"Maaf merepotkanmu Jungwoo"
"Tidak apa-apa Tenie, aku tidak tega melihatmu membawa berkas sebanyak itu" Jungwoo meletakkan beberapa lembar berkas terakhir yang ia bawa.
"Aku bersyukur di kelas kita masih ada orang sebaik dirimu, astagah, para yeoja-yeoja itu bahkan tak melirik pada ketua kelas mereka yang kesusahan" Ten, lelaki berdarah Thailand itu mengomel dengan aksen khasnya, membuat Jungwoo terkikik geli mendengar lelaki manis itu berbicara.
"Ada yang lucu Jungwoo?" tanyanya."A.. Aniya, aku hanya belum terbiasa berbicara dengan orang-orang asing yang memiliki aksen yang berbeda, jadi aku selalu merasa lucu ketika kalian berbicara dengan bahasa korea, maaf" Jungwoo sedikit tak enak hati mengatakan itu pada Ten.
"Eyy... Gwaenchan, aku sering diejek karena aksenku yang berbeda dari dulu, aku tidak merasa sakit hati dengan itu, lagipula aku memang bukan orang Korea asli, jadi tak masalah untukku"
"Kau benar-benar namja yang baik Ten, karena ku lihat orang lain terlihat tidak suka jika ada yang menertawakan aksen mereka, sedangkan kau terlihat begitu santai"
"Kita baru saja masuk, dan aku tak ingin mencari musuh" Ten merangkul pundak Jungwoo.
"Kajja, akan ku traktir kau makan siang" Ten menarik Jungwoo untuk keluar ruang guru."Apa tidak merepotkanmu?"
"Gwaenchan... Gwaenchana, kau sudah membantuku, jadi aku akan membelikan apapun yang kau inginkan hari ini" ujar Ten.
"Ahh... Gomawo Tenie" Jungwoo tersenyum lembut pada namja yang tengah menarik tangannya itu.
"Cepatlah Wong Siput Yukhei!"
Triakan didepan koridor ruang guru itu menghentikan laju langkah Ten. Hampir saja tubuhnya terpental karena namja tinggi yang tengah berlari itu.
"Ya! Jangan berlarian dikoridor, itu membahayakan yang lain" triak Ten memaki lelaki yang baru saja berlalu itu.
"Ten, kau tidak apa-apa?" Jungwoo menghampiri Ten yang hampir saja ditabrak oleh salah seorang murid.
"Astagah... Dia benar-benar tak memiliki tata krama sama sekali"
"Tunggu kau Seo Fucking Johnny!"
Triakan lain menggema dari arah belakang Ten dan Jungwoo. Seorang lelaki tinggi berlari tanpa menghiraukan Ten dan Jungwoo.
"Wo.. Wo... Wo..."
Bruk
"Akhhh... "
Pekikan keras itu bukanlah suara Jungwoo, sungguh, karena Jungwoo saat ini tak merasakan dingin lantai, ataupun sakit sama sekali, ia malah merasa tubuhnya lebih ringan. Apakah ia terlempar keatas, karena terakhir kali, retinanya menangkap seorang namja yang berlari menubruknya dan Ten, sebelum akhirnya matanya terpejam, reflek untuk bersiap merasakan benturan pada bagian pantatnya.
"Ya! Gwaenchana?"
Suara berat itu menyadarkan Jungwoo, ia membuka mata, menangkap gambaran wajah tak asing tepat dihadapannya, mata bulat itu menelisik mengganggu pandangan Jungwoo, belum lagi ketika ia merasakan sebuah lengan melingkar di pinggangnya, menjaga tubuhnya agar tak menghantam lantai. Netra mereka bertemu tatap dalam sepersekian detik, hingga si manis tersadar karena suara Ten yang mengaduh kesakitan dilantai.
"S.. Sorry... Aku... "
"Ya! Siput, cepatlah, kita akan ketinggalan latihan" suara di ujung koridor membuat lelaki itu gelagapan.
Jungwoo sangat yakin jika lelaki itu sebenarnya ingin membantunya dan Ten. Namun karena temannya di ujung sana membuat lelaki itu segera beranjak, meninggalkan dekapan kedua telapak tangannya pada Jungwoo, tanda jika ia meminta maaf lewat isyarat itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
To Be a Family
Fiksi RemajaTaemin dan Minho memiliki baby yang kini telah beranjak dewasa. Romansa muda anak keluarga Choi dan kawan-kawannya. 2min - Caswoo - Jaeyong - Myungjong - Binhwan - Onkey - Yunjae Yaoi+Mpreg