Lembaran 2

67 2 0
                                    

sisi baik dan perhatian dari orang lain saja, sudah cukup membuat kita bahagia

Enting mempunyai kakak seorang laki-laki, namanya Fero. ia adalah mahasiswa yang kuliah di perguruan tinggi UNJ, telah masuk semester 3. Jurusannya yang di ambil yaitu Jurnalistik. Ia sangat mahir dalam bidang menjadi fotografer, makanya ia mengambil di fakultas jurusan itu.

Depan teras halaman rumah, kakaknya yang biasa ia panggil embelan 'Abang' melangkah ke tempat bersandarnya motor sport hitam. Pakaiannya yang rapi, pasti cowok itu ada agenda untuk keluar.

"Bang! Boleh nebeng sebentar nggak?? Aku mau ke supermarket beli body lotion dan masker wajah, di kamarku pasokannya udah habis"
Lapor Enting mendekat saat Fero memanjangkan sebelah kakinya mendarat di atas kendaraan beroda dua itu.

"Nggak!!"
Tolak Fero mentah-mentah.

Enting memanyunkan bibirnya.
"Plis, aku janji gak bakal lama"
Harap cemasnya.

Bola mata Fero berputar jengah. Jiwa pemalasnya kambuh untuk melayani kebutuhan adiknya. Menurutnya itu tidak penting, punya adik perempuan sungguh merepotkan.

"Hubungin aja Ayah di kantor bilang minta temanin, gue jamin Ayah akan langsung datang luangin waktu, apalagi lo anak kesayangannya"
Fero memutar lock ke kanan lalu menyalakan motornya lewat stater bawah sambil menarik gas beberapa kali agar mesinnya cepat panas.

Sindiran Fero menusuk perasaan Enting. Sampai sekarang sikap sinis Abangnya belum pudar. anggapan tentang kesenjangan perhatian yang di berikan orang tua mereka antara dirinya dengan Fero berbeda, oleh karena itu Fero berubah dingin padanya.

"Tapi aku kan maunya Abang yang antarin"

"Gak usah Manja! jangan sering ngenyusahin orang"

"Salah ya adiknya sendiri minta tolong sama Abangnya??"
Gumam Enting dengan volume suara kecil, namun masih dapat ditangkap di indera pendengaran Fero.

"Salah!! Cepetan masuk sana! gue mau pergi, ganggu aja lo!!"

Detik itu juga Fero memakai helm guna melindungi kepala, kemudian menginjak gigi motor— melesat jauh meninggalkan Enting yang berdiri mematung di halaman ploor rata semen.

Harapan mendapat kasih sayang dan perhatian dari kakak laki-lakinya, hanya lah mimpi yang susah untuk di raih Enting. Padahal ia peduli dengannya, tapi sepertinya Abang Fero berpikir sebaliknya yaitu 'tidak'.

😿😿😿😿

Perempuan sana nampak kebingungan memilah-milah barang yang akan dipilihnya. Sowi ingin merapat siapa tau bisa membantunya, hendak ia batalkan niat mulianya. Lagi pula Sowi punya hak apa, paksa dekat dan peduli dengan urusan orang. Nanti di cap 'sok akrab-sok kenal', Malu kan?

Di Samping itu, Sowi orangnya tidak suka menegur orang lebih dulu. Kecuali dia adalah sosok yang di kenal dekatnya ataupun ada suatu keperluan mendesak, so ia sendiri yang akan berani menyapa orang itu.

Habis berbelanja sepatu ket bermerek gambar ceklis, sekarang benda yang harganya sekitar ratusan ribu itu di simpan dalam tas kantong shop. karena sepatu lamanya yang sering ia gunakan untuk keluar rumah sudah tidak layak di pakai, sore ini hanya seorang diri Sowi pergi ke Mall. Sebenarnya ia berencana mengajak Enting. tapi sahabat imutnya saat di hubungi, operator telkomsel menginformasikan 'tidak aktif'. Kemungkinan besar benda pipihnya sedang di charger. Nasib jomblo. Tidak punya pasangan yang dapat menemani.

Baru saja perempuan tadi di pikirkan dalam otaknya, kini tidak di sangka rambut lurus panjangnya persis iklan shampoo dan pakaian dress birunya selutut dengan lengan seperempat, datang menghampirinya. waw! Kelihatannya dia anak-anak muda yang pandai ber-fashion. Blouse ungu disertai polkado kuning dan rok pink sampai di bawah lutut cukup dirasa cocok bagi Sowi untuk berdiri bersandingan dengan gadis cantik ini.

Second ChoiseTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang