Selimut itu Berlapis Embun

84 5 0
                                    

Mereka manusia super yang Ku kenal. Bukan karena mampu berubah jadi laba-laba dan menyelamatkan Ku dengan jaring yang dimilikinya, mereka pun bukan sosok yang mampu membawa Ku terbang dengan kekuatannya. Tapi mereka super karena mampu memahami dan menerima Ku, seorang manusia yang sangat aneh dan ceroboh.

Kami adalah 3 jiwa yang mungkin pernah bertemu Di lauhul mahfuzh dan akhirnya disatukan kembali di bumi. Kami 3 jiwa yang berasal Dari gen yang sama yaitu gen Nenek Emi dan Abah Aja.

Aas, seorang penyuka sastra inggris dan Biologi itu dulunya bertubuh normal, entah makan apa dan kenapa, lama aku tak bertemu dengan nya karena suatu hal hingga tubuhnya seketika sebesar itu. Menjadi yang paling bijak dan sangatt taat agama menjadikannya guru ngaji anak-anak di kampung.

Ina, sosok yang paling muda ini memiliki banyak hal nyeleneh dalam hidupnya misalnya saja dia itu kuat tidur seharian pada hari libur, bangun paling siang di hari sekolah, anti air alias males mandi, cuek abis, dan kalau ngaji dia lah yang paling suka ngantuk bahkan tidur. Meski begitu, dia yang paling feminine, jago masak MIE, jago pidato bahasa inggris dan penyayang anak-anak.

Jangan Tanya bagaimana aku dulu, aku hanya sosok manusia pemimpi yang ceria.

Kisah unik kami yang mungkin patut dijadikan dongeng legenda peradaban manusia begitu banyak. Tingkah-tingkah konyol kami yang kerap membuat gelengan kepala setiap orang. Seperti halnya pada satu peristiwa yang mungkin akan dikenang oleh semua orang di kampung.

Malam itu, tepat bulan Ramadhan 1436 H. Kami melakukan kegiatan sehari-hari seperti biasa. Namun, memang ada yang sedikit luar biasa yaitu porsi ngaji malam kami ditambah hingga pukul 11 malam. Lelah memang, tapi ya.. Seru saja karena 2/3 Dari waktu ngaji kami habiskan dengan tidur. Tentu saja ini karena godaan Ina. Setiap Kali melihat dia nyenyak di atas kitab kuning yang harusnya dikaji, aku terbawa suasana untuk mencobanya.

Lain hal dengan Aas, dia terlatih tidur menunduk sambil duduk hingga Mang Adang guru ngaji kami tak pernah mengiranya tertidur.

Seperti malam biasanya, kami pulang Dari madrasah pukul 11 malam lewat karena habis melakukan kebiasaan para wanita yaitu mengobrol.
"Aku nginep di rumah kamu deh As" ucap Ina seraya membetulkan posisi jilbab nya sehabis bermain di Alam mimpi. "Nah iya! Asik tuh, aku juga kan nginep di rumah dia" timpalku memberi persetujuan.
Aas tersenyum dan terdiam. Selama bulan Ramadhan aku memang menginap di rumah nya karena nenek Ku sakit dan ingin tinggal di rumah kakaknya yang tak bukan adalah Neneknya Aas.
"Ehh... Gimana.. Gimana.. Kalooo kita tidur di balkon?" Seru Aas kegirangan seperti menemukan bongkahan emas dalam kolak pisang.

Mata aku dan Ina menyala penuh binar persetujuan. Balkon yang dimaksud itu sebenernya adalah tempat khusu jemur Baju dan kami memutuskan tidur disana karena seisi rumah pasti sudah penuh oleh anggota keluarga lain yang menginap.

Sampai di rumah Aas, "Beuhh..... Apa yang kamu bilang beneran Na! Kita ga bakal bisa tidur disini. Penuhh tersusun rapiii wkwkwkw" kelakarku berbisik seraya terkekeh menepuk pundak Ina. "Benerkan! Yaudah cuss ke balkon" seru Ina tak Sadar Nada suaranya meninggi. "Sstttttt" tentu saja suaranya itu mengundang aku dan Aas bersat sut sat sut agar dia cepat diam.

Langit malam Ramadhan, penuh bintang dan garis awan yang lembut. Kami yang terbaring beralaskan karpet biasa dan berselimut tebal, menghabiskan malam dengan bercerita kisah dalam film Korea yang Sedang hits diantara para santriwati lain. Namun, diantara keseruan itu tiba-tiba saja ada sekelebat bayangan yang melintas cepat di atas kami berasal Dari kebun dekat rumah. Aku melihat bayangan itu berwarna putih dan berhenti di antara rimbunan pohon kelapa. Sontak hal itu membuat kami untuk segera tidur. Tidur yang nyenyak.
Sekitar pukul 3 pagi, aku terbangun karena dingin yang semakin menusuk. Ku pegang permukaan selimut bagian atas, BRRRRRR air embun itu mungkin sebentar lagi akan merembes menyentuh kulit kami. Mata Ku semakin terbuka tatkala sesosok tubuh laki-laki berusia 33-tahunan berteriak "Ini diaaa anak-anak ituuu!!!!!! Heiii bangunnnn"ternyata ini adalah pekikan Mang Jujuan yang tak lain adalah Paman Ku. Ina dan Aas pun ikut terbangun setelah Ku goyang-goyang tubuhnya. " Ada apaan siii?" Tanya Ina kesal. "Ya... Allah . kalian ini, dicariin kesana-kemari taunya tidur disini. Seisi kampung pada bangun karena kalian dianggap hilang" ucap Mak Totoh seorang tetangga yang berteriak Dari jalanan. Kami hanya senyam-senyum tak karuan. "Abis kita ga bakal muat kalo tidur di dalem" ucap Aas membela diri. "Yeuhh ... Yaudahh ayooo sahur" ajak Wa Neni seraya menyiapkan santapan sahur. Semua anggota keluarga bangun lebih awal untuk mencari kami yang "hilang", lebih Dari itu para tetangga ikut kelabakan akibat satu ulah kami ini.
Itulah sekelumit kami 3 Sahabat, 3 saudara penyuka Mie instan dan semua tentang Biologi .

Kita Dan KataWhere stories live. Discover now