10 - Eyes and Lies

12 2 6
                                    

*POV Fandra

Akhirnya tubuhku yang normal kembali
Begitulah batinku saat aku bangun tidur

"Eh, ada Fan-Kun. Sudah kembali?" begitulah sambutan yang diberikan saat aku masuk ke kamarku *yang asli

"Menurutmu? Kenapa aku disini kalau aku belum kembali?" Kataku dengan wajah lelah dan pasrah

"Kau berubah total , hanya rambut yang menutupi mata kirimu yang tidak tidak berubah"katanya

Kata siapa ya. . . .

"Kau adik yang keterlaluan, seharusnya kau memberiku sesuatu untuk ku" kataku kepadanya

"Lebih baik kau membuka mata kirimu yang tidak pernah kau buka itu." Katanya

"Ndasmu, mata kiriku kan dah ilang dari kau masih jadi zigot" kataku meledek

Telolet telolet

Suara telpon genggamku pun berbunyi, jangan tanya kenapa bunyinya seperti itu, tolong jangan.

"Nee, Ai-Chan, bisa tolong aku?" Suara Aerin-Senpai terdengar

"Maaf, sepertinya mbak salah sambung" kataku dan langsung mematikan teleponnya

"Siapa kak, yang menelepon tadi?" Tanya Adikku penasaran

"Gak tau tuh, paling juga mbak tukang nasi uduk deket komplek" kataku

"Wah, udah lama ya gak makan itu, seingetku yang bisa bikin cuma kakak sama mbak itu aja " katanya, aku tau maksudnya, dia 'ngode' agar dibuatkan.

"Gabisa" kataku cepat, padat, jelas

"Oke, tapi itu siapa yang nelfon, serius!!" Tanya adikku lagi tambah penasaran

"Aerin-sen--" belum selesai menjawab

Marilah seluruh rakyat indonesia~

Telepon genggamku berdering lagi, sekali lagi, jangan bertanya, tolong. . .

"Fandra-Kun, tolong aku, aku ada di depan asrama mu" kata Aerin yang tiba tiba menelepon entah dari nomor mana

Saat aku berjalan ke depan asramaku, sungguh mengejutkan!! Aerin-senpai tersangkut di tali gantung bunuh diri yang terbuat dari tanaman berduri. Hebat, sungguh kesan hari minggu yang luar biasa

"Apa kau tidak menelepon yang lainnya?" Tanyaku

"Aku sudah menelepon mereka, tapi mereka malah memberiku ucapan selamat" jelas Aerin

"Sekali lagi kau seperti ini di depan asramaku, akan kubiarkan kau begitu sampai mati" kataku mengancam Aerin yang melakukan hal aneh itu

"Tapi kau tahu kalau aku tidak bisa mati, aku hanya akan merasa geli selamanya" jelasnya

"Itu lebih baik daripada aku harus menyelamatkanmu dari sini setiap hari minggu pagi !!! " aku berteriak kepadanya

"Yasudah, ini terakhir kalinya, tolong lepaskan" katanya sambil memohon

Aku melepaskannya dengan cara membakar ikatannya, beserta dirinya. Ya, beserta dirinya

Karena ini hari minggu, tidak akan yang melihat, karena semua orang masih tidur di tempatnya

"Hontoni arigatou, Fan-Kun." Kata Aerin kepadaku

"Ya, jadi ada apa?" Tanyaku tanpa basa basi basu base baso

"Rapat di markas" kata Aerin

Apakah tempat itu dapat di sebut markas? Mengingat aku disiksa disana?

30 Februari [HIATUS!!!]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang