Bab 2

35 6 0
                                    


Ulangan fisika dan sejarah pun telah selesai, disusul oleh bel istirahat yang sudah berbunyi. Murid - murid beranjak dan berhamburan keluar kelas, begitupun dengan Alesya yang langsung menuju kantin bersama Agatha, teman duduk Alesya sejak kelas 10.

"Otak gue rasanya udah berasap kayak Patrick nih, gila banget masak soal ulangan sama kaya bikin doi peka susah banget. Lo bayangin dah, masa gue disuruh ngitung arus listrik emangnya gue pegawai PLN. Belum lagi sejarah, ditanyanya tentang peninggalan kerajaan Kutai, gue kan bukan rajanya."

Agatha tertawa, temannya selalu saja mengeluh jika sehabis ulangan. Namun hal ini lah yang disukai Agatha karena mampu membuatnya tertawa.

"Sttt kecilin napa volume suara lo, tuh semua orang liatin lo nih" ucap Agatha yang baru menyadari semua orang menatap ke arah mereka.

"Biarin aja abisnya gue lagi kesel." Alesya pun langsung menuju ke arah penjual nasi goreng yang ada dikantin sekolahnya. Ia sangat lapar, apalagi sejak pagi tadi perutnya belum menyentuh makanan apapun.

"Eh Tha, siang ini gue pulang bareng Arga, lo duluan aja" ucap Alesya yang kini telah duduk disalah satu meja yang tersisa.

"Tumben, bang Leo gabisa jemput lo ya?"

"Iya nih dia sibuk banget akhir - akhir ini, gue jadi sendirian dirumah" Semenjak orang tuanya pergi keluar negeri untuk mengurus pekerjaannya, Alesya hanya tinggal berdua bersama Bang Leo. Terkadang Alesya merasa kesepian disaat Bang Leo yang juga sibuk mengurus pekerjaannya, seolah dunia orang dewasa hanya tentang pekerjaan.

Agatha mengangguk. "Hmm, okedeh gue duluan" balas Agatha. Lalu kedunya hening menikmati makanan masing - masing. Baik Alesya ataupun Agatha, kalau udah ada makanan aja langsung kicep.

***

Siang ini Alesya memutuskan untuk pulang bersama Arga, sepupu laki - lakinya. Namun sudah 20 menit ia menunggu di depan sekolah, Arga tak kunjung muncul juga. Akhirnya Alesya pergi menuju kelas Arga. Baru beberapa langkah berjalan menyusuri koridor, ia melihat Arga sedang bermain basket bersama teman - temannya.

"ish pasti dia lupa gue nebeng hari ini" ucap Alesya lalu berjalan mendekati Arga yang kini duduk istirahat di pinggir lapangan.

"ARGA!" teriak Alesya dari kejauhan yang membuat semua orang yang berada di lapangan basket menoleh kearahnya. Alesya yang menyadari itu sontak tertunduk malu.

"Astaga gue lupa Sya, sorry" kata Arga lalu dengan cepat membereskan seragam sekolah yang dilepasnya karena ia hanya memakai kaos saat bermain basket.

"O-M-G gila gila gila" racau Alesya yang membuat Arga menatapnya. Arga pun sadar sepupunya sedang menatap Surya dari kejauhan."Maksud lo si Surya gila?"

Surya berdiri dipinggir lapangan sedang mengobrol dengan salah satu temannya. Temannya sedang membawa air minum yang akan diberikan kepada Surya, sedangkan Surya membawa bola yang akan di oper kepada temannya yang lain. Badannya tidak dibalut seragam sekolah melainkan hanya kaos putih polos yang seolah memperlihatkan bodygoals-nya.

Itu membuat Alesya terpana dan menjadi gila.

Menyadari tingkah sepupunya yang aneh Arga pun tidak mengerti."Sya lo sakit ya?" tanya Arga berharap Alesya baik - baik saja dan masih waras.

Alesya mengangguk namun pandangannya tak lepas dari seorang Surya."Gue suka Surya." Ceplos Alesya membuat Arga shock berat.

"HAH?!" teriakan Arga sukses membuat Alesya kaget.

"Apa?ada apa?kenapa lo?" tanya nya seolah ia tak sadar apa yang diucapkannya barusan.

"Alesya, Surya udah punya pacar tau"

"Oh ya? Kalo gitu gue mau jadi pelakornya" ucap Alesya yang makin membuat Arga pusing.

Tiba - tiba Arga pun menyentuh puncak kepala Alesya. "Jin apa yang sedang merasuk--

"ihh apaan si Ga gue gak lagi kerasukan" bantah Alesya. Dan kini ia langsung menarik tangan Arga agar segera pergi dari lapangan basket. "Gue cuman bercanda, yuk pulang cepetan."

***

FANATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang