Chapter 4

38 4 0
                                    

Gian melangkahkan kakinya dengan santai ke belakang sekolah , setelah kejadian dirooftop dia memilih tempat ini untuk bolos, tanpa ada niatnya untuk kembali kekelas. pandangannya melihat ke kiri dan kanan. Setelah dirasa aman dia mengambil kursi lapuk dipinggir dinding dan meletakkannya bersandar pada tembok. Dia memanjatnya dan berhasil keluar dengan mudah dari sekolah setelah mrloncat.tanpa diketahui oleh gian ada seorang pria yang sedari tadi mengikuti dan memperhatikannya.

Mood gian sedang tidak bagus untuk belajar, lagian percuma juga dia belajar, hasilnya dia juga akan selalu mendapat peringkat satu. Dia sedang malas dan memilih untuk bolos dan pergi ke rumah pohonnya yang berada dipedesaan yang dibangun olehnya bersama kenangannya, Arnold.

Gian menunggu ojek online yang telah dipesannya di cafe dekat sekolah.

Seorang lelaki berseragam yang sama dengannya diam diam mengikuti gian setelah melihat cewek itu melompati gerbang yang bisa dibilang hanya anak cowok saja yang mungkin memanjatnya, karena tinggi gerbang itu mencapai 5 meter.

Setelah ojek online gian datang gian segera naik dan memberitahukan tujuannya. Lelaki itu pun mengikuti gian dengan menyewa sepeda motor milik karyawan cafe , karena tidak mungkin dia kembali kesekolah untuk mengambil motornya.

Perjalanan yang dilalui gian sangat damai tanpa adanya hiruk pikuk warga. Gian memberikan selembar uang berwarna merah pada tukang ojek setelah sampai di tujuan.

Revan memberhentikan motornya agak jauh dari tempat gian dan Memarkirkannya dibalik pohon besar. Kemudian revan berjalan menghampiri gian yang sedang memanjat naik kerumah pohon.

Revan berdecak kagum. Suasana tempat ini sungguh nyaman dan asri, pantas saja gian memilih kesini.revan srmakin prnasaran dengan gian. Dia merasa gian memiliki masalah sehingga bolos untuk menyendiri, melihat sikapnya yang sempat melamun saat di rooftop tadi. Revan memanjat tangga untuk menyusul gian yang telah naik terlebih dahulu ke rumah pohon.

Gian telah duduk di pinggir rumah pohon dengan kaki yang menggantung bebas kebawah. Dia mengayunkan kakinya yang menjuntai bebas dengan pandangan yang fokus kedepan. Revan mendekati gian dan ikut duduk disampingnya dengan pandangan yang juga fokus kedepan.

"Nyaman ya disini" ucap revan meredakan kesunyian. Gian hanya menoleh dan kembali fokus kedepan. Gian memang telah merasakan kehadiran seseorang yang mengikutinya sejak tadi dan menghampirinya namun dia tahu itu cowok dirooftop tadi dan gian membiarkannya mengikutinya.

Mereka berdua sibuk dengan kesunyian dan pikiran mereka masing-masing , sementara di sekolah dara dan gevan kebingungan mencari keberadaan gian.

"Hm... " Revan berdeham didekat dara sontak membuat dara mundur beberapa langkah dan mengusap dadanya

"Kak... Gevan "

dara tidak percaya cowok yang ia sukai berada didekatnya, menatapnya, di ulang lagi menatapnya. Dara menutup mulutnya yang sempat membuka lebar.

"Teman lo si troublemaker dimana?"

Dara mulai merasa curiga, kenapa si ketos yang pernah menghukum gian mencari gian. Apa gian membuat masalah lagi? Perasaannya mulai tidak nyaman mengkhawatirkan sahabatnya

"Aku juga gak tau kak, tadi dia permisi terus gak balik lagi. Ini aku juga lagi cari dia"

Gevan terdiam mencoba berpikir    dimana keberadaan gian saat ini

"Coba lo hubungi" suruh gevan

Dara menghubungi ponsel gian, suara nada dering ponsel gian terdengar berada di dalam kelas. Gian meninggalkan ponselnya,  dara semakin merasa cemas. Kevin yang melihat mereka berdua merasa cemas juga ikut bertanya -tanya, kemana perginya teman sebangkunya. Gevan juga memilih pergi menelusuri sekolah untuk mencaru keberadaan gian.

* * *

"Gian... Sini lo awas aja lo kalau ketangkap gue..."  revan berteriak sambil mengejar gian

"Gila kenceng juga larinya tuh cewek" revan berhenti sesaat untuk mengatur nafasnya yang tersenggal senggal.

Revan berhasil menangkap gian dengan memeluk gian dari belakang membuat tubuh gian menegang. Revan langsung melepaskan pelukannya melihat reaksi gian. Revan meminta maaf dan mengambil handphonenya yang berada di tangan gian.

Setelah kesunyian mereka, revan menjaili gian yang dibalas dengan gian yang mengambil benda kesayangannya, ponsel keramatnya. Bisa habis dia kalau gian membuka ponselnya dan melihat isi galerinya. Alhasil beginilah mereka kejar kejaran seperti anak kecil berebut mainan, berakhir dengan kebungkaman gian setelah pelukan dari revan

Tbc...

Hate & LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang