EMPAT

73.4K 1.1K 21
                                    

        Entah siapa yang mengajak ke ranjang lebih dulu. Tapi Irene yang sudah mulai mabuk asmara, merelakan tubuhnya tertindih. Bahkan, wanita istri pertama dari seorang pengusaha muda itu mulai bergairah. Duka nestapa perasaanya perlahan-lahan mulai tersibak. 

        Remasan jari-jemari Andre yang lembut membuatnya terhibur. Ia memang merindukan suasana lain dari rutinitas pelayanannya kepada Pras yang selalu datang dalam keadaan letih. Entah karena capek pekerjaan, atau karena dihabiskan di tempat istri muda tenaganya. Ia juga tak tahu. Yang jelas hampir setiap minggu Pras datang dalam keadaan loyo. Maklum, Adel memang lebih seksi. Mungkin ia lebih hot dalam melayani Pras. 

        Kini Irene jauh dari suaminya. Jauh dari anak-anaknya. Beban yang bergelayut dalam perasaannya, ia sibak perlahan. Sehingga yang ada adalah gairah dirinya, menerima sentuhan laki-lakiyang benar-benar baru. 

        "Andre..." 

        "Ya?" 

        "Kau tak menyesal mengenalku?" 

        "Tidak..." 

        "Sungguh?" 

        "Iya, sungguh. Kalau perlu aku bersumpah. Aku senang bertemu denganmu. Aku bisa menghiburmu. Paling tidak bisa berbagi kesedihan denganmu. Kau wanita cantik, apa ruginya mengenalmu? Tak ada. Bahkan kalau kau ijinkan, aku akan melibatkan kehidupanku dalam kesedihanmu. Bahkan aku bersedia datang ke rumahmu...!" 

        "Jangan dulu, nanti aku atur..." 

        "Kau tinggal di Jakarta, kan?" 

        "Iya..." 

        "Boleh kutahu alamatmu?" 

        "Nanti kuberi nomor telepon kantorku saja, ya? Agar kita bisa bertemu dan mengatur pertemuan? Jangan di rumah dulu, masih sulit mengatur waktunya. Berbeda kalau kau telpon ke kantorku, mungkin aku bisa berbagi waktu....!" 

        Mata Irene berbinar-binar. Ia membuka kancing kemeja tebal mlik Andre. Ia kemudian melihat bulu dada yang yang tebal dan lembut. Ia mengusapnya. Serta kedua putingnya yang kecoklatan. Ia gerakan jari telunjuknya membuat lingkaran di daerah putingnya. Andre sedikit menggelinjang tertahan. Ia terus memainkannya, sekali-kali ia sentil. Merasaan getaran tersendiri. 

        Kemudian Andre juga membuka kain yang melekat di tubuh Irene. Mereka kini merasa dekat. Merasa saling membutuhkan. Dan Andre melihat sebentuk kulit tubuh yang lembut, kuning, dan halus. Tanpa sadar Andre secara spontan mencium bahu wanita itu. 

        "Aku sudah kelihatan tua, Ndre?" 

        "Enggak, kau pantas sekolah di SMA lagi....!" 

        "Ah, yang benar aja?" 

        "Iya, kau masih muda. Benar kok, kau tak tampak berusia dua puluh lima tahun. Aku sendiri kalau tak kau beritahu, tak yakin kalau kau punya dua anak. Tapi kalau kau SMA lulus langsung menikah, aku percaya!" 

        "Aku pantas kau ciumi seperti itu?" 

        "Mengapa tidak?" 

        "Padahal gadis yang cantik pun bisa kau dapatkan..." 

        "Ah, kau salah. Sekarang ini aku sedang bertanya dalam hatiku, apa benar aku sedang jatuh cinta, sebab sekian lama, aku tak pernah merasakan debaran jantung yang begitu hebat seperti sekarag ini!" 

Gairah... Istri PertamaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang