7. Sebuah Keyakinan

774 158 13
                                    

Tandai satu hal ini. Ola tidak pernah berjuang. Tidak kecuali itu menyangkut mengenai Oppa-Oppa dan kegiatan fangirlingnya. Namun, karena lomba berhadiah luar biasa itu Ola sudah tidak tahu lagi seberapa banyak perjuangan yang dia kerahkan. Keyshia masih terus menolak. Bahkan beberapa kali membohonginya agar bisa menjauh-yang kemudian membuatnya jadi siap siaga tiap kali Keyshia mulai melontarkan kalimat semacam kucing terbang atau kodok ngesot.

Begitu pula Mika. Menghindar terus seolah-olah Ola ibu kost penagih uang bulanan.

Ampun, deh. Kenapa sih, ngajak mereka lomba aja susahnya kayak mau masuk wahana rumah hantu? Masa Ola perlu sujud-sujud supaya mereka merasa kasihan dan mau bantu?

"Gue nggak punya alasan kenapa harus bantuin lo dan gue juga nggak tertarik ikut lomba itu. Jadi, plis banget, Ola atau siapa pun nama lo, bisa nggak sih sehari aja berhenti gangguin gue?" Keyshia menghentikan langkah. Lelah diikuti ke sana-kemari oleh Ola selama dua hari penuh. Seakan penolakannya beberapa hari yang lalu tak diindahkan oleh gadis itu. Seakan benjolan yang gadis itu dapatkan tidak mampu membuat kapok.

"Lo punya, kok! Lo punya alasan kenapa harus bantuin gue!" balas Ola, berapi-api. "Gue tau lo pintar nge-dance. Skill lo bagus. Gue bahkan nonton video dance lo pas pensi kemarin!"

Keyshia menghela napas dalam-dalam. Tidak mengerti mengapa dirinya harus terjebak dalam situasi seperti ini. Gadis di hadapannya itu menatap dengan mata berbinar-binar. Keyshia tahu dia sangat amat berharap. Namun....

"Gue udah keluar dari dance dan gue nggak akan mau berurusan lagi sama hal itu," tegas Keyshia tak terbantahkan. "Mending lo cari yang lain aja, deh."

Keputusan Keyshia pun sudah bulat. Tidak bisa diganggu gugat. Tidak bisa ditawar-tawar. Maka dari itu, setelah mengatakannya Keyshia bergegas pergi untuk kembali ke kelas mengingat jam pertama hari ini adalah matematika dan guru yang mengajar kelasnya termasuk galak. Lebih baik datang lebih dulu daripada telat dan dapat amukan.

Ola mengepalkan tangan. Menatap punggung Keyshia yang ada beberapa meter di depan. Nyaris seminggu. Ini sudah lebih dari waktu yang seharusnya. Dia tidak bisa mengulur waktu lebih lama lagi untuk masalah ini. Latihan harus segera diadakan karena bulan depan semakin dekat.

"Key, lo bilang nggak mau lagi berurusan sama dance?" Ola bersuara lagi. Tidak membiarkan Keyshia pergi begitu saja, tetapi Keyshia tetap melangkahkan kakinya seakan omongan Ola hanya semilir angin yang tidak perlu dipedulikan. Tidak sebab sejak awal dia tidak mengenal Ola dan merasa seharusnya tidak memiliki urusan dengan gadis itu.

"Cuma gara-gara Ladinka lo lepas sesuatu yang lo suka?"

Atau tidak, karena Ola terlalu tahu banyak hal yang membuatnya jadi kesal.

Keyshia menghentikan langkah. Gadis itu membalikkan tubuh. Menatap tajam Ola yang sudah menghilangkan tatapan berbinar tadi. Bagus. Harusnya seperti itu agar Keyshia tidak perlu merasa kasihan seandainya ingin mengeluarkan makian atau kata-kata kasar-seperti yang dia tahan selama beberapa hari ini.

"Lo bukan keluar, tapi dikeluarin sama Ladinka."

"Lo nggak usah sok tau," ujar Keyshia.

Ola menelan ludah. Sedikit gentar karena suara Keyshia begitu dingin dan ketus. Ola menoleh ke segala arah lantas mengucap syukur karena koridor sedang dalam keadaan sepi. Semisal terjadi pertengkaran pun pasti tidak ada yang tahu. Semoga saja.

"Se--seharusnya lo nggak diam gitu aja. Gue,... maksud gue, anu, gue paham kenapa lo bersikap 'nggak menyenangkan'. Itu karena lo terlalu suka sama dance. Iya, 'kan? Lo terlalu suka, lo mau berbagi ilmu yang lo punya, tapi Ladinka dan anak-anak justru mikir lo sok ngatur. Iya kan, Key?" Ola menelan ludah sekali lagi, tidak memungkiri gugup luar biasa meski telah menaikkan dagu, mencoba tidak terlihat takut.

Fangirl Effect [telah terbit]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang