Bab 1

40 6 2
                                    


Alesya sedang berjalan dengan santainya menuju kantin sekolah. Langit hari ini cerah sekali, secerah suasana hati Alesya sendiri. Hari yang indah selalu bisa membuat orang bahagia, bukan?

Sayangnya kebahagiaan Alesya tidak bertahan lama, sama halnya seperti kita lagi deket sama orang, tapi ternyata orangnya udah punya pacar, sedih banget kan?

Baru saja ia hendak menuju kantin untuk mengisi perutnya yang lapar karena belum sarapan, namun bel sekolah malah lebih dulu berbunyi. Saat itu juga Alesya mengutuk bel sekolahnya sendiri.

Sial. Mana gue laper lagi.

"Kalo gue ke kantin, nanti gue telat masuk kelas, apalagi sekarang ada ulangan fisika bisa di marah gue kalo telat" ucap Alesya nyaris seperti bisikan. Lalu hal berikutnya ia melangkah kembali menuju kelasnya.

Ditengah perjalannya menuju kelas, Alesya berhenti dan menepuk jidatnya seolah melupakan sesuatu. Ia harusnya berhenti di kelas IPS 1 terlebih dahulu untuk meminjam buku sejarah milik sepupunya yaitu Arga. Hari ini setelah ulangan fisika nanti ulangan sejarah akan menyusul, namun ia belum sempat belajar sejarah karena buku sejarah saja ia tidak punya.

"Aduh mana gue lupa minjem buku sejarah lagi" ucapnya lalu menghela napas panjang. "Lagian anak IPA masih aja belajar sejarah, kejadian beberapa jam lalu aja belum tentu gue inget apalagi kejadian waktu gue belum lahir"

Akhirnya Alesya memutuskan untuk ke kelas IPS 1 terlebih dahulu. Sesampainya di depan kelas tersebut, langkahnya berhenti. Tepat pada saat itu seorang murid laki – laki memasuki kelas tersebut.

Alesya tau orang itu bernama Surya. Hanya sekedar mengetahui namanya tidak pernah berkenalan ataupun berbicara dengan Surya walaupun sudah hampir tiga tahun ia bersekolah disini. Teman – temannya memang banyak yang membicarakan Surya namun dirinya tidak peduli. Hingga detik ini, untuk yang pertama kalinya ia melihat Surya dari jarak yang sangat dekat, dan ia akui pesona sang Surya tidak diragukan lagi.

Pantesan aja banyak yang suka, emang ganteng sih diliat dari deket.

Namun sebelum cowok itu benar – benar memasuki kelasnya, entah kekuatan dari mana ia memegang pergelangan tangan Surya. Surya menghentikan langkahnya lalu menatap Alesya bingung. Hal itu membuat Alesya kikuk dan dengan cepat melepas pegangan tangannya.

"Ada apa?"

"Bi-Bisa lo panggilin Arga?" ucapnya setengah gugup.

Gila. Malu banget gue, ngomong sama Surya aja grogi gini.

"Tunggu bentar ya" kata Surya sambil tersenyum ramah.

Pertemuan yang singkat. Namun mampu mengubah pandangan Alesya terhadap Surya.

***

FANATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang