"Aku pulang" sapa Alesya ketika tiba dirumah, namun seperti biasa tidak ada yang menjawabnya. Alesya selalu berharap suatu saat nanti ada yang membalas sapaannya itu kembali seperti dulu. Ia berjalan menaiki tangga lalu masuk ke dalam kamar miliknya.
Sepuluh menit kemudian, Alesya keluar kamar dengan pakaian yang sudah berganti menjadi kaos merah muda dan celana pendek rumahan yang biasa ia pakai.
Alesya menuju ruang keluarga dan berniat menonton televisi disana, kebiasaan Alesya jika ia sendiri dirumah pasti ia akan menonton televisi sekedar untuk meramaikan suasana.
Ting.
Handphone Alesya berbunyi menandakan ada pesan yang masuk.
Udah dirumah? Sorry abang gabisa jemput tadi. Inget makan ya.
Gaapa bang, Alesya udah dirumah.
Send.
Alesya tau walaupun Leo sangat sibuk, ia masih menyempatkan untuk bertanya keberadaan dirinya saat ini dan ya Alesya menyukai itu.
"Jadi kepikiran Surya" celetuk Alesya yang membuat dirinya geleng – geleng kepala. "Kata Arga dia udah punya pacar, masa sih? Gue stalk instagramnya aja kali ya"
Inilah Alesya dengan segala keingin tahuannya. Tapi satu hal, Alesya tidak tau nama lengkap Surya ataupun nama instagramnya, jika ia mengetik 'Surya saja di pencarian maka ada banyak Surya yang muncul.
Alesya berpikir lebih baik ia menanyakan hal itu kepada Arga karena Arga adalah teman Surya, namun kemudian niatnya hilang karena Alesya tau Arga pasti berpikir macam – macam. Atau malah Arga menganggap ucapannya tadi siang di lapangan basket adalah benar. Ia akan menjadi pelakor dan menguntit Surya lewat instagram pribadinya.
Tentu saja tidak. Tidak tau apa yang terjadi nanti.
Akhirnya selama lima menit berkutat dengan ponselnya, dia berhasil menemukan instagram milik Surya. Namun mengejutkan tidak ada foto - foto yang menunjukkan kalau ia sudah memiliki pacar.
Mungkin aja Arga salah kan?
Alesya memencet tombol follow lalu memberikan komentar disalah satu foto yang diunggah Surya.
Followback.
"ck, gue kenapa sih? Suka sama Surya? Secepat itu?" Gumamnya dengan diri sendiri, detik kemudian Alesya melempar handphonenya ke atas sofa dan menonton televisi.
***
Hidup tak selalu manis, pasti ada pahit – pahitnya. Itu yang kini dirasakan Alesya. Gara – gara Leo yang telat bangun alhasil Alesya datang terlambat kesekolahnya. Ini pertama kalinya ia datang terlambat pagi ini.
"Ini semua gara – gara bang Leo!" teriaknya ketika sudah sampai di depan gerbang sekolah yang sudah tertutup.
"Pak bukain saya pak, masa bapak tega liat saya belajar diluar sini" pinta Alesya ke salah satu satpam yang berjaga disana.
"Maaf nak bapak tidak bisa, nanti bapak dimarah sama kepala sekolah" ucap Satpam itu merasa bersalah karena tidak dapat melakukan apapun.
"Pakkk aku mohon"
"Udah deh, lo gabakal bisa masuk"
Suara itu membuat Alesya menoleh. Di hadapannya kini ada salah satu murid yang paling dibenci oleh guru – guru karena saking nakal dan sangat suka berbuat onar bahkan sering membolos. Dari cara berpakaiannya yang tidak mengikuti peraturan, Alesya tau dia adalah sang Fajar. Fajar Loka Gautama."Lo gabakal bisa masuk walaupun lo sujud - sujud disana" katanya sekali lagi yang membuat Alesya mengerjapkan matanya.
"Lo nga-ngapain disini?" tanya Alesya dengan bodohnya.
"Harus gue jawab?"
Alesya menggelengkan kepala tersadar pertanyaanya memang tak harus dijawab karena ia sudah tau jawabannya, pasti telat juga.
"Mending lo pulang dari pada berdiri disana" ucap Fajar lalu melangkahkan kaki menjauh dari sekolah.
Alesya juga ingin pulang namun bagaimana? Bang Leo sudah pergi sejak tadi dan tentunya ia tidak akan naik angkutan umum sendiri karena pernah sekali ia digoda oleh orang yang tidak dikenal, itu membuatnya trauma. Alesya juga tak ingin berdiri disini sampai bel pulang sekolah. Satu – satunya jalan adalah ikut dengan Fajar.
Alesya tau, ikut dengan Fajar bisa membuatnya berada dalam masalah namun tak ada jalan lain. Sebelum cowok itu berjalan terlalu jauh Alesya pun berlari mengejarnya.
"FAJAR!"
Fajar berhenti, lalu menoleh kebelakang. Dilihatnya Alesya sedang berlari kearahnya.
Ngapain ni cewek?
Ketika sampai di depan Fajar, Alesya mengatur nafasnya yang hampir habis gara – gara berlari mengejar cowok nakal itu.
"Gak pernah olah raga sih lo, baru juga lari dikit udah kayak mau mati" ucap Fajar yang membuat Alesya menatapnya dengan tatapan tak percaya.
"Gausah ngeliatin kaya gitu, gue emang ganteng"
"Aneh lo ya!" Sergah Alesya sebelum Fajar bicara yang tidak – tidak. "Gue ikut, gue mau ikut lo pergi"
Fajar memiringkan kepala, baru kali ini ada seorang cewek yang ingin ikut dengannya. Fajar memang anak nakal tapi bukan berarti ia ingin membawa seseorang dalam masalah kecuali orang itu yang mencari masalah dengannya.
"Gak. Lo gak boleh ikut gue" kata Fajar lalu kembali melangkahkan kakinya meninggalkan Alesya. Alesya bukan orang yang menyerah ia tetap mengikuti Fajar dengan berjalan di belakangnya. Merasa diikuti oleh seseorang Fajar berbalik.
"Lo itu keras kepala apa gimana? Lo gak takut bareng gue? Bisa aja bentar lagi lo dalam masalah" ucapan Fajar memang benar, tapi harus bagaimana lagi?
"Enggak, gue yang mutusin buat ngikutin lo" Alesya terdiam lalu melanjutkan. "gue laper temenin gue makan" rengek Alesya yang tentu tidak dihiraukan oleh Fajar.
"Ternyata emang keras kepala." Fajar berbalik lalu melanjutkan langkahnya yang sempat tertunda.
Alesya yang melihat Fajar kembali melangkah pun pura – pura menangis agar Fajar tak meninggalkannya.
Fajar yang mendengar tangisan perempuan pun berbalik dan melihat Alesya duduk di atas trotoar dengan tangan yang menangkup wajahnya.
Dengan terpaksa Fajar kembali menuju Alesya."Bikin repot ya lo, udah sini gue temenin makan" Ucap Fajar yang membuat Alesya merasa menang. Kemudian keduanya menyebrang jalan menuju tempat makan yang ada disebrang jalan sana.
Untuk pertama kalinya Alesya tau Fajar gak buruk – buruk amat.
***
KAMU SEDANG MEMBACA
FANA
Dla nastolatkówSurya Ramandha Prameswara. Murid laki - laki yang menjadi harapan seorang Alesya Putri Prameswari dalam hidupnya. Ketika harapan berubah menjadi perjuangan dan perjuangan berubah menjadi keputus - asaan, hingga luka yang melukis kisahnya. Walaupun i...