Part 3 - The Choosen One

8 0 0
                                    

Orang itu mendekat ke arahku, masih dengan senyum yang sama. Dia melempar tiang infus yang kuacungkan padanya dengan mudah. Selemah itukah aku?

"Aahhh... menjauhlah dasar orang mesum!"

Orang itu berhenti di depanku. Senyumnya lenyap. Pandangannya menyipit, mengimidasiku. Mataku yang semula melotot kini meredup. Aku ketakutan dan menciut di pinggir pembaringan. Dia mengangkat tangannya. Kurasa dia akan memukulku tapi yang kudapat adalah... sebuah jitakan, tepat di dahi.

"Heh! Kau sebut aku orang mesum?" Orang itu mengangkat tangannya lagi sepertinya untuk menjitak dahiku untuk yang kedua kalinya.

Drakkk...

Pintu ruangan yang kutempati bergeser dan menampilkan sosok paramedis yang memakai masker. Paramedis itu masuk ke dalam dengan ekspresi terkejut. Biar kutebak, pertama dia kaget karena aku sudah siuman, kedua dia terkejut sebab tiang infusku tergeletak di lantai, dan ketiga-alasan yang paling kuat-dia terperanjat karena ada orang mesum yang mencoba menyentuhku.

"Kenapa kau masih di sini? Cepat pergi ke luar!" teriaknya pada orang mesum di depanku. Orang itu lalu menurunkan tangannya dan pergi dari ruanganku dengan wajah takut-takut.

Paramedis itu memungut tiang infus lalu memasangkan selangnya kembali ke tanganku. Dia membersihkan darah yang mengalir di telapak tanganku yang disebabkan oleh tercabutnya selang infus tadi.

"Kapan kau siuman?"

"Beberapa menit yang lalu."

"Kenapa tiang infusnya bisa ada di lantai? Kau membuat selangnya tercabut dari tanganmu."

"Orang tadi melemparnya," kataku lemah. Paramedis itu mengerutkan dahinya, menuntut penjelasan lebih detail dariku, "Aku menggunakannya sebagai senjata dari orang tadi yang ingin mendekatiku."

Paramedis itu tertawa, "Kenapa kau harus menggunakannya sebagai senjata? Ralph tidak akan mencelakaimu. Dia bahkan adalah orang yang telah menyelamatkanmu dan menungguimu siuman selama dua hari di sini."

"Aku hanya takut," Paramedis itu menatapku. Dia sudah selesai memasang selang infus ke tanganku dan juga sudah mensterilkan telapak tanganku, "Terima kasih," ujarku kemudian, balas menatapnya.

"Tak ada yang perlu dicemaskan lagi Nak. Semua sudah aman."

Aku hanya tersenyum menanggapinya meski sejujurnya masih trauma akan kejadian dua hari lalu, pembantaian penduduk di distrik tempat tinggalku oleh pasukan Falcon. Tiba-tiba aku teringat sesuatu, tadi paramedis itu mengatakan bahwa orang mesum tadi bernama Ralph, mungkinkah... Komandan Ralph, pemimpin pasukan Megadron. Dia adalah salah satu orang yang paling populer dan berpengaruh di Oxoine. Hah? Bagaimana aku bisa tidak mengenalinya? Aku bahkan berburuk sangka bahwa ia adalah orang mesum.

"Tidurlah kembali! Kepalamu pasti masih sakit," dia membantuku berbaring di kasur. Lalu hendak pergi.

"Tunggu!" Teriakku. Dia berbalik, menatapku bingung, "Anda bilang Komandan Ralph menungguiku selama dua hari?" Aku tak habis pikir, anggota militer penting sepertinya mau menungguiku. Dia selalu sibuk, apalagi akhir-akhir ini pasti terjadi keributan karena pasukan Falcon berhasil menembus pertahanan kami. Pihak militer pasti akan kerepotan mengamankan wilayah kami kembali dan harus memberikan klarifikasi mengapa musuh berhasil masuk. Lalu mengapa ia di sini? Seperti tidak ada kerjaan saja.

Change the WorldTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang