First Trouble

82 13 0
                                    

        Aku terbangun disambut oleh sinar mentari pagi yang datang dari jendela kamar yang terbuka. Dan aku sendiri di tempat tidur. Aku ingat sekali bahwa semalam aku tidak tidur sendiri. Hal ini membuatku berpikir bahwa yang semalam terjadi hanyalah mimpi belaka.

        Saat kekecewaan mulai merayap, aku melihat sesuatu di meja, selembar kertas. Kuraih kertas itu tanpa susah payah.

        Yixing,
       
        Maaf aku harus pergi sebelum kau bangun.
        Sebenarnya aku ingin menunggumu sampai bangun,
        Tapi aku harus segera pulang,
        Ada sesuatu yang harus ku urus.
        Aku akan segera kembali saat urusanku sudah selesai dan
        aku harap aku bisa sampai tepat waktu sebelum kau pulang.
       
        Penuh Cinta Dari
        Kekasihmu, Yemi

        Kuhembuskan nafas yang tanpa sadar sudah kutahan. Berarti tadi malam benar terjadi dan Yemi akan datang kembali sebelum aku diperbolehkan pulang. Kabar ini lebih bagus daripada kabar kalau aku sudah boleh pulang.

        "Tok tok tok."

        Aku mendongak dan melihat ibuku. "Hai, Eomma."

        "Hai, kau sudah bangun." Aku tersenyum dan Ibuku mencium pipiku. "Aku datang untuk mempersiapkan kepulanganmu."

        "Gomawo, Eomma. Dimana Appa?"

        "Ayahmu sedang mengobrol dengan dokter siapa aku tidak ingat namanya. Dia teman kuliah ayahmu."

        "Oh."

        Ibuku tersenyum lalu duduk. "Dimana Yemi?" Tanyanya sambil mengamati kertas yang ada ditanganku.

        "Yemi pulang, ada urusan katanya. Tapi dia akan kembali sebelum aku pulang."

        Ibuku tersenyum lembut. "Aku senang kau menemukan Yemi."

        "Nado, Eomma. Tapi lebih tepatnya Yemi-lah yang menemukanku."

        "Apapun itu, asal kau tidak berbuat yang aneh-aneh, Eomma tidak punya masalah dengan itu."

        "Aku tidak akan menyia-nyiakan kesempatan yang Yemi berikan padaku, Eomma, jangan khawatir."

        Ibuku meremas tanganku saat seorang suster masuk membawa nampan berisi makanan.

        "Saatnya sarapan." Suster Jang adalah suster setengah baya yang sangat pengertian. Apalagi saat urusan Yemi yang menginap disini. "Annyeong, Yixing, senang kau sudah keliatan bugar kembali."

        "Pagi suster. Ya, hari ini aku sudah merasa jauh lebih baik."

        Sambil tersenyum, suter Jang menaruh nampan di meja. "Aku lihat tadi pacarmu pergi pagi-pagi sekali. Dan dia minta padaku agar jangan memperbolehkanmu pulang sebelum dia kembali. Kalau semua terserah padaku, Yemi tidak perlu khawatir."

        Aku hanya bisa tersenyum membayangkannya dan membuatku semakin merindukan Yemi, meski secara teknis baru beberapa jam lalu Yemi pergi. Tapi terakhir aku melihatnya adalah semalam, dan itu sudah cukup lama.

        "Jam berapa nanti aku diperbolehkan pulang?" Tanyaku pada suster Jang.

        "Well, kemungkinan sore nanti. Jika hasil tes dari dokter menunjukan kemajuan atau paling tidak tetap stabil, sore nanti kau sudah bisa pulang. Paling lambat malam hari." Suster Jang berpaling pada ibuku. "Pastikan dia makan dan meminum obatnya."

        "Tidak perlu khawatir suster, akan aku pastikan dia makan dan meminum obatnya." Ibuku menjawab dengan nada yang amat sangat meyakinkan. Suster Jang tersenyum sebelum akhirnya keluar. Ibuku langsung berdiri menghampiri nampan yang ada di meja.

Paper Heart | Zhang YixingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang