Jungwoo terburu-buru mengenakan sepatunya, netranya melirik pergelangan tangan kanannya yang tersemat jam tangan Swiss itu.
"Appa paliwa!" Jungwoo berteriak, membuat lelaki yang tengah mengenakan jas dibelakangnya menutup kuping.
"Ya! Jangan berteriak, appa disini" protes Minho.
"Ini sudah siang dan appa masih saja bermesraan dengan eomma" Jungwoo menghentakkan sebelah kakinya, wajahnya memberengut lucu.
"Iya iya, appa juga kesiangan" Minho segera mengenakan sepatunya.
"Salah appa sendiri kenapa semalam menahan eomma didepan televisi begitu lama, eomma jadi terlambat membangunkan kita" ujar jengkel Jungwoo.
"Sudah sudah, jangan bertengkar seperti anak kecil, ini ambillah Wonnie, Eomma membuat dua bekal untukmu, untuk sarapan dan makan siang" Taemin yang baru datang menyerahkan dua kotak bekal makanan pada Jungwoo.
"Dan ini ponselmu ketinggalan sayang" Taemin memberikan sebuah ponsel pada Minho."Astagah hampir saja meetingku gagal, terimakasih sayang" Minho mengecup Puncak kepala Taemin.
"Terimakasih eomma bekalnya" giliran Jungwoo yang sekarang mengecup pipi Taemin.
"Ya sudah berangkatlah, ini sudah siang" ucap Taemin.
"KAMI BERANGKAT!" serua ayah dan anak itu bersamaan sebelum berlalu dibalik pintu rumahnya.
"Huhh.. " Taemin menghembuskan nafasnya, dengan senyum riang kembali kedalam rumah minimalisnya.
Berjalan menuju ruang makan dan membereskan makanan yang tak sempat dimakan oleh anak dan suaminya tadi.
Bunyi ponsel berdering mengurungkan kegiatan Taemin untuk membereskan meja makan tersebut.
"Yoboseyo?" Taemin menyematkan ponsel itu diperpotongan pundak dan telinganya, dua tangannya ia gunakan untuk kembali membereskan ruang makan.
"Ahh... Jongie, ada apa?"
"..."
"Eummm... Coba nanti ku tanyakan pada Minho, karena ia bilang ada rapat pukul dua"
"..."
"Iya iya, akan ku usahakan" Taemin berjalan hilir mudik ke dapur, sesekali tangannya mengelap meja makan yang terkena tumpahan kuah.
"Pay... Pay... " setelah menutup teleponnya, Taemin segera menyelesaikan acara membersihkan meja makannya, kemudian berlanjut berkemas rumah.
.
.
."Semoga saja pintu gerbangnya belum ditutup, semoga saja... Semoga saja... " bak merapalkan mantra, Jungwoo bergumam dengan tangan bertautan didepan dadanya.
"Belum ditutup, ini masih jam berapa eoh?" Minho melirik arlojinya.
"Ini hampir jam 8 appa, seharusnya sebelum itu aku sudah harus disana mengambil berkas pendaftaran extra kurikuler" pekik Jungwoo.
"Jangan berteriak, suaramu seperti eomma yang sedang mengomel Jungwoo" ujar Minho menutup sebelah kupingnya.
"Benarkah appa?" Jungwoo dengan segera menutup mulutnya.
"Apa semenyeramkan itu appa?" Jungwoo berkedip-kedip polos."Ya hampir sama mengerikannya" Minho mengangguk-angguk membenarkan pertanyaan anaknya.
"Astagah, itu menyeramkan sekali" Jungwoo mengigit bibir bawahnya. Ia sangat takut ketika eommanya marah dan mengomel. Dan barusan Jungwoo menirukannya.
"Eyy.. Benarkan dugaan appa, gerbangnya belum ditutup" ujar Minho, menatap lurus gerbang yang baru saja tertangkap matanya.
"Benarkah?" Jungwoo mengikuti arah pandang appanya, kemudian menghela nafasnya.
"Syukurlah"
KAMU SEDANG MEMBACA
To Be a Family
Teen FictionTaemin dan Minho memiliki baby yang kini telah beranjak dewasa. Romansa muda anak keluarga Choi dan kawan-kawannya. 2min - Caswoo - Jaeyong - Myungjong - Binhwan - Onkey - Yunjae Yaoi+Mpreg