Chapter 1 My First Duty Part 2

4 0 0
                                    

Keesokan paginya, aku dibangunkan oleh adik perempuanku, Rei. " Onii-chan, bangun! Aku mau main di Kidzania hari ini sama temen-temen aku. Ihh, bangun, Kak!" teriaknya sambil menggerak-gerakan tubuhku yang masih terbaring di atas kasur. 

Aku tetap memutuskan untuk tetap tidur karena hari ini adalah hari Sabtu, hari santai. Beberapa menit kemudian, aku membuka mataku secara perlahan lalu aku melihat seekor cicak melayang di atas mukaku.

APA!!!CICAK!!! Dengan reflek, aku langsung berdiri di sebelah kasur dengan menatap horror cicak yang dipegang oleh Rei. Benar-benar cerdik adikku yang satu ini.

" Lepasin cicak itu nggak!" teriakku dengan panik.

" Oh, begitu ya. Jadi Onii-chan takut sama cicak ya? Sama cicak aja takut apalagi nanti kalau Onii-chan pas mau nembak cewek. Huuu...." ejeknya sambil menodong-nodongkan cicak itu ke hadapanku. Karena gengsi, aku berusaha untuk menenangkan diri tanpa melihat cicak yang disodorkannya itu.

" Siapa bilang Onii-chan takut sama cicak? Onii-chan nggak takut sama cicak sama sekali kok. Mana cicaknya, kasih ke Onii-chan," pintaku dengan sok berani. Aku tidak ingin adikku langsung mengetahui kelemahanku, yaitu ketakutanku akan cicak. Hanya karena aku pernah kejatuhan cicak sekali di atas kepalaku, aku langsung jadi trauma sendiri kalau melihat cicak.

" Ya udah, nih," ucapnya itu, tapi bukannya ia memberikan cicak itu ke tanganku melainkan melemparkan cicak itu ke tubuhku. Aaaaarrrggghhh......

Aku langsung berlari keluar kamar sambil menggoyakkan bajuku dengan panik. Sungguh keterlaluan, tapi apa boleh buat. Setelah aku sudah meamastikan cicak itu sudah beranjak dari tubuhku, aku mendengar suara tawa yang mencemooh yang bukan salah lagi adalah tawanya Rei.

" Rei!!!!" teriakku kepada Rei dengan kesal. " Onii-chan lucu banget tadi. Makanya jangan sok berani," ejeknya lagi yang membuatku tambah kesal.

" Onii-chan nggak suka kamu ngerjain orang kayak begitu," ucapku sambil menahan emosiku.

" Ada apa sih ribut-ribut?" tanya kakakku yang paling besar, namanya Shota. Ia sepertinya hendak pergi kuliah. Ia mengambil jurusan psikologi dan semester depan ia sudah lulus.

" Nggak nih, Rei pas lagi nyari gara-gara. Masa cicak di lemparin ke orang," aduku dengan kesal, sedangkan Rei masih tertawa ngakak.

" Rei, seharusnya kamu nggak usah ngisengin Yuki-chan kayak begitu dan kamu juga Yuki, sekarang sudah jam berapa, sudah jam 9. Cepetan mandi sana terus nganterin Rei ke Kidzania. Onii-chan pergi dulu ya. Udah mau telat," pamit Shota kepadaku dan Rei. Aku hanya melambaikan tangan ke arahnya lalu aku mandi.

Setelah mandi dan sarapan yang rupanya telah menjadi makan pagi peralihan karena sudah mau menjelang siang, aku mengantar adikku yang dari tadi sudah menunggu tidak sabar.

" Nanti sampai jam berapa?" tanyaku kepada Rei di dalam mobil. Sopir yang mengemudi di kursi depan, sedangkan aku dan Rei duduk di jok belakang.

"Sampai sore pokoknya sampai jam 6 cuma nanti aku nebeng bareng temen jadi Onii-chan nggak usah khawatir," jawabnya dengan tersenyum. Aku membalas senyumnya balik. Terkadang, hanya dengan senyuman Rei, aku langsung melupakan pertengkaranku tadi yang untungnya langsung diberhentikan sebelum semakin parah. Rei memang sekarang kelas 6 dan ia dari dulu sudah ingin ke Kidzania yang katanya seru banget. Aku sendiri sih belum pernah kesana, tapi yang pasti aku sudah terlalu tua untuk masuk ke Kidzania.

Sesampainya di mal tempat Kidzania berada, aku dan Rei mengantri pembelian tiket masuk. Ternyata peminatnya sangat banyak sampai-sampai harus mengantri sekitar setengah jam untuk sampai di depan loket. Setelah beberapa menit menunggu, arena mainnya baru dibuka lalu aku berpamitan dengan Rei.

" Da, onii-chan." Ia melambaikan tanganya lalu aku membalas lambaian tangannya itu dengan tersenyum. Setelah itu, ia dengan gembira masuk ke dalam bersama teman-temannya yang ternyata sudah menunggunya dari tadi. Memang adik sangat menyusahkan dan menghibur secara bersamaan.

Ketika aku hendak pulang, aku sempat melewati sebuah restauran cina lalu tak disengaja aku melihat Jenny dengan seorang pria. Siapa pria itu? Pria itu duduk dengan membalikkan badannya sehingga sulit bagiku untuk melihat siapa yang bersama Jenny. Aku berusaha untuk melihatnya dengan jelas, tapi di sisi lain aku juga harus berusaha tidak terlihat karena tidak ingin mereka mengetahui keberadaanku. Pas banget pria itu menoleh untuk memanggil pelayan yang berada di belakangnya.

Oh pasti aku salah lihat. Aku memandangi pria itu yang tak lama langsung membalikkan posisi duduknya yang membelakangiku itu lagi. Aku mengucek-ucek mataku dengan tidak percaya. Pria itu adalah Tony. Paling anehnya lagi, tidak jauh dari mereka, aku melihat seseorang mengenakan baju pelayan dan orang itu adalah Peter. Meskipun ia memakai kacamata dan topi untuk menutupi identitasnya pikirku, ia masih jelas-jelas Peter­­­.

Mengapa rasanya seperti aku adalah orang yang paling ketinggalan berita? 

Notes for readers:

Halo, readers. Long time no see. 

Sorry kalau aku baru update sekarang. Bulan-bulan ini aku cukup sibuk memikirkan kuliah dan puji Tuhannya aku sudah diterima di SBMPTN tahun 2018 ini jadi aku tidak begitu khawatir lagi. Sebagai imbalannya, aku akan akan meng-publish seluruh part dalam chapter 1 ini. Semoga kalian menyukainya. 

Knowligica ClubWhere stories live. Discover now