Chapter 7

511 69 12
                                    

"Dengarkan baik-baik semua, kita akan menyusuri sekitar daerah sungai sejauh radius 5km dari titik ini," kata Raynor menunjuk satu titik di peta. "Jangan terlalu jauh bergerak dari rekan kalian, lawan kita seekor ular raksasa yang memiliki kemampuan bergerak di malam hari. Dua helikopter akan mengintai dua dari atas. Kita juga menurunkan boat menyusuri tengah sungai. Menembak target diizinkan, tak ada yang ditinggalkan kita berangkat lengkap pulang lengkap, kalian mengerti?"

"Siapa Kapten!" seru mereka serempak.

Tim Alpha pimpinan Raynor bergerak langsung mengikuti jejak Ular Nabau, sementara tim lainnya menyusuri aliran sungai.

Mereka berjalan ke arah sama, ratusan prajurit juga diturunkan untuk mendukung operasi kali ini. 

"Kapten, apa Ular Nabau bisa menggerakan ular-ular kecil lainnya, layaknya Ahool dulu?" tanya Afrizal berbisik.

"Aku tak tahu, tapi ada kemungkinan makhluk ini mampu melakukannya," jawab Raynor tak yakin.

"Tak perlu berpikir sejauh itu, temukan saja dulu ular ini, aku rasa ular ini bukan makhluk yang sama  seperti Ahool, dia bergerak sendiri," sahut Krisna.

"Kuharap juga begitu, Sersan," balas Afrizal.

Hingga satu jam lainnya Ular Nabau belum ditemukan, apalagi jejaknya menghilang di sungai besar. Ular ini dirasa memiliki kepandaian dibanding ular biasa, sehingga dia mampu menghilang dengan cepat tanpa meninggalkan jejak walau dengan tubuh sebesar itu.

Ketika pencarian hampir dua jam lamanya dan masih belum ada tanda-tanda ditemukannya Ular Nabau, Raynor berpikir untuk menghentikan pencarian dan melanjutkannya besok pagi. Namun, seorang prajurit dari Tim Delta hampir saja terperosok lubang besar, berukuran dengan luas diameter sekitar 5m.

Ternyata bukan hanya satu lubang, melainkan ada beberapa lubang identik di area yang sama. Raynor berjongkok dan menerangi dengan cahaya senter lubang itu.

"Aku ingin dilakukan pemetaan daerah sini, isolasi daerah ini sejauh radius 5km, hubungi mayor agar daerah pemukiman terdekat dari hutan dijaga oleh beberapa pasukan bersenjata lengkap," perintah Raynor jelas.

"Siap Kapten!"

Perintah Raynor dilaksanakan, wilayah yang diduga menjadi sarang Ular Nabau kini dipantau secara intens, sekelilingnya dibangun kawat berduri, sembari menunggu datangnya drone robot yang akan digunakan untuk memantau langsung ke dalam lubang. Parit-parit dibangun agak jauh dari lubang sebagai tempat perlindungan, sebab Raynor juga memerintahkan penanaman bom remoteremote di mulut lubang.

Raynor melihat jam tangannya, pukul 2 dini hari, tak ada tanda-tanda pergerakan atau kemunculan Ular Nabau.

Afrizal datang mendekat, menyulut rokoknya, dia membawa dua gelas cangkir kopi panas, diberikannya segelas kepada Raynor.

"Terima kasih," ucap Raynor. Lalu meniup kopinya perlahan.

"Kau bisa saja tidur, biar aku menggantikanmu," kata Krisna.

"Tak apa, kau bisa istirahat," tukas Raynor.

"Mana mungkin aku beristirahat sedangkan mau berdiri mengawasi semuanya," sergah Krisna.

Raynor tersenyum mendengar kata-kata sahabatnya itu.

"Oh ya, baru saja kita mendapat bantuan dua peleton pasukan, Mayor akan datang besok pagi untuk meninjau lokasi bersamaan datangnya drone pengamat bawah tanah untuk kita. Jika ditemukan tanda-tanda adanya Ular Nabau, ada kemungkinan kita harus membuka hutan untuk dijadikan pos pengamatan langsung," ujar Krisna menjelaskan, mengisap dalam-dalam rokoknya, lalu membuang asapnya perlahan, menikmatinya.

GarudaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang