Pertemuan

10 1 0
                                    

   Hari ini, dimana bapak memanggil temannya baiknya dari suatu tempat, aku ingin tau apa yg akan terjadi. Aku berasal dari desa terpencil yg jauh dari kota, aku tidak sekolah, karena jangkauan yg cukup jauh, jika mau sekolah, aku harus masuk ke tengah kota untuk mendapatkan sekolah, karena di desa tidak mendirikan sekolah. Umur ku tahun ini 14 tahun.

  Aku di coret dari kluarga oleh ayah kandung ku di turki, saat usia ku 7 tahun. Ayah bilang aku tak pantas lahir, karena saat mau masuk sekolah aku diberikan tes berbagai ilmu, kluarga ku di turki punya prinsip 'anak yg lahir dari darah daging ku, jika tidak bisa menaklukkan tes yg di berikan, maka ia akan kami buang, karena kami membutuhkan orang hebat yg melampaui di atas nya, bukan orang yg perlu di ajar dari awal', ayah mengirim ku ke Indonesia, tempat nenek ku. Di Indonesia aku di angkat oleh paman ku,dan sekarang aku memanggil nya bapak dan mamak.
   Bapak juga di coret dari kluarga karena dianggap menghianati ayah, nenek sudah melarang nya, tapi karena ayah keras kepala, ayah nekat melakukannya. Ibu kadang mengabariku melalui surat, waktu aku di kirim ke Indonesia, ibu menangis tak tahan. Sehari sebelum aku di kirim, ayah mencambuk ku, menghajar ku, membuat kaki ku patah, dan tangan di perban, serta luka memar di wajah ku. Kakak dan adik-adik ku berusaha menolong, hampir mereka kena hantaman ayah, aku menghalangi, dan aku terkena hantaman itu dan aku pun terpental.
Aku membenci ayah, karena ayah selalu mengekang kami, memukul, bahkan sudah membunuh kakak ke 2 ku karena dia mendapatkan nilai 95. Ayah hanya ingin anak nya menjadi yg terbaik, bukan mendapatkan yg terbaik. Nenek meninggal saat aku mulai menginjak umur 9 tahun, sejak saat itu bapak mengangkat ku menjadi anak nya. Ayah semakin membenci ku saat mengetahui nya.

  Bapak sudah tidak bisa jalan sejak menikah dengan mamak, bahkan bapak tidak mau menceritakan nya, bapak orang nya keras, selalu mengekang ku, memberi ku aturan yg berat, jika aku melanggar, hukuman lah yg ku dapat, entah itu cambuk, hajar, berdiri di luar, aku sudah terbiasa, tapi aku tetap menyayangi nya, kalau bukan karena bapak, mungkin aku akan menjadi anak jalanan sejak nenek meningal. Sementara mamak, orangnya lemah lembut, selalu menyayangiku, mamak selalu menangis ketika melihat aku di hukum oleh ayah, tapi aku selalu bilang ke mamak, bahwa aku baik-baik saja. Kadang bapak dan mamak bertengkar hanya gara-gara diriku.

  Hari ini hari dimana sudah 15 warga meninggal karna terkaman harimau yg sengaja di lepas oleh orang-orang tidak berotak di kawasan desa, karena kami tidak mengijinkan mereka membeli tanah kami, mereka melepaskan kira-kira nya ada 8 harimau buas yg di lepaskan. Bapak memanggil kerabat nya yg bisa membantu nya membunuh hewan-hewan buas itu.
Saat aku duduk di ruang tamu, ada 3 mobil jip datang di halaman ku. Aku penasaran,lalu aku turun melalui tangga kayu, yah rumah ku memang tak semegah rumah-rumah lain yg memakai keramik, tembok, bahkan bertingkat. Ini hanya rumah kayu yg lebih mirip rumah panggung. Saat aku sampai, aku melihat orang-orang yg turun dari mobil jip, berpakaian layaknya para pemburu.
"hay, medlo, apa kabar kau?? " tanya orang yg memakai kacamata hitam
" juga patron, baik, kau? " tanya balik bapak
" baik. sudah hampir 16 tahun aku tak melihat mu" kata orang itu sambil menjabat tangan dan berpelukan
Aku kembali ke ruang tamu sambil bersembunyi di balik pintu.
"apa kabar istri dan anak mu? " tanya nya lagi
" baik saja, tisna, bawa anak itu kemari"perintah bapak , mamak mengangguk. Kemudian memanggil ku "dam!"  panggil mamak. Aku segera datang menemui mamak di sana
"wah med, anak laki-laki mu seperti orang dewasa pada umumnya, berapa usianya? " tanya orang itu
"14" jawab ku
"siapa namamu nak? "tanya nya lagi
" panggil dia adam, patron muda" jawab mamak
"apa itu nama aslinya? " tanya patron  (panggilan oleh bapak dan mamak )
" tentu tidak patron " jawab bapak sambil tertawa
" hey, adam, apa kau mau ikut memburu harimau? " tawar patron
Mamak terkejut mendengar nya, dan dengan menjawab
" tidak, dia tidak boleh ikut, aku tidak mau dia terluka!" tegas mamak
"mak" panggil ku
Mamak menoleh padaku
"biar kan aku ikut mamak, aku ingin mengetahui daerah Indonesia ini, mamak tak pernah mengijinkan ku kluar mengetahui dunia luar, selalu membatasi pergi ku , ada banyak tempat yg ingin aku ketahui mak, ku mohon mak" pinta ku
"mamak tidak mau kau terluka " cemas mamak
" lalu untuk apa aku dilahirkan jika kluar rumah pun harus di perhitung kan, buat apa aku tinggal di sini kalau kluar pun dilarang " sahut ku
Setelah berpikir lagi, mamak menghela napas pasrah
"mamak menginjinkanmu pergi, dengan syarat nya, km hanya boleh menonton, tidak boleh terluka" kata ibu
Aku menganguk. "wah, med. Anak mu ini anak rumahan sekali ya"  kata patron sambil ketawa cekikikan
"yah, itu karna tisna selalu melarang nya pergi sampai ke perbatasan" sahut bapak, "kalau begitu kita lihat sehebat apa dia"  kata patron.

" kita langsung saja bagaimana?, kalau tidak, hewan itu mungkin akan menerkam warga lain" kata patron
Semuanya mengangguk setuju. Aku mengikuti mereka masuk ke tengah hutan. Patron memberi rencana kepada anak buahnya, mereka berpencar mencari nya, aku mengikuti patron
"di sana" tunjuk salah satu anak buah melihat 2 ekor.
Tanpa babibubebo, patron menembak ke 2 harimau itu dengan pistol nya, dan tepat mengenai inti dalam, ke 2 ekor harimau itu langsung tergeletak bersimbah darah. Kami masuk lagi ke tengah hutan. Melihat 3 ekor lagi,menembak lagi, dan mati lagi.
Yg lain memberi tahu bahwa mereka masing masing membunuh 1 harimau.

Kami istirahat sejenak, aku memproses apa yg barusan ku lihat.
"kau mau minta adam?," tawar patron menawarkan bir
Aku menggeleng,
"kau pendiam sekali adam" kata patron sambil tertawa di ikuti anak buahnya

Graooo!!

Tiba-tiba auman itu memecah malam kami, "bukan nya kita sudah menghabisi semua nya" kata salah seorang  "tidak patron, ada 1 lagi yg bisa dibilang adalah pimpinan mereka"  sahut temannya
"kurasa dia melihat mayat kawanan nya" jawab temannya. Hewan itu tiba-tiba melompat dan berada di depan kami, kami berseru kaget, semua bersiap dengan pistol nya, berusaha melindungi patron. Aku hanya diam kebingungan.

  Kami hanya ber8, 3 diantaranya sedang mengurus bangkai bangkai, hanya kami ber 5 yg di sini, 3 anak buah melindungi patron. Saat 2 anak buah mau menambaki binatang tersebut, binatang itu malah menerkam mereka ber 2, mereka mengalami luka yg parah.
"patron, cepat naik ke atas pohon dan berlindung di sana" kata sisa anak buah yg selamat.
Tapi belum sempat naik, harimau menerkam si anak buah dan menyerunduk patron hingga patron jatuh ke tanah sekitar 2 meter. Aku ketakutan melihat nya, gemetar.
"adam, kau berlindung di belakang ku!, aku tidak ingin kau terluka! " perintah nya
Aku menurutinya lalu bersembunyi di belakang nya. Mataku melihat tahapan membunuh harimau itu.
Tiba-tiba niat ku untuk membunuh ikut tumbuh, rasa takut ku seketika hilang. Belum sempat patron mengisi peluru, harimau itu berlari mendekat dengan cepat. "patron, apa di sini ada benda tajam?"  tanya ku datar "ada *tanto di tas" jawab patron dengan napas tersengal-sengal. Aku langsung mengambil tanto tersebut dan melompat ke hadapan patron lalu mengarah kan tanto tersebut ke arah harimau itu datang. "menunduk patron!"  teriak ku memberi perintah.
Patron menurut kataku lalu menunduk, aku membuat posisi berdiri ku menjadi setengah berdiri. Saat harimau itu datang, aku menusuk tepat di lehernya. Karna aku kalah kekuatan, aku terpental dan menghantam kayu besar, membuat luka parah, patron lari dengan posisi duduk membelakangi. Aku melihat tanto yg di simpan lain di tas oleh patron, aku mengambil dan berlari ke arah harimau itu yg berusaha menyerang patron.
"naik patron!!! " teriak ku sambil berlari. Belum patron naik, aku sudah menerkam harimau tersebut, lalu menancap kan tanto di dadanya berkali-kali sampai harimau itu benar-benar mati.

" ada apa ini! " panik 3 orang anak buah habis mengurusi Bangkai-bangkai tersebut. Mereka kaget melihat apa yg terjadi. Aku bersimbah darah.  "tolong patron" kataku mulai melemah. Mereka tetap mendekatiku "tolong patron!!!, aku baik-baik saja!"  bentak ku. Mereka langsung bergegas menolong patron "bantu anak itu, aku tidak terluka sedikit pun!"  perintah patron. Aku sudah jatuh.

To be continued.............

DEATH!! Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang