La Seule (8)

209 34 16
                                    

Aku tidak meminta agar Sehun mengingat hal yang sama denganku, akan terlalu memberatkannya jika memang hal itu terjadi. Tetapi mengingat semua kejadian itu dan kerap memikirkan mereka saat melihat senyum Sehun padaku bukanlah hal yang mudah. Ya, kami berpacaran setelah kejadian itu, maksudku setelah berbagi badan dengannya.

Saat kami bangun di pagi itu, Sehun menciumku, dan aku melayang ke awang-awang. Detik berikutnya dia menatapku lama dan mengucapkan satu hal yang membuatku terkikik sambil menyembunyikan wajahku di ceruk lehernya.

"sudah berapa lama kau menungguku di sana ?" hidungku menghirup bau alkohol dan rokok yang kuat dari badan Sehun dan tersenyum karenanya.

"mimpi yang aneh" ucapnya kemudian, sebelum meninggalkanku ke kamar mandi.

Aku terbaring di sana masih dengan senyuman yang merekah di wajahku. Wajahku pasti sudah semerah sup buatan Han. Jika saja aku bisa kembali memakan sup itu. Senyumanku perlahan menghilang, wajah bersemuku kembali sendu dan tenggorokanku tercekat. Pertanyaan-pertanyaan yang ada di kepalaku tidak membuatku merasa lebih baik. Perhatianku teralihkan saat aku mendengar sekarat Sehun dari kamar mandi.

Saat Sehun keluar dari kamar mandi, matanya memerah dan nafasnya masih berat. Suara muntahnya memang terdengar cukup, mengerikan. Aku sempat khawatir jika dia memuntahkan ususnya juga.

Dia mencoba tersenyum padaku, lalu meringis kesakitan lagi. Pasti butuh alkohol yang cukup banyak untuk menyelamatkanku di dalam danau itu. Aku merentangkan tanganku, lalu Sehun memelukku seperti bayi di atas dadaku. Dia melenguh kesakitan. Saat itu, aku berharap jika dia tidak mengatakan hal-hal manis hanya karena dia kesakitan dan ingin aku menolongnya.

Kami tertidur hingga senja tiba. Aku sedikit berharap untuk kembali ke dalam tempat itu, bertemu Jungwoo dan Han atau mungkin bahkan Jenderal Sehun yang entah saat ini bagaimana keadaannya. Sejujurnya, aku sedikit mengkhawatirkannya.

Saat membuka mataku kembali, kepalaku sudah berada di dada Sehun dan saat aku menoleh ke atas wajahnya, ia mengecupku lalu tersenyum. Aku tersenyum membalasnya. Sehun kemudian mengeratkan pelukannya padaku.

"apa kau sekarang adalah kekasihku Jong In ?" tanyanya.

"kau tahu jika entah-apa-nama-hubungan-ini tidak lagi membutuhkan deklarasi status seperti itu" jawabku sambil melirik kedua matanya yang manatapku.

Sehun tertawa kecil lalu kembali memelukku dan menciumku. Lalu dia mengatarkanku pulang.

Di beranda, aku melihat bulan yang bersinar terang jauh di atasku. Aku mempercepat langkahku ke dalam rumah. Lari ke atas kamarku tanpa tahu apa yang sedang kukejar. Jendelaku terbuka dan biasan cahaya bulan itu menyinari kamarku, aku berjalan mendekati jendelaku merasakan kehangatan dari cahaya itu. Aku memejamkan kedua mataku hanya untuk mengucapkan sebuah harapan hampa pada seseorang yang mencintaiku di sana.

Saat aku membukanya, nafas berat tengah berhembus di depan wajahku. Serigala hitam bertubuh manusia itu menatapku lama, tubuh besarnya merendah untuk menatap wajahku. Mataku meneteskan air matanya saat melihat beberapa bagian tubuhnya yang terluka. Aku memeluknya dan ia mengangkat tubuh ringanku. Bulu-bulu di sekujur tubuhnya menghilang, dan aku merasakan air mata Jenderal Sehun di punggungku. Tanpa membuka mataku, ia membawaku ke dalam ciumannya.

Di bawah langit keunguan dan hutan yang kerap membisikkan suka citanya padaku itu aku merasakan desakan nafsuku untuk tidak meninggalkannya. Sebelum segerombolan daun gugur membawaku pergi, aku mendengar suaranya.

"kau selalu ingin berada di sini, bertahanlah"

Saat aku membuka mataku, aku menatap kosong pada pohon yang ada di sebelah rumahku. Bulan yang jauh berada di atasku meredup. Namun tidak ada awan yang menyelubinginya. Jemariku menggenggam bingkai jendela kuat. Menyayangkan kepergian sosok itu.

Dua minggu setelah Jenderal Sehun menemuiku, aku kerap meyakinkan diriku bahwa semua itu hanyalah mimpi, sebuah fatamorgana atas nafsuku pada Oh Sehun.

Sehun tidak tahu apa yang kubicarakan saat aku berbicara tentang ia yang menyelamatkanku dari danau kebiruan di dalam mimpiku. Dia tidak mengingatnya, dia hanya tahu bahwa sekarang aku miliknya dan dia milikku.

Aku tidak menentangnya, aku bahagia dengan apa yang dikatakan oleh Sehun dan tidak bisa meminta lebih lagi. Ini yang kuinginkan, untuk menyayanginya dan membuatnya tidak lagi ragu untuk menunjukkan siapa dirinya. Dan aku tidak akan melepaskannya.

Saat aku kembali memutar ambisi itu di kepalaku, aku teringat pada Jenderal Sehun yang juga berambisi sama padaku. Jika aku kembali memikirkannya lagi, aku seolah terjerat dalam cinta segitiga yang rumit atau bahkan tidak ada cinta segitiga sama sekali.

Karena mereka berdua, secara teori, adalah orang yang sama.

Hingga saat ini, lima puluh tahun setelah aku menikah dengan Sehun aku masih kerap memikirkannya. Masih seringkali mendongakkan kepalaku ke atas, berharap bulan akan berbaik hati membawaku kembali padanya. Hal itu tidak pernah lagi terjadi.

Namun selama ini, aku masih merasakan pelukan hangatnya sesekali, terutama saat aku sedang bertengkar dengan Sehun. Lalu kehangatan itu menghilang saat Sehun dan aku kembali bersama.

Aku tahu aku melukainya, dalam tidurku, ia melindungiku. Aku tidak bisa melihatnya bahkan tidak mengucapkan selamat tinggal saat ia melepasku. Ia terluka, dan aku tidak merasa lebih baik saat aku sadar bahwa aku juga terluka karena tidak bisa lagi bertemu dengannya. Setidaknya aku memiliki Sehun, namun ia... aku bahkan tidak ingin mengingatnya.

Setelah pertarungannya di danau saat itu, aku tidak yakin jika Jungwoo masih bersamanya, ataupun Han.

Dalam tidurku, aku kerap meminta kepada siapapun di atas sana untuk kembali membawaku ke sana, saat aku menghembuskan nafas terakhirku, yang mana mungkin tidak akan lama lagi dan saat aku menatapnya kembali ia akan membawaku ke suatu tempat yang kerap ia bisikkan padaku lewat pelukan hangatnya.

Aku akan sangat bahagia.

END









HALOOOOOOOO akhirnya FF ini sudah selesai. Terima kasih ya bagi yang sudah mendukung selama ini, terutama yang ngasih review. CINTA AKUH. Mohon maaf banget tema FF ini agak susah dicerna sampe bikin beberapa dari kalian bingung.

Waktu nulis ini, dan chapter sebelumnya, aku sambil dengerin Good Eveningnya SHINee. Hehe, gapenting. Mungkin ada yang mau coba aja ya kan ?

baca sambil dengerin Good Evening ?

Dan jujur waktu aku nulis FF ini agak galau karena feelsku ke SeKai tidak se strong dulu :( tapi aku sayang banget ke mereka jadi gabisa berhenti nulis FF ini. Kalau ada yang mau ngasih ide tentang FF baru SeKai dan info tentang SeKai yang bisa bikin aku ngefeels sama mereka kayak dulu DM aku plis di ig foxiefassiebandie.

TERIMA KASIH BANYAK LES GARS ^^

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 27, 2018 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Lilac SkyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang