Pagi Hari
.
.“Dan sesungguhnya hari kemudian itu lebih baik bagimu daripada yang sekarang (permulaan).” (QS. Adh-Dhuha [93]: 4)
"Bun, sabil berangkat ya Assalamu'alaikum" sahutnya dengan tergesa-gesa.
"Eh, sabil kamu belum sarapan nak" ujar Salma yang merupakan ibunda dari gadis itu.
"Nanti di depan sabil beli gorengan ko, bun" jawab sabil lalu bergegas menyalami bundanya. "Assalamu'alaikum" ulang sabil. Kemudian berlari meninggalkan pekarangan rumahnya setelah menyalami ibundanya.
"Waalaikum salam" Salma hanya geleng-geleng kepala melihat tingkah putrinya sabil.
Kerudung sabil bergerak kesana kemari terbawa angin di pagi ini. Kemudian ia membenarkan kerudungnya yang menjadi rusak gara-gara tadi ia berlari. Sabil membeli gorengan yang ada di ujung perempatan jalan raya.
"Beli lima ribu ya mang ujang" seraya memberikan uang berwarna ungu pada mang ujang.
Sabil memang langganan beli gorengan pada mang ujang. Selain karena rasanya juga gorengannya termasuk murah. Mang ujang menjual gorengan lima ratusan pergorengannya. Sedangkan ditempat lain gorengan sudah dijual dua ribu dapat tiga gorengan saja. Selain gorengan, mang ujang juga menjual lontong. sehingga komposisinya cukup untuk sarapan di pagi hari. Sabil selalu membeli gorengan dari mang ujang jika ia bangun kesiangan akibatnya ia tidak bisa sarapan bersama keluarganya di rumah.
"Kesiangan laginya neng?" Tanya mang ujang seraya memasukan gorengan yang dipesan sabil.
"iya mang biasa, hehe" jawab sabil singkat, agar tidak berkepanjangan obrolannya, mengingat waktu yang tersisa sedikit lagi.
"Mangga ath neng ieu wangsulanna, haturnuhun" ujar mang ujang memberi kembalian berupa uang kertas berwarna kuning oren dari mang ujang dan gorengan kepada sabil. Sabil hanya membalas mang ujang dengan anggukan.
Sabil dengan nama lengkap Salsabila Zahwan. Gadis berusia 17 tahun itu kini duduk di kelas XI di salah satu sekolah menengah atas swasta yang terkenal di daerah tersebut. Sabil mengambil jurusan IPS meskipun ia pintar dalam bidang eksak. tapi, dia lebih memilih masuk ke jurusan yang erat dengan bidang sosial. Ada alasan lain sabil masuk jurusan itu. salah satunya karena ada anggota keluarga Zahwan yang tak mendukung sabil untuk mengambil jurusan sains.
Matahari yang mulai terbit dari ufuk timur mulai meninggi, namun masih terhalang oleh awan-awan yang bergerombol menutupi sang matahari. Sabil menunggu bus tujuan sekolahnya. Dua menit kemudian dia masuk kedalam bus yang melaju menuju arah sekolahnya.
Terdengar suara langkah kaki dari arah lantai dua. Menuruni anak tangga menuju ruang makan.
"Pagi bun" ujar seorang anak laki-laki seusia sabil sudah lengkap mengenakan baju seragam serupa seperti yang tadi sabil kenakan. dari dalam rumah. Berjalan menuju ruang makan.
"Pagi, kamu kok malah mampir ke ruang makan bang? hampir mau jam tujuh loh? Sabil aja langsung pamit tadi". ujar salma mendekat menuju ruang makan. Mendekati putranya.
"Jadi Abang gak boleh sarapan nih bun?" tampak raut kecewa yang dibuat-buat diwajah shadiq. Namun bundanya pasti tau itu ekspresi ketika anak laki-lakinya ini ingin bermanja dengannya.
Berbeda dengan sabil, shadiq lebih sedikit manja kepada bundanya. Bila dibandingkan dengan laki-laki seusianya diluaran sana yang sudah tidak bermanja-manja terhadap ibundanya dikarenakan gengsi yang tinggi. Shadiq malah sebaliknya, bundanya merupakan wanita yang paling dicintainya dan yang selalu mengerti akan dirinya. Namun Shadiq tetap laki-laki sejati yang bisa menempatkan diri kapan dia bermanja dan serius. Malah sikap dia bisa dibilang lembut hanya pada bundanya. Ketika di sekolah shadiq lebih terlihat seperti pria dingin. tentu sifat dingin berbeda dengan pendiam ya. Shadiq terkenal dengan paras yang tampan serta memiliki otak yang cerdas. Banyak sekali yang menyukainya baik itu kakak kelas, teman sejawat ataupun adik kelas. Terlebih shadiq merupakan ketua II osis di sekolah dan mengikuti estrakulikuler karate.
"Bukannya gitu, bunda takut kamu kesiangan aja" Salma mendekati sidiq dan merangkul pundak anak laki-lakinya itu. Kemudian mencubit pipi shadiq yang tirus karena gemes akan tingkah putra sematawayangnya ini.
"Ya udah deh bun, sidiq berangkat aja gak jadi sarapan" ujar shadiq dengan wajah datarnya. Sedangkan salma tidak menanggapinya dan beranjak menuju dapur menyiapkan kotak bekal untuk anaknya.
"Bentar bang, mama bikin bekal buat abang sama sabil dulu" sedikit berteriak dari arah dapur, agar putranya tidak berangkat terlebih dahulu.
"Abang tunggu di depan ma" jawab shadiq sambil memutar-mutar gantungan kunci motor dijari telunjuknya. beberapa menit kemudian salma menghampiri anaknya yang sudah berada diatas motornya.
"Ini kamu kasih ke sabil ya, dan yang ini untuk kamu" memberikan 2 bekal pada shadiq. Shadiq hanya mengangguk kepala tanda mengerti. Kemudian menyalami bundanya.
"Assalamu'alaikum bunda"
"Wa'alaikum salam, jangan lupa kasih ke sabil ya"
"Iya bunda ku tersayang"ujar shadiq kemudian menyalakan kuda besinya. Terdengar deru motor menjauhi pekarang rumah.
Keberuntungan tidak berpihak pada shadiq hari ini. dia datang dengan keadaan pintu gerbang sekolah sudah tertutup. Lalu dia teringat sesuatu agar dia bisa masuk kedalam sekolah.
"Aha" ucapnya seraya mengacungkan jari telunjuknya ke atas. "Gue lewat pintu belakang aja kali ya"ujarnya kemudian. Namun baru saja melangkah satu langkah ada orang yang menyerempetnya dari sisi jalan, hingga shadiq pun jatuh terguling.
"Tol tol tolong!" Ucap shadiq sebelum kesadarannya mulai sedikit-demi sedikit menghilang.
.
.
.
.
.
.
.
Welcome on my story guys..
mungkin ceritanya agak sedikit gaje hehehe.. maklum pemula ya gak? Pokoknya tunggu kelanjutannya ya temen-temen.
KAMU SEDANG MEMBACA
Salsabila Zahwan
Espiritual-Seorang gadis berusia 17 yang hidup seperti gadis seusianya. Salsabila Zahwan namanya. Ia tak banyak neko-neko. Dia terlahir sebagai anak sematawayang dari keluarga Al-fatih. Namun nasibnya sedikit berbeda dari yang lain. Diusianya berumur 1,5 tahu...