2. Finding Partner Team

1.7K 365 76
                                    


Semenjak membaca formulir lomba pagi tadi, Ola benar-benar kehilangan akal sampai menyobek lembaran tersebut untuk dibawa pulang. Membaca berkali-kali. Berdecak kagum untuk keseratus kali. Sharga yang jengah jadi kepikiran untuk merobek formulir itu saking gemasnya melihat Ola jadi tidak fokus melakukan apa pun.

Di kelas tidak memerhatikan pelajaran, saat pulang terus menunduk hingga tetap duduk di motor selama dua puluh menit karena tidak sadar sudah sampai, tiba di rumah telah disiapkan makan malam tetapi malah asyik memandangi formulir itu.

"La, makanannya nanti dingin loh kalau didiemin terus." tegur Sera, ibu Sharga yang sudah seperti ibu Ola sendiri karena semenjak kematian bunda Ola lima tahun lalu, Sera yang mengurus gadis itu. Terlebih Ayah Ola juga harus bekerja di luar kota.

"Biarin, Mah. Biar makanannya dingin. Biar dia nggak usah makan." cetus Sharga. Menelan kepalan nasi dengan tidak peduli. Sera memukul pelan lengan anak itu, menyuruhnya tidak asal bicara.

"Itu formulir apa sih, La? Kok, kayaknya kamu senang banget?" Sera meletakkan sendok, sedikit menjulurkan kepala mengintip apa yang tengah diamati oleh anak tetangganya tersebut.

"Tante pasti nggak akan percaya!" Ola menoleh dengan sangat semringah. "Ini formulir lomba yang diadain sekolah. Hadiahnya ikut pertukaran pelajar di Korea selama enam bulan! Semuanya gratis ditanggung penyelenggara!"

"Oh, ya?" Sera menaikkan alis, mulutnya jatuh menganga. Wanita berusia empat puluhan itu mengambil formulir yang disodorkan Ola. Menilik lebih jauh mengenai lomba tersebut.

"Iya, tapi syaratnya harus punya bakat dan nilai yang bagus. Sayang banget, Ola nggak bisa memenuhi dua persyaratan itu." jawab Sharga. Menggigit potongan ayam sembari melirik Ola yang sudah mengepalkan tangan menatapnya penuh dendam.

"Sok tahu!" ketus Ola. "Gue bakal ikut lomba itu. Titik!"

"Nilai lo aja nggak ada yang bagus. Bakat juga sampai sekarang nggak kelihatan ada di bidang apa. Gimana mau ikut?" Sharga membalas, kali ini sibuk memisahkan kulit ayam dari daging. Tidak suka. "Keasyikan nontonin oppa-oppa-an sih lo." cibirnya melanjutkan.

"Kok lo nyalahin oppa-oppa gue lagi?!" Ola berdiri mengentak kaki, menatap Sharga nyalang.

Sera sampai terkejut dan nyaris latah. Wanita itu menyenggol pelan sang anak, mengancam apabila anak itu tidak mau tutup mulut maka akan dia cubit-tentu ucapan itu keluar tanpa suara. Sharga mencebikkan bibir.Mencibir pelan kemudian menggeser kursinya menyerong, duduk memunggungi.

"Tenang, Ola, tenang." ujar Sera mengelus rambut Ola, membawanya kembali duduk. "Emang Ola mau ikut lomba apa? Di sini kan ada pilihannya, nih contohnya kalau yang entertaining ada nyanyi sama dance. Ola ikut yang mana?" Sera menunjuk satu per satu tulisan.

"Ola mau ikut lomba nyanyi aja, Tante." jawab Ola tanpa ragu-ragu. Bak seorang anak TK yang antusias ditanyai apakah mau makan es krim atau tidak.

Tanpa sadar kalau jawaban tersebut mengundang ledakan tawa dari sosok yang duduk membelakangi mereka. Ola mengerutkan dahi. Senyum lebar yang terpatri di wajahnya memudar berganti tatapan kesal bukan kepalang.

"Nyanyi, HA HA HA!"

Sharga tertawa keras sambil bertepuk tangan. Kebiasannya kalau sudah kelewat ngakak. Cowok itu menoleh pada Ola, menunjuk-nunjuk gadis itu masih dengan tawa tidak tertahan. Sera menghela napas. Memilih memundurkan kursi memberi ruang kalau saja Ola nanti maju menerjang.

"Suara lo sama bunyi klakson tukang roti keliling aja nggak ada bedanya, La!" cerca Sharga di sela-sela tawa yang tak kunjung reda.

"Suara gue bagus tahu!" Ola membela diri.

Fangirl Effect [telah terbit]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang