Chapter 6

55 2 0
                                    

Gian dan Revan sedang dalam perjalanan ke sekolah. Suasana sunyi mengiringi perjalanan mereka. Tidak ada satupun dari mereka yang berniat membuka obrolan. Disatu sisi baru kali ini gian dibonceng cowok selain papanya. Disisi lain revan terus diam-diam memperhatikan wajah gian yang diterpa angin melalui spion. Cantik itulah yang ditangkap matanya

Ciiiiittt

Suara ban yang bergesekan dengan aspal dipaksa berhenti hingga menimbulkan bunyi nyaring.

gian terhempas kedepan membuatnya refleks memeluk pinggang revan erat dan menutup kedua matanya. Revan melihat kedepan, syukurlah kucing itu tidak tertabrak.

Setelah merasa aman, gian melepas pelukannya "ada apa?"

"Ada kucing nyebrang tadi" jawab revan.

Revan melirik gian lewat spion"Mending kamu pegangan , takut jatuh"

Kamu? Sejak kapan revan yang notabenenya seorang badboy bisa menggunakan kata kamu.pikir gian

Gian pun mengikuti saran revan dengan berpegangan ,tapi pada tas revan yang berada diantara mereka. Itu membuat revan kecewa, mending tasnya tidak dia bawa tadi. Umpatnya kesal.

* * * * *

Kini mereka berdua telah sampai  diparkiran sekolah . gian turun terlebih dahulu , memberikan helm kepada revan.

Revan menerima helm gian, dan meletakkannya diatas motornya. Ia ikut turun. Mencegah gian yang hendak melangkah menuju sekolah utama.

Gian menatap revan dengan sebelah alis terangkat.

Revan menatap gian sebentar, kemudian tersenyun tulus. Senyuman yang jarang sekali ia tunjukkan. Tangannya terulur merapikan bandana gian dan rambut gian yang sedikit berantakan.

"Selesai! "

Gian membeku. Perhatian kecil revan mampu membuat jantungnya berdetak kencang.

Gian mendongak menatap revan , karena tubuh revan yang lebih tinggi dari gian. Gian menatap revan dan tersenyum, begitu juga dengan revan. Revan mengangguk mengajak gian masuk kesekolah. Revan sadar sedari tadi banyak siswa maupun siswi yang melihat mereka. Tapi revan bodo amat, selagi itu membuatnya bahagia dia tidak peduli dengan orang lain.

* * * * *

Gevan baru saja sampai di parkiran sekolah. Setelah meletakkan helmnya di motor. Pandangannya terpaku pada dua orang berbeda jenis kelamin dengan seragam sama sepertinya sedang bertatapan. Gevan merasakan ada rasa yang mengganjal melihat kejadian itu. Dia mencoba menjauh, dia tidak mau merasakan rasa sesak begitu lama.

"Kak gevan, itu gian" seorang gadis menghampirinya dan menunjuk kepada mereka yang bertatapan

"Bodo amat"

Gevan mengusap wajahnya kasar dan pergi meninggalkan dara yang kebingungan.

"Sebenarnya kak gevan kenapa sih? Bukannya kemarin dia nyari gian ya? Kok itu gian bisa bareng kak revan? Apa kak gevan cemburu?" dara mulai bermonolog pada dirinya sendiri.

* * * * *

Sepanjang koridor , semua tatapan menatap kearah gian dan revan, yang diperhatikan hanya berjalan dengan santainya tanpa menghiraukan bisikan-bisikan gaib disekitarnya.

Seorang cewek dengan rambut berwarna pink menghadang gian dan revan.

"Well well well ternyata murid baru cecunguk ini lagi deketin revan guys" dia tertawa keras saat memberitahu kesemua orang.

Mata gian membulat , kemarahannya sudah terkumpul, kesabarannya sudah habis. Dia mengepal tangannya kuat melihat kearah siska yang sibuk membicarakan dirinya secara kuat didepan semua orang.

"Lo iru kan sama gue" cetus gian disela pembicaraan siska

"Gue" tunjuknya ke dirinya sendiri

Siska tersenyum sinis "kenapa juga gue iri sama lo, gue punya segalanya"

"Bagus kalau begitu, dan sekarang lo minggir"

Gian menyenggol bahu siska untuk melanjutkan kembali perjanannya menuju kelas, sedangkan revan mengikuti langkah gian setelah memberi tatapan tajam ke siska.

Siska memandang punggung mereka "awas aja lo cunguk, lo udah rebut revan dari gue" gumamnya pelan.

Siska memandang orang-orang disekitarnya yang menatapnya sambil berbisik.

"Apa lo liatin gue!"

"Huuuuu..." sorak para murid membuat siska malu dan pergi dari tempat itu

* * * * *

Gian melangkahkan kakinya di koridor dengan santai. Dia memasang wajah datar selama perjalanan. Mereka yang mengenalnya ada yang beberapa menyapanya dibalis sapaan balik oleh gian. Tidak semua orang membenci gian, masih ada beberapa yang berada dipihak gian. Gian ramah jika diramahin, dan dia akan berubah menjadi seorang monster apabila harga dirinya telah dijatuhkan.

Langkah gian berhenti diujung gerbang. Pandangannya menyapu parkiran motor yang terlihat terik oleh panas matahari. Matanya menangkap siluet pria yang sedang duduk diatas motornya santai. Kakinya melangkah mendekati cowok itu. Sesuai janjinya dia akan pergi dan pulang bersama cowok itu seminggu ini.

Langkahnya mendadak berhenti. Sebuah tangan mencekal pergelangan tangannya. Gevan, sang Ketua osis yang sangat dibenci olehnya muncul dihadapannya.

"Jangan pikir lo bisa lari dari hukuman lo"

Gian menghela napas kasar " gue gak peduli"

"Lo gak bisa gitu" tolak gevan

"Gue mau ngerjain asal bukan lo yang ngawasin gue, gue enek tau gak deket lo"

Gevan marah, dia mengepal satu tangannya yang bebas. "Gue gak butuh argumen lo"

Gevan menarik gian, tanpa peduli rontaan gian yang meminta untuk dilepaskan.

Gian menghempas tangannya yang dicekal gevan hingga terlepas "Gue mau hubungin seseorang dulu"

Gian menghambil handphone di sakunya dan mulai menempelkan ditelinganya.

"Haloo gi... Lo dimana" suara sambungan diseberang sana.

" rev lo pulang aja dulu gue ada perlu" gian langsung mematikan ponselnya tanpa menunggu balasan dari seseorang diseberang sana.

Gevan merasa ngilu dihatinya . gian pamit kepada revan. Apa hubungan gian dengan revan sehingga gian pamit dengan revan.

Gian mengambil peralatan kebersihan dan mulai masuk ke bilik kamar mandi.

Dia mulai menyiram , memberi cairan untuk menyikat lantai , saat gian hendak mengambil sikat lantai , kakinya tidak sengaja menginjak bungkus plastik bekas pembalut di lantai. Badannya limbung kebelakang.

Gian hanya bisa memejamkan mata. Namun bukan sakit yang ia rasakan saat ini. Dia merasa tubuhnya melayang. Dia membuka matanya perlahan. Matanya bertubrukan dengan mata coklat yang menatap matanya tajam.

Gevan mendirikan gian. " loe gak usah modus ke gue, sok jatuh segala, buruan beresin itu, gue gak mau ada drama lagi"

Gian mengumpat setelah gevan berlalu. "Dasar ketos nyebelin, ngapain juga gue modus ke elo, gak ada untungnya juga kali."

Gian menatap kamar mandi itu, dia segera mengambil perlengkapan tempurnya karena dia ingin cepat pergi agar terlepas dari pengawasan ketos yang membuatnya muak bahkan benci.

Tbc...

Jangan lupa vote+comment ya😉

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Dec 13, 2018 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Hate & LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang