Matahari bergegas beranjak dari tempat tidurnya. Ia mengendus-endus sejuknya udara sisa malam. Langit hari ini begitu cerah, seperti memberi semangat kepada anak manusia untuk mengawali hari penuh dengan senyuman. Karina terbangun dari tidurnya, mengucek matanya. Ia terkaget-kaget ketika membukakan gorden jendela kamarnya. Di balik jendela, matahari sudah menampakkan batang hidungnya.
"Aduh..." keluh gadis remaja itu, bergegas pergi dari tempat tidur.
Sudah dari sejak kecil, gadis itu dibiasakan untuk bangun sendiri tanpa panggilan seorang manusia luar biasa yang dinamakan ibu. Namun hari ini, ia sedikit terlambat bangun. Walaupun sebenarnya tidak ada kata sedikit untuk mendefinisikan terlambat.
Tak mengherankan jika ia terlambat, sebab tergambar pada hitam kantung matanya yang artinya dia terjaga pada malam hari.
Di dapur seorang wanita paruh baya mempertontonkan keahlian tangannya dalam meracik bumbu masakan. Suara "srenggg...srenggg" dari bunyi beradunya antara wajan dan spatula ikut andil meriuhkan suasana pagi itu.
"Yuk...Kak, sarapan dulu." ajak Ibu kepada Karina di meja makan, terlihat di sana kepulan asap nasi goreng membawa aroma racikan bumbu sang Ibu.
"Gak ah... Kakak, udah telat." jawab Karina membawa tasnya, buru-buru.
"Kalo gitu, Ibu buatkan kamu bekal aja ya !" Karina mengangguk.
Karina Putri atau biasa dipanggil Karin merupakan seorang anak tunggal dari sebuah keluarga yang sederhana. Ia adalah salah satu siswi SMA favorit di daerahnya.
"Nih, bekalnya." Ibu memberikan sebuah kotak makanan.
"Makasih, Bu." Gadis itu menerima pemberian dari ibunya. "Assaamualaikum, Bu. Kaka, berangkat sekolah dulu ya." gadis itu mencium punggung tangan ibunya.
"Waalaikumsalam, hati-hati dijalan. Semoga lancar ujiannya." jawab Ibu.
Sudah menjadi naluri seorang ibu untuk mendoakan anaknya, walaupun sang anak tidak meminta doa itu. Doa sang ibu adalah doa yang paling dikabulkan Tuhan, meski itu hanya ucapan spontan saja. Bukankah Malin Kundang menjelma menjadi batu karena ucapan sang Ibu ? Ucapan sang Ibu adalah obat paling mujarab, layaknya alam semesta ini berkonspirasi meng-aminkan ucapan seorang Ibu. Namun bisa dibayangkan apabila ucapan baik yang keluar dari mulut manusia luar biasa ini. Pastilah luar biasa, bagaikan sihir yang nyata. Mungkin inilah rahasia dibalik kesuksesan seseorang. Ada doa-doa ibu yang mengiringi langkah dalam mengapai cita-citanya.
***
Pagi kian meninggi, kicauan burung semakin melengking. Bel sekolah akan berbunyi beberapa menit lagi. Sementara sebuah bangku yang ditempati seorang gadis remaja itu masih kosong. Di atas bangku tersebut terpangpang secarik kertas yang bertuliskan nama "Karina Putri".
"Kemana si Karin ya ?" celetuk seorang siswi berambut panjang itu, melihat arloji di tangannya.
Beberapa menit kemudian...
"Assalamualaikum..." gadis dengan tinggi semampai itu bergegas menuju bangkunya.
"Kenapa baru datang, Rin ? Aha... Biarku tebak ! Kamu bangun kesiangan kan ? Karena habis begadang." wajahnya menghadap Karin.
"Hmmm..." Karin mengangguk, kabut mimpi sedikit masih menggantung di matanya.
Bel sekolah berbunyi dengan lantang, nadanya menyeruak menuju setiap sudut ruang kelas. Tidak lama kemudian, suara sepatu pentopel terdengar lamat-lamat semakin keras, tanda seseorang mendekat. Laju obrolan para murid masih riuh terdengar.
"Pengawasnya siapa ?" tanya beberapa murid.
"Bu Sinta." jawab seorang murid di sebelah ujung sana.
KAMU SEDANG MEMBACA
Biarlah Puisi Berkata
Novela JuvenilRuang dan waktu kita terbatas untuk bercerita tentang semua hal yang telah kita dapat. Namun takkan ku biarkan kamu merasa sendiri, pasti ku temani melalui beberapa lembar puisi. Walau waktu sudah tak ku dapat, dan jarak terlalu jauh tuk kugapai. Pe...