Seperti hari hari sebelumnya. Agata tampak cantik dengan make up yang tidak terlalu tebal, mukanya tampak seperti biasanya yaitu datar tanpa adanya senyuman selamat pagi.
"Non, tidak sarapan dulu?" Agata hanya menggeleng kala mendengar suara salah satu pelayan dirumah mewah bak istana tapi berasa penjara.
"Nanti non sakit." Kedua kalinya Agata hanya menjawab dengan gelengan singkat lalu berjalan keluar rumah.
Jika kalian pikir Agata akan pergi ke sekolah dengan menggunakan mobil mewah maka itu semua salah. Agata lebih memilih untuk naik bus daripada harus mengendarai mobil nya dan ingat Agata hanya beberapa kali menggunakan mobil pemerian orang tuanya. Dia tipikal orang yang lebih suka menggunakan kendaraan umum.
Berjalan menuju depan komplek dan duduk dihalte sambil menunggu bus lewat. Itulah rutinutas pagi Agata.
Agata duduk dihalte dengan pandangan menatap pada ujung jalan tersebut. Melihat lihat apakah bus akan datang atau belum. Penantian nya akhirnya terkabuli, bus berwarna merah berjalan kearahnya dan tepat berhenti dihadapah Agata.
Dengan cepat Agata masuk kedalam bus dan duduk disalah satu bangku kosong dibelakang pengemudi bus.
"Halo Agata. Ketemu lagi ya?" Mendengar sapaan itu membuat Agata menoleh. Dan kalian tau apa yang dilihat oleh Agata? Disampingnya sedang duduk Darrel, senyum Darrel mengambang dan sedikit menampakan gigi putihnya.
"Hm." Agata hanya berdehem setelah itu menatap keluar jendela. Membiarkan Darrel yang terus menerus menatap kearah Agata.
"Lo aneh tau nggak."
"Kamu adalah orang yang sekian kali ngatain aku aneh." Agata menjawab tanpa menoleh sedikitpun kepada Darrel.
"Maksud gue bukan gitu. Lo itu aneh beda dari cewek lain nya. Disaat gadis lain jatuh kepesona gue tapi lo nggak sama sekali. Secara gitukan siapa yang tidak akan jatuh di pesona gue." Mendengar ucapan Darrel yang terlalu percaya diri membuat Agata menoleh sebentar lalu kembali membuang wajah kearah lain.
"Karna lelaki seperti kamulah yang harus dihindari." Sontak pernyataan Agata membuat Darrel melebarkan matanya.
Dihindari? Berasa virus jika Darrel dihindari.
"Orang ganteng kaya gue itu harus didekatin nggak boleh dihindari."
Kalau ada kursi kosong kali ini mungkin saja Agata akan berpindah tempat duduk. Kenapa coba harus satu temat duduk sama lelaki yang tingkat kepercaya dirinya tinggi?
"Ganteng tapi sikap tidak baik buat apa? Muka ganteng tidak menjamin prilaku." Darrel menggaruk tengkuknya yang tidak gatal kala mendengar jawaban yang dilontarkan oleh Agata.
"Gue orangnya baik kok. Sumpah dah." Ujar Darrel dengan jari telunjuk dan tengah diangkat.
"Sudah berapa kali kamu pindah sekolah dalam semester ini? Kenakalan yang kamu punya membuat kamu dikeluarkan dari sekolah bukan?" Darrel kikuk ketika mendengar ucapan Agata.
Darimana Agata tau tentang masa lalunya?
"Dari mana lo tau?"
"Satu sekolah sudah membicarakan itu."
"Jadi lo gosip?" Tuduh Darrel langsung dan menatap Agata.
"Tidak, hanya mendengarkan saja." Ucapan Agata tampak sangat santai membuat Darrel mengendus kesal.
"Lo mau nggak jadi pacar gue?" Sontak pernyataan Darrel membuat Agata langsung ternganga dan menoleh kearah Darrel.
"Selalin tingkat kepercayaan diri kamu yang tinggi ternyata sikap halusinasi kamu juga tinggi." Agata mencoba untuk tetap tenang menjawab ucapan ucapan Darrel walaupun sekarang jantungnya sudah berdetak dua kali lebih capat.
Bukan karna Agata cinta kepada Darrel tapi Agata baru kali ini merasakan Ditembak oleh seorang lekaki dan lebih parahnya lagi Agata tidak tau Darrel hanya kenal gitu aja.
"Gue beneran dah. Lo itu gadis beda dari yang lain. Makanya gue suka sama lo. Mau ya?" Agata hanya diam dan untunglah bertepatan dengan itu bus sudah sampai didepan gerbang sekolah.
Tanpa mengatakan apapun Agata langsung turun meninggalkan Darrel yang masih dalam posisi yang sama.
Melihat Agata turun Darrel juga ikut turun dari bus dan mencoba mengejar langkah kaki Agata.
"Mau ya," ucap Darrel setelah berhasil mencekal tangan Agata.
Dengan sekali sentakan tangan Agata lepas dari cengkraman tangan Darrel. "Tau hukumnya pacaran? Dan aku tidak mau mendekati zina dan menjauhi surga." Setelah mengatakan itu Agata langsung pergi tanpa menoleh sedikitpun pada Darrel.
Saat kaki Agata memasuki kelas. Semua mata tertuju pada Agata, tapi Agata hanya diam tidak menanggapi pandangan itu. Dia sudah terbiasa ditatap seperti itu.
"Halo Agata?" Sapaan yang ia dapat hanya dihiraukan Agata. Dia memilih untuk melanjutkan langkahnya menuju bangku nya.
"Agata." Kali ini panggilan yang cukup keras membuat Agata menoleh kesumber suara.
"Lo maukan jadi pacar gue?" Dan sekarang Agata sangat benci situasi ini. Kenapa harus ada lelaki seperti Darrel yang selalu saja mengusik hidupnya? Kapan semua orang tidak lagi menganggu kehidupan Agata? Agata sangat tidak suka diganggu.
"Nggak."
"Kenapa?"
"Pacaran sama saja dengan zina." Ucap Agata tanpa menoleh sedikitpun kepada Darrel yang sudah duduk disampingnya.
"Yaudah ta'aruf aja ayok?" Ya Tuhan, bolehkah Agata membunuh seseorang saat ini juga?
"Hubungan itu bukan sesuatu yang main main ini bersangkutan soal hati. Kamu tau? Seorang wanita jika merasakan sakit hati yang teramat sakit maka dia akan susah untuk melupakan itu semua. Dan mungkin saja dia akan enggan untuk jatuh cinta lagi." Ya ini adalah kalimat terpanjang yang Agata ucapkan.
"Dan kamu hanya mengikuti nafsu kamu untuk hubungan ini. Karna hubungan dengan nafsu itu akan berakhir dengan nafsu juga lah." Ucap Agata lagi dan berhasil membuat Darrel terdiam diri ditempat.
"Kalau gitu gue bakalan pastiin kalau hati ini hanya untuk lo aja Agata."
"Tapi sayangnya saat ini hati aku tertutup untuk yang namanya cinta." Agata memandang jendela.
Memandang langit pagi akan bisa memberi ketenangan bagi Agata.
"Kenapa?"
"Aku lebih mau mengutamakan pendidikan. Karna sukses mengundang cinta yang berkelas." Ah rasanya Agata hari ini banyak sekali berbicara dan yang dibicarakan semuanya bersangkutan soal hati.
"Calon istri gue, masa depan gue, kok bijak sih?" Agata hanya memutar bola matanya malas ketika mendengar ucapan Darrel.
Agata lebih memilih membuka buku Psikologi Kepribadian, yang baru saja ia beli dan belum sempat Agata membacanya.
"Buku tentang psikolog lagi?" Agata hanya berdehem menanggapi ucapan Darrel.
"Gue heran deh sama lo, disaat cita cita anak anak sekarang pingin jadi dokter, TNI, dan yang lain nya. Kenapa lo memilih menjadi pisikolog?"
"Ada sesuatu dibalik itu semua yang nggak bisa aku ceritain sama siapapun." Darrel menatap tak percaya pada Agata.
Darrel tau selama ini Agata adalah gadis yang lemah, dari tatapan Agata, Darrel tau gadis itu adalah gadis yang rapuh. Bahkan Darrel sering kali melihat mata indah itu basah akibat air mata dan Darrel tidak tau apa penyebabnya.
"Kenapa lo nyembunyiin itu semua?" Tanya Darrel dengan wajah penasaran nya.
"Tidak semua kisah hidup harus diumbar dimana mana, bukan?" Kali ini Darrel hanya mengangguk dan memilih diam sambil menunggu guru masuk.
***
Votenya jangan lupa guys.
KAMU SEDANG MEMBACA
This is Who I Am
RandomBagi Agata, Darrel itu pria yang penuh dengan kejutan. Tapi bagi Darrel, Agata adalah wanita yang penuh dengan rahasia. Dibalik sikap dingin dan cuek milik Agata ternyata gadis itu menyimpan sejuta rahasia besar dalam hidupnya yang hanya diketahui o...