Aku Melupakan Semuanya (4)

222 38 17
                                    

Sesaat setelah Jungwoo mengatakan hal itu, mataku mengerjap pelan mendengar teriakan ibuku yang sudah membuatkan bekal makan siang untukku pagi itu. Kepalaku terasa sangat berat dan mataku kelewat takjub saat melihat biasan matahari di bingkai jendelaku. Hingga adikku membuka pintu kamarku dengan kencang sambil mengucek matanya. Aku terkesiap melihat tubuh kecilnya berjalan ke arahku dan kemudian memeluk pahaku, dan sepertinya dia juga kelewat kaget saat aku mengangkat badan kecilnya ke pangkuanku dan mencium pipinya gemas.

Adikku mengerjapkan matanya lalu tertawa kecil sambil memeluk leherku. Saat aku memeluknya, aku melihat ibuku yang berdiri di ambang pintu dengan wajah heran sambil memintaku segera ke bawah untuk sarapan.

"Kau mimpi indah semalam ?" tanyaku padanya.

"Tae Oh mimpi martmelo" ucapnya senang.

Kuharap aku bisa sebahagia dirinya juga saat mengingat mimpiku. Hanya saja, setiap aku mencoba mengingatnya, aku dibuat semakin bingung oleh diriku sendiri.

Sejujurnya, saat aku bangun, gambaran mimpiku masih ada di kepalaku. Lalu ingatan itu pudar tiap aku mencoba mengingat apa yang sebenarnya terjadi. Ingatanku selalu berhenti pada saat aku melihat siluet seorang pria berambut cepak yang menatap sendu ke arah langit senja keunguan di atasnya. Hanya gambaran itulah yang berhasil kutangkap dalam kotak ingatan kecil di kepalaku.

Aku mencoba melupakannya, barangkali keputusan itu akan meringankan hariku. Usahaku sia-sia, mencoba melupakan siluet itu ternyata sesusah mengingat kembali tentang mimpi bodoh itu.

Ini akan menjadi sebuah detail yang tidak dibutuhkan tetapi pagi itu ayah dan ibuku mengomel padaku karena rupanya aku menghancurkan toiletku setelah buang air besar, yangmana hal itu juga menakutkan untukku karena itu adalah kali pertamanya aku membuang air besar dan yang keluar adalah warna pink kehijauan. Aku tidak akan mendeskripsikan baunya, tidak akan bisa dijelaskan dengan kata-kata. Akupun masih bertanya-tanya sebenarnya apa yang kumakan di hari sebelumnya.

Tinja itu bukanlah hal teraneh yang kualami pagi itu.

Jadi, sepertinya aku harus menceritakannya pada kalian juga. Aku memiliki keluarga di China, Hong Kong lebih tepatnya, dan aku memilki sepupu yang seumuran denganku. Lalu tanpa sepengetahuanku, sepupuku pagi itu datang dengan memakai seragam sekolahku dan mengajakku pergi ke sekolah bersama.

"kenapa ibu tidak memberitahuku ?"

"ibu sudah memberitahumu semalam, bisa-bisanya kau lupa ?"

Aku mendecak kesal, bukan karena aku tidak menyukainya. Tapi terakhir kali teman-temanku melihatnya, mereka semua memuja sepupuku yang juga seorang atlit basket itu dan memaksaku untuk memberikan nomor teleponnya. Sebagai sepupu yang baik, tentu saja aku tidak memberikannya. Itu dan Byun Baekhyun bukanlah pilihan terbaik untuk menjadi bagian dari keluargaku.

"Yukhei akan ditempatkan di kelas yang sama sepertimu dan nanti setelah sekolah dia akan mengikuti tes masuk tim basket. Temani dia sampai dia pulang, mengerti ?"

Aku tidak bisa menjawab tidak karena itu akan melukai perasaan Yukhei, tapi bukan berarti aku menyukai pekerjaan pengasuh ini. Belum lagi si jangkung itu pasti yang menilai Yukhei di tesnya nanti. Memikirkan bahwa aku akan bertemu dengannya saja membuatku mual.

Jadi aku pergi ke sekolah bersama Yukhei pagi itu. Dengan harapan tidak bertemu Byun Baekhyun ataupun Do Kyungsoo ataupun Junmyeon di tengah jalan.

"Terima kasih Jong In, aku akan membalas perbuatanmu nanti" ucapnya pelan saat kami berjalan keluar dari rumah.

"Sudahlah, mau bagaimana lagi" jawabku lesu.

Saat akan memasuki gerbang sekolah, anak-anak sudah melihat Yukhei dengan tatapan terpesona mereka. Yukhei tampak tidak terusik dengan hal itu. Mungkin dia sudah terbiasa, namun beberapa kali dia tersenyum kepada beberapa anak yang menatapnya lama.

Lilac SkyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang