Baby Leon

1.8K 201 2
                                    

"Heh! Pesananmu sudah jadi nih."

Chanyeol tersentak mendengar suara Kyungsoo. Sedari tadi Chanyeol duduk dengan memangku tangan sambil terkantuk-kantuk. Di jam dua dini hari ini, Chanyeol tidak akan mau repot-repot keluar rumah jika bukan Wendy yang merengek dan memaksanya membelikan sate ayam. Kini istrinya yang hamil itu nafsu makannya menjadi bertambah dua kali lipat. Dan sesekali makanan yang diinginkan Wendy bukan makanan yang mudah ditemukan di Seoul.

"Wen, memangnya malam-malam begini masih ada restoran buka yang menjual makanan Indonesia yang kamu mau itu?" Sekitar dua jam lalu Chanyeol masih berada di kamarnya, dengan mata terpejam dia memrotes Wendy yang mengguncang-guncang tubuhnya seraya berkata kalau sedang lapar.

"Kamu telepon saja Kyungsoo. Minta dia buatkan sate itu sebentar. Itulah keuntungan rumah dia yang jadi satu dengan restorannya. Dia hanya perlu turun ke bawah dan langsung jalan ke dapur restoran."

"Kalau makanan selain itu bisa tidak, Wen? Yang sekiranya aku tidak perlu merepotkan orang lain begitu? Kalau memang mau makan ayam 'kan ada restoran cepat saji yang menjual ayam goreng yang buka dua puluh empat jam." Chanyeol mencoba negosiasi, dengan suara terseret-seret dan mata masih terpejam tentunya.

"Tapi bukan aku yang ingin Yeol. Leon, anakmu ini yang ingin sate ayam. Kata omonim, wanita hamil yang sedang ngidam itu bisa jadi anak dalam kandungannya yang menginginkan sesuatu itu. Dan sekarang Leon seperti bilang padaku kalau dia ingin makan sate ayam."

Chanyeol membuka matanya perlahan. Konyol, batinnya. Mana ada janin yang belum sempurna menjadi bayi sudah paham makanan seperti itu. Chanyeol sedikit kesal kalau keinginan Wendy disangkutkan dengan anak mereka yang masih di dalam rahim.

Maka di sinilah Chanyeol sekarang, duduk menunggu di dalam restoran yang sepi diiringi sayup-sayup suara yang berasal dari dapur. Dia benar-benar mengikuti saran Wendy. Menelepon Do Kyungsoo--pemilik restoran Asia yang menjadi salah satu vendor usaha Wendy--lalu Chanyeol menjelaskan duduk permasalahannya berikut memohon-mohon pada pria Do tersebut supaya mau membuatkan makanan yang diinginkan Wendy.

"Maaf Kyung, merepotkanmu begini." Chanyeol menatap senang pada bungkusan yang diletakkan Kyungsoo di atas meja.

"Memang wanita ngidam itu merepotkan. Aku sudah pernah mengalami saat Hyanggi masih di dalam rahim Sohyun. Setelah ini bilang pada Wendy, kalau memang ngidam makanan yang ada di restoranku, tolong kondisikan di jam buka restoran."

"Ya, akan kusampaikan." Chanyeol sekali lagi menampakkan ekspresi menyesal pada Kyungsoo.

"Tidak perlu bayar. Hitung-hitung aku dulu juga pernah melakukan hal serupa pada temanku. Kamu masih lebih baik Wendy hanya minta makanan aneh-aneh malam-malam begini. Dulu aku memaksa temanku supaya bisa masuk ke taman bermain jam dua belas malam, karena Sohyun ingin naik bianglala dan melihat bintang dari puncak bianglala itu."

Chanyeol terkekeh mendengar cerita Kyungsoo. Setelah berterimakasih atas sate gratisnya, kemudian dirinya pamit pulang pada Kyungsoo.





Chanyeol menghela napas setelah menutup pintu mobil dan meletakkan makanan pesanan Wendy itu di jok sebelahnya. Dirinya sedikit tak menyangka pada cerita Kyungsoo beberapa saat lalu.

Mencoba fokus kembali, detik berikutnya Chanyeol menyalakan mesin dan mulai menjalankan mobil.

Dalam perjalanan pulangnya itu, sekelebat memori terlintas di kepala Chanyeol saat mobilnya berhenti di lampu merah. Tepatnya satu minggu lalu, ketika Chanyeol dan Wendy tengah mendiskusikan nama anak mereka.

Kala itu Chanyeol tengah bersantai menonton televisi ditemani Wendy yang posisinya berbaring di sofa dan kepalanya berada di pangkuan Chanyeol. Konversasi itu terjadi setelah mereka makan malam. Sembari berbaring, Wendy fokus dengan ponselnya, tidak ikut menonton acara berita yang Chanyeol lihat.

The Time We Will Always In Love [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang