Dream?

18 2 0
                                    

Nama : POCONG TEGUH
Askot : Makassar
Akun fb : Alicia Kezia
Akun ig : @song_in_ah
Akun wp : @aliciakezia
                  @song_in_ah

Tema : horor
Judul : Dream?

Isi cerpen :

Pagi-pagi buta, Noala terbangun dari tidurnya. Dia mengalami mimpi buruk semalam. Adiknya mengalami kecelakaan akibat sosok bayangan tidak kasat mata yang entah mengapa akhir-akhir ini sering membayanginya. Yah, itu benar, Noala sering merasa dibuntuti akhir-akhir ini. Pasca keluarganya memutuskan untuk pindah rumah, dirinya sering dirundung perasaan khawatir ataupun takut. Noala menatap jam yang tertancap di dinding kamarnya, 03.15 masih terlalu dini untuk terbangun di hari ini. Tetapi, apa boleh buat, Noala sudah tidak bisa tidur kalau dirinya sudah terbangun, apalagi terbangun karena mimpi buruk.

Cewek itu meraih ponselnya di nakas sebelah tempat tidurnya, sesudah menyalahkan lampu, Noala lantas bermain ponsel. Namun, itu masih tidak dapat merundung rasa khawatirnya. Dia sendiri juga tidak tahu mengapa dirinya tiba-tiba merasa seperti ini. Merasa tidak terjawab, cewek itu segera melangkah ke kamar mandi di kamarnya. Asal kalian tahu, Noala pernah melihat penampakan sesosok gadis cantik di dalam kamar mandinya. Saat itu dirinya sedang dirundung perasaan khawatir yang persis seperti saat ini, dirinya lantas melamun di depan cermin wastafel dengan mata yang memandang kosong. Entah bagaimana cara datangnya, sosok gadis cantik itu seketika muncul di balik pundak Noala, kepalanya dia sampirkan ke bahu kiri Noala sedangkan tangannya sedikit merambat ke punggung kanan Noala. Noala refleks terlonjak, dirinya lalu menatap cermin di depannya dan seketika histeris. Dia berbalik, namun bayangan itu seketika lenyap, entah kemana. Meski kejadian itu menyisakan bekas ketakutan di diri Noala, itu tidak lantas membuatnya takut, dirinya langsung berdoa dan meminta pertolongan kepada sang Maha Kuasa.

Noala kini sudah sampai di depan cermin wastafel, dia mulai membasahi wajahnya dengan air yang mengalir dari kran. Perlahan dirinya mulai menumpukan kedua tangannya ke dua sisi wastafel. Dia menatap dirinya sendiri. "Kayaknya, gue dah mulai nggak waras, deh," serunya sendiri dengan kepala yang di geleng-gelengkan di depan cermin. Seketika senyumnya lenyap, digantikan oleh raut tegang.

Dilihatnya pintu yang menuju ke kamar mandi ini seketika tertutup rapat. Entah siapa yang melakukannya, yang pasti cewek itu kini sudah berpindah tempat ke sudut ruangan. Dia lalu mengedarkan pandangannya mengamati ruangan itu. "Siapa itu?!" teriaknya histeris. Masa bodoh jika saja suara yang dia timbulkan akan membangunkan siapapun di rumah ini, itu justru akan lebih baik daripada tetkurung di sini sama sendirian.

Seketika lampu kamar mandi mati. Tak menyisakan sedikit pun cahaya yang merambat ke matanya. Noala lantas berteriak histeris, yang dia tahu pasti tidak akan ada yang mendengarkan, mengingat ruangan ini kedap suara. Dirinya lalu meraba-raba mencari sesuatu yang mungkin akan membantunya. Tetapi ketika dia meraba di bagian kirinya, cewek itu seketika berteriak kembali. Dia kembali menarik tamgannya yang sebelumnya meraba sesuatu yang basah dan kental menyentuh tangannya. Noala mendekatkan hidungnya ke tangan kirinya. Bau anyer. Itu bau darah! Demi apapun, Noala ingin segera keluar dari sini. Dia ingin mengakhiri teror berkepanjangan ini secepatnya.

Ketika Noala berkeinginan lari, dengan segera tangannya dicekal seseorang. Noala tersentak, tetapi dirinya tidak berani berbalik. Dia hanya mampu memejamkan matanya kuat-kuat dan berharap setelah dia membuka mata, semua akan kembali seperti semula. Noala lantas mendengar suara yang mebengkakkan telinga. Lantas matanya terbuka.

Noala menarik napas legah. Perlahan dirinya bangkit terduduk. "Serem banget mimpi gue," gumamnya masih dengan mata yang beradaptasi dengan gelapnya kamar tidurnya. Noala lantas kebingungan. Dia mengedarkan pandangannya dan langsung menemukan sesuatu yang menarik perhatiannya di sebelah kanan. Sebuah cahaya yang mungkin hanya berbintik putih mulai merambat melewati pupil mata Noala. Terdengar suara di belakang punggungnya. Suara musik biola yang sepertinya sudah rusak. Noala menoleh.

"Hai, Noala. Apa kau melupakanku...?"




_Makassar, 12 juli 2018_

Cerpen KitaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang