Prolog

1.4K 122 5
                                    

Oktober, 2018.

Sekelompok pecinta alam berkemah di salah satu titik gunung di daerah antara Sukabumi dan Bogor ini.

Mereka berlima mendirikan tenda karena hari mulai menjelang malam.

"Malam ini kenapa dingin sekali ya? Tidak seperti biasanya," kata Rino mendekatkan diri di api unggun.

"Ini kan di gunung ya wajarlah kalau dingin," balas Widya temannya.

"Aku tahu! Tapi, ini beda lihat bulu kudukku merinding," tukas Rino menunjukkan bulu kuduknya yang tegak di tangan.

Widya memandang jijik.

"Sudah, kalian jangan begitu di malam yang tenang ini," kata Norma menengahi.

"Lagipula di mana sih Hari sama Asep, katanya mandi tapi belum juga datang," kata Widya.

"Itu mereka sampai," Rino menunjuk ke arah kanan ketika dua temannya datang tergopoh-gopoh seperti baru saja melihat sesuatu.

"Hey Guys, tebak apa yang baru kami temukan?!" Hari bertanya riang.

"Ya, coba tebak," sahut Asep.

"Tambang emas?"

"Apa sih?"

Hari dan Asep bertukar pandang senang melihat ketiga temannya kebingungan.

"Kita baru saja menemukan gua besar sekali!" pekik Hari senang.

"Betul sekali, tampaknya gua ini masih perawan, di mulut gua tumbuh akar pohon yang hampir menutup lubangnya, kalau saja Hari tak sengaja melihatnya mungkin kita tak bisa menemukan gua ini!" ungkap Asep riang.

Widya yang agak parno menggelengkan kepalanya. "Guys, ingat ini gunung, kita harus bersikap hati-hati bisa saja itu rumah atau tempat tinggal penunggu gunung, sebaiknya kita usik tempat itu," pesannya gelisah.

"Aku setuju dengan Widya, kita lanjutkan saja pendakian ini dengan aman, oke?!" kata Norma sepakat dengan Widya.

"Ah kalian tak seru, padahal ini bisa membuat kita tenar," ujar Hari.

"Kalau kau Rino, kau setuju dengan mereka atau kami?" tanya Asep.

Rino melipat tangannya, dia berpikir sejenak.

Tiba-tiba terdengar lengkingan tajam mengerikan, kelima sahabat itu buru-buru merapatkan tubuh karena terkejut sekaligus takut.

"Itu apa tadi?!"

"Aku tak tahu!"

"Ini mungkin gara-gara kau, Hari dan kau, Asep!"

"Kok aku dan Asep?!"

"Sssttt! Diam, bukan saatnya kita berdebat!"

Lengkingan itu berhenti sekejap, suaranya menghilang entah kemana. Kelimat sahabat itu mengembuskan napas lega.

"Mungkin itu tadi cuma binatang liar," komentar Rino tak yakin.

Asep pamit kencing sebentar, dia diledek karena ketakutan.

Tapi, hampir setengah jam berlaku Asep tak juga kembali. Ini membuat keempat teman lainnya khawatir.

"Di mana sih dia? Bagaimana kalau terjadi apa-apa padanya?" Widya cemas.

"Kita berdoa saja, semoga saja dia... ITU APA TADI?!" Norma menjerit ketika matanya menangkap bayangan hitam besar terbang melintas di atas langit.

Widya langsung melompat memeluk Norma. "Jangan aneh-aneh deh!"

"Norma, jangan bercanda!" bentak Hari marah bercampur takut.

"Mungkin itu penghuni gua yang kalian temukan, dan mungkin Asep dimakannya," pikir Rino, gemetaran.

GarudaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang