01:12 ㅡ senin, 12 mei 2011
+ㅡ+
"bagi rokoknya dong," gue nepuk bahunya.
cowok itu ngelirik gue sinis, "nggak mau," jawabnya ketus.
"ck, bosen," kata gue sambil ngambil kotak susu, "temenin gue ya?"
"ini jam satu, lucy."
"please, bri. di rumah gue rame."
brian berdecak, "gue ke sini bukan buat nemenin lo," dia mengeluarkan satu batang rokoknya, "pulang sana."
"bri, rame."
sejenak, gue melihat brian mengembuskan asap rokoknya, anjir gue pengen.
"nggak usah peduli sama suara mereka, lo tidur aja."
gue merengut, "tapiㅡ"
brian mengacak rambut gue, "gue anter, ya?"
seringai gue muncul, "serius? emang bisa bawa mobil pake kaki pincang kayak gitu?" ejek gue sambil nunjuk kakinya.
dia berdecak, "kampret, lupa."
"makanya, jangan banyak gaya. nggak usah sok nantang-nantang adek kelas, lawan sama anak karate kan jadinya,"
"iya deh, gue pesenin takㅡ"
"bri, bentar deh," kata gue memotong kalimatnya.
"kenapa?"
"liat tuh," gue menunjuk salah satu toko gitar ㅡyang udah narik perhatian gue dari tadiㅡ terletak nggak jauh dari tempat kita duduk, "lo tau nggak, gue pengen banget bisa main gitar."
"tapi kan lo tau sendiri, orang rumah nggak suka keramaian," lanjut gue sambil nyengir.
brian tertawa, "alah, kapan-kapan bisa deh gue beliin gitar, terus mainnya di rumah gue," brian memberi jeda, "atau lo mau gue gitarin?"
"yHAAA JANGAN DONG, NANTI BAPER."