnya hanya sampai jam tiga saja. Ini baru saja selesai. Aku lihat dari kamar sana, kau sendirian terus..." 

        "Aku memang sendiri..." 

        "Tak punya teman?" 

        "Andre mau menemani?" ucap Irene langsung sambil menatapnya. 

        "Tentu, jika tak ada yang merasa terganggu..." 

        "Ah, enggak. Tak ada, jangan kuatir...!" 

        "Dengan senang hati. Bagaimana kalau bicara di kamarku saja? Kita bisa lebih leluasa untuk bicara apa saja. Di sini, kelewat banyak mata yang mengawasi. Tak enak..." saran Andre. 

    "Bagaimana kalau minum-minum di kamarku saja?" tawar Irene bergairah. Ingat akan pengkhianatan Pras, ia jadi penasaran sendiri. Apa salahnya ia coba.....berpetualang? 

        "Boleh, di kamar berapa...?" 

     "Kau menyusul ya? Aku di lantai tujuh, kamar 704. Ketuk saja pintunya. Aku akan dengan senang hati menunggumu disana...!" 

        "Oh, terima kasih atas undangannya...!" 

        "Kutunggu Andre," bisik Irene. 

Gairah... Istri PertamaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang