DUA BELAS

36.3K 834 3
                                    

        Untuk mengantikan posisi Ika, Irene mengangkat Saras. Bukan hanya Saras jujur dan tak banyak memiliki persoalan pribadi, tetapi kerja Saras selama ini menunjukkan prestasi yang menggembirakan. Lalu untuk menggantikan posisi Saras, Irene mengusulkan kepada dewan komisaris yaitu, Erna, yang paling senior diantara tenaga karyawan lainnya. Sebetulnya Erna juga lebih senior dibanding dengan Irene sendiri dan Sania. Maka yang paling pantas memang Erna. 

    Jajaran teras Bank Artha Mulya menjadi lengkap lagi. Kali ini masih tetap diduduki macan-macan betina bank. Cowok masih belum menempati posisi vital. Karena kebanyakan cowok memang relatif baru. 

        Bahkan kali ini managemen bank itu lebih solid, karena mereka menempati posisi yang pas di tempatnya masing-masing. Erna yang gesit dan lincah bergaul, mampu menggalang dan meningkatkan kinerja anak buahnya. Sebagai Kepala Personalia, Erna mengusulkan kenaikan tunjangan keluarga. Dan pihak bank menyetujui. Tapi Erna juga yang meningkatkan disiplin karyawan. 

        Saras juga seorang yang jujur, bahkan ia sangat hati-hati memegang keuangan. Sebagai Kepala Keuangan, ia memang bertanggung jawab penuh masalah keuangan bank itu secara keseluruhan. 

Sania sendiri masih di tempatnya. Namun ia sekarang bekerja lebih enak. Partnernya Saras dan Irene lebih cocok, ketimbang Ika yang dulu terlalu transparan menunjukkan masalah pribadinya. 

        Namun secara diam-diam, Sania juga menggalang pertemuan dengan Nik. Tak ada yang tahu, karena pertemuan itu mereka lakukan di sebuah hotel langsung pada jam dan waktu yang telah ditentukan. Sania telah membooking kamar hotel, untuk hari-hari tertentu setiap minggunya. 

        Seperti senja ini, mereka bertemu. Nik lebih kelihatan segar dari pada biasanya. Laki-laki muda itu terlihat sopan dan lembut. Senyum Nik yang khas terasa manis di mata Sania. Diam-diam Sania memang telah jatuh cinta pada Nik. 

        "Bagaimana persoalanmu sendiri?" tanya Nik. Ketika mereka habis minum. dua teguk sampagne membuat wajah mereka terasa lebih segar. Bau harum anggur terasa lebih menyegarkan. 

        "Persoalan apa?"

        "Antara kau dan Yoga..." 

    "Yoga sudah bisa menerima kenyataan itu. Gugatanku sudah mulai berjalan. Semua kuserahkan kepada pengacaraku. Aku tak ingin datang menemuinya. Biarlah, aku tahu terima beresnya...!" 

        "Kau tak menyesal?" 

        "Apa yang kusesali? Masa depanku bukan dia yang menentukan. Aku hanya menyesal, mengapa semua itu harus terjadi? Sementara dulu, tak pernah kubayangkan kehidupanku bakal begini....!" 

        "Tapi kalau enggak begitu, kau enggak bakal melirikku..." 

        "Mungkin memang harus begitu, ya?" 

        "Ya, harus begitu...!" 

        Keduanya tersenyum, memang secara diam-diam, tanpa banyak teman-teman kantornya yang tahu, Sania mengajukan gugatan cerai. Semua ia serahkan kepada pengacaranya, termasuk ketidaksediaanya untuk bertemu dengan Yoga. Ia memang sudah putuskan. Dan itulah yang sudah dia ambil. Yoga hanya tinggal kenangan manis di masa lalu. 

        Sebetulnya perceraian itu ditentang kedua belah pihak. Baik orang tua Yoga, yang sudah menganggap Sania anak sendiri, juga orang tua Sania, terutama ayah Sania. Namun keduanya tak bisa memenuhi jalan keluar yang diberikan orang tua. Yoga tak bisa melepaskan istri keduanya, dan Sania tak mau menerima nasib jadi istri pertama. Ia ingin mendapatkan masa depan yang lebih pasti. 

Gairah... Istri PertamaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang