Bedak Berdarah

14 1 0
                                    

Karya : Sri Wulan

Aaaaaaa...!!!

Beriringan dengan jeritku, Aku terbangun dari mimpi burukku. Aku bermimpi ditemui sosok wanita dengan dandanan urak-urakan memberikan sebuah bedak kepadaku, dari bedak itu kemudian keluar berceceran darah yang mengejutkanku. Saat aku terbangun, kulihat jarum jam menunjukkan pukul 00.00 WIB. Ketika mataku beralih tertuju ke tempat riasku, Aku melihat sesuatu yang tidak asing lagi bagiku. Bedak itu, batinku. Dengan penuh rasa heran, Aku menghampiri bedak itu untuk mengecek benarkah itu yang ada didalam mimpiku. Mulai kuamati dari dekat, tidak salah lagi benar bedak itu. Tanganku hendak mengambil bedak tersebut, namun tiba-tiba terdengar alunan musik gamelan juga nyanyian sinden, bulu kudukku kian berdiri diikuti tiupan angin yang menusuk ke pori-pori kulitku. Sementara terdengar suara bising di luar sana yang mengurungkan niatku untuk mengambil bedak itu.

'Blakkk!!!'

Sontak Aku menengok ke sumber suara. Aku hanya bisa menelan ludah, melihat jendela yang semula terkunci sekarang terbuka lebar. Sekujur tubuhku bergetar terbalut oleh keringat dingin. Meskipun seperti itu, dengan sisa keberanian Aku tetap melangkah menuju ke arah jendela untuk menutupnya lagi. Setelah didepan jendela, dari situ Aku melihat sosok wanita berlumur darah yang bersembunyi dibalik pohon besar. Aku hanya bisa menganga melihat hal itu, dengan secepat mungkin Aku menutup jendela kamarku, dengan nafas yang terengah-engah akibat detak jantung yang berdegup tak beraturn. Kemudian Aku menghampiri kasurku dan berselimut dalam ketakutan.

***

"Aira...Aira! Bangun."

"Aaaaaaa...!!!"

"Heh...kenapa sih? Tidur kok sambil teriak-teriak."

Saat Aku terbangun, Aku menghela nafas panjang. Menundukkan kepala karena terasa sangat pusing.

"Kamu kenapa Aira? Ini jam segini baru bangun, ada jadwal syuting nih. Telat Mulu, kamu itu udah mau down keselip sama artis-artis baru tuh."

Melihat ke arah jam tanganku, "Aku semalem susah tidur Om."

"Udah, Om nggak mau denger alesan kamu."

Huftt...itulah Om Anwar, bete banget Aku. Lama-lama bisa setres gara-gara banyak tekanan kaya gini. Apalagi kejadian semalam itu. Ah mungkin itu hanya akibat dari kecapean.

"Eh malah ngelamun. Aira! Cepat sana mandi," suruh Om Anwar kepadaku.

"Iya ya Om." Beranjak dari tempat tidurku, "Huu dasar Om tiri!" Gumamku lirih.

"Om denger loh kamu ngomong apa."

Sesegera mungkin Aku bersiap-siap untuk menuju ke tempat syuting. Saat dalam perjalanan sesekali Aku melihat ke arah luar dari balik kaca mobil, Aku melihat sosok wanita yang tadi malam Aku lihat dibalik pohon dekat rumah tapi kali ini tanpa bercucuran darah, sangat jelas sekali memang sosok itu Aku tidak mungkin salah.

"Om Anwar, kamu lihat cewek di seberang jalan tadi nggak?" Tanyaku pada Om Anwar yang masih fokus menyetir mobil.

"Cewek? orang jalanan sepi, lagi pula mana ada cewek di hutan belantara kaya gini."

"Tapi-" belum selesai bicara, udah dipotong begitu saja oleh Om Anwar.

"Tapi apalagi sih."

Huh kebiasaan Om Anwar, tidak pernah sedikitpun mengerti. "Lagian tempat syuting kok ke hutan kaya gini sih Om," grutuku.

"Udah diem ikut aja."

Aku hanya bisa terdiam dan sesekali mengamati diluar sana, seperti ada seseorang yang mengikuti dan mengintip diantara pohon-pohon rindang yang berada di setiap pinggir jalan. Ya, Aku menemukan sosok yang mengikuti. Tidak salah lagi wanita yang semalam, kini dia sedang melambaikan tangan ke arahku, mataku mengikuti dimana sosok itu berada dengan beriringnya mobil yang melaju dan tiba-tiba kepalaku terasa pusing kemudian pandanganku buyar. Semua terasa gelap.

Cerpen KitaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang