4. Namanya Kei Enmado, Tapi Dia Orang Aneh

0 0 0
                                    

[Namanya Kei Enmado, Tapi Dia Orang Aneh]

🌸🌸🌸

Kei Enmado.

Pimpinan gangster apalah itu.

Dan sekarang Luna berpikir keras kenapa laki-laki tampan dan mesum itu bisa sebaik ini padanya?

Mulutnya masih mengunyah biji kuaci, sementara sampah cangkangnya ia kumpulkan dalam selembar tisu. Dan ia baru sadar kalau rasa kuaci lebih enak daripada beras.

Malam itu, ia tidak bisa tidur. Semua yang dikatakan Kei waktu di meja makan tadi berputar dalam benaknya. Ia sudah tahu kalau Kei itu memang mesum sejak dari acara pemakaman. Tapi ia baru saja tahu kalau Kei itu romantis dan tampan.

Ia berbaring di kasur empuk Kei. Aroma khas laki-laki itu menerpa hidungnya dan agak sedikit mengganggu. Namun detik berikutnya, ia mendadak bangun dengan mata melotot.

"Apa dia suka aku?!" tanyanya pada dirinya sendiri, sebelum kembali berbaring dengan pelan. Ia menggeleng khidmat. "Tidak mungkin ... tidak. Kalau dia suka aku, nanti dia yang kasihan. Aku tidak bisa jatuh cinta dengannya. Tidak bisa dan tidak akan."

Dari awal, Luna memang memutuskan untuk tidak jatuh ke tangan laki-laki—siapapun itu, selain pada Anak Nakal; sebutan untuk laki-laki yang ditemuinya waktu dulu dan laki-laki itu berhasil menjadi cinta pertamanya.

Setelah lengang beberapa saat, ia mendadak bangun (lagi). "Apalagi sikapnya menyebalkan, tidak mungkin aku bisa jatuh cinta dengannya. Kasihan dia, sudah diprediksi kalau cintanya bakal bertepuk sebelah tangan." Gerutunya. Luna tertawa kecil, entah mengejek Kei. "Baiklah kalau dia ingin aku tinggal di sini, tapi sulit sekali!" ia mengerang, mengambil bantal dan menangkupkan bantal ke wajahnya. "Sulit sekali! Sulit sekali! Ini di rumah orang dan aku tampak seperti tahanan. Tidak enak rasanya kalau terus numpang makan dan tidur secara gratis. Aduh ... aku rindu ayah dan rumah."

Luna hampir menangis lagi, tapi ia berusaha menahannya. Ia tidak ingin matanya menyipit gara-gara membengkak. Gadis itu mendengus menyebalkan sambil menata kembali bantalnya dengan gelisah. Perlahan, ia menarik selimut dan berbaring (lagi). Kali itu, ia sengaja membiarkan lampu menyala.

Namun beberapa menit kemudian, ia mendadak bangun (lagi). Wajahnya tampak terguncang dan memucat. Matanya menatap ke setiap sudut dengan waspada. Seolah-olah ada seseorang yang menyelinap masuk.

"Di-di rumah Kei ti-tidak ada ha-ha-hantu kan, ya?"

***

Kei menunjukkan tanda pengenalnya pada seorang petugas sebelum ia dipersilakan masuk ke dalam ruang kepala kepolisian. Dengan diiringi Azawa di belakang, ia menghadap Mr. Camel.

"Tampaknya Anda akan botak sepenuhnya sebelum berusia tiga puluh, Mr. Camel," Kei tersenyum menjabat tangan pria itu seolah-olah mereka adalah teman. Camel mengangguk cemas.

"Kuharap kata-katamu itu tidak benar, Mr. Kei."

Kei tersenyum serius sembari menyerahkan sebuah map hitam pada Camel. "Dia sudah ditemukan."

Mr. Camel mengangguk, memerintahkan staff-nya untuk menyiapkan mobil dan pasukan. Ia menatap Kei lagi. "Kali ini, biarkan kepolisian yang bertindak. Separuh timmu sudah kau kerahkan untuk pencarian Brian Locket, kan?"

"Ya," Kei mengangguk. "Tapi biarkan aku bersenang-senang sebentar."

"Kurasa itu tidak perlu," Camel tersenyum. "Kau sudah menjalankan tugasmu, dan ini bagian kami."

Kei diam menatap pria itu. Meskipun masih berusia dua puluh lima, separuh kepalanya sudah rontok dan botak—sungguh disayangkan. Awalnya ia ingin melawan, tapi ia mengurungkan niatnya. Ia mengembuskan napas berat.

Exclusively His Princess: Live With Extremely Hot And Pervert GuyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang