Bab 1

14.1K 993 11
                                    

Bab 1
Kehidupan ku

Aku kembali tersenyum melihat seorang wanita yang tertawa melihat layar ponselnya, ia terlihat bahagia begitu juga aku yang tentu saja berbangga hati karena wanita itu tengah membaca komik online. Bukan karena isi komiknya, melainkan itu adalah komik buatan ku.

Ya, aku adalah salah satu komikus yang menerbitkan karyanya di sebuah website. Aku begitu senang berkhayal, buktinya sudah ada dua novel yang sudah diterbitkan dan penyebarannya juga sudah merata di seluruh Indonesia. Ah, tadinya aku tidak ingin sombong, ini hanya sekedar informasi saja.

Tahun ini aku mencoba untuk melebarkan sayap ke website komik, berbekal keahlian menggambar yang sebenarnya tidak bagus-bagus amat aku mendaftar hingga akhirnya diterima.

"Kenapa senyum-senyum, Mba?" tanya wanita itu tiba-tiba, membuat beberapa pasang mata yang berada di dalam kereta listrik menatap padaku.

Aku sedikit terkejut, "Emh, enggak ... sepertinya kamu menikmati bacaan mu" jawabku jujur.

Dia melirikku, lalu memasukkan ponselnya ke dalam tas. "Mencurigakan" gumamnya.

Astaga, rasanya ingin sekali aku berkata kasar padanya dan berteriak jika komik yang kamu baca itu adalah hasil karyaku, aku penulisnya! Ah, tentu saja ini akan membuat orang-orang terganggu.

"Maaf" pintaku, menggeser bokong sedikit menjauh dari wanita galak yang menyukai karyaku!

Tak lama ponselku bergetar, notif chat grup membuat ponsel ku lemot. Tentu saja ini dari grup pembacaku, tanpa mereka tau secara diam-diam aku masuk ke dalamnya dengan menggunakan nama samaran. Bukan tidak ingin identitas ku ketauan, aku hanya ingin tau bagaimana reaksi mereka setelah membaca karya milikku.

- Chat Grup -

SenjaSore : Apa kalian sudah baca episode Minggu ini?

Kharisma : Wah, sudah diupdate kah? Aku belum mengeceknya

Bilibili : Astaga!! Kenapa aku terhipnotis senyuman Alvaroooo

SenjaSore : Tidak, aku menyukai Kevinn ❤ dia manis sekali

GinaYura : Kalian semua spoiler!!

Aku terkekeh membacanya, mereka menikmati setiap konflik dan karakter yang aku buat dan karena hal ini aku selalu bersemangat untuk terus update.

***

Aku masuk ke dalam rumah dengan lesu, perjalanan menggunakan KRL sungguh sangat menyiksa lahir dan batin. Butuh waktu dua jam hingga akhirnya sampai kantor, begitu juga sebaliknya.

Menulis atau menggambar bukan menjadi pekerjaan tetap, ini hanya hobi yang menghasilkan. Sedangkan kehidupan ku diwarnai oleh setumpuk kertas berisikan jadwal atasan! Ya, aku salah satu sekertaris di salah satu perusahaan swasta di Jakarta.

Beginilah setiap harinya, aku harus berangkat jam 5.30 dan tiba di rumah disaat adzan isya, sungguh melelahkan bukan?

Tenang saja, aku pandai dalam membagi waktu juga mengumpulkan sisa-sisa tenaga untuk menulis atau menggambar.

Sambil meregangkan otot-otot kaki, aku merebahkan tubuhku di atas sofa. Malam ini sepertinya aku tidak usah mandi lagi, perkejaan hari Senin di kantor cukup membuatku kelelahan.

Tanpa sadar mataku terpejam sangking lelahnya. Namun otakku rasanya bekerja begitu keras hingga ide-ide untuk melanjutkan web comic berseliweran membuatku bangun.

Aku membuka mata, seraya mengambil secarik kertas yang selalu tersedia di meja, karena sang ide bisa datang kapan dan dimana saja. Segera ku tuangkan sketsa kasarku di sana.

Sepertinya genre romance, komedi masih menjadi daya tarik dari para pembaca yang kebanyakan wanita. Oh, tentu saja aku memasukan karakter yang membuat siapa saja akan jatuh cinta setelah membacanya apalagi jika mereka ikut juga membayangkan menjadi sang tokoh utama bernama Mikaela dipastikan akan terbawa perasaan. Namun bukan penulis namanya jika tidak bisa membuat hati pembaca terombang-ambing, begitu pula denganku yang akan siap setiap saat untuk memasukkan konflik kedalamnya.

"Aih, jika aku jadi Mikaela maka aku akan marah pada si penulis yang membuat dirinya terpuruk, hahaha" kekehku saat ide malam ini ku tuangkan dalam secarik kertas.

***

Seperti biasanya, bunyi alarm membangunkan ku untuk segera memulai aktivitas. Aku hidup sendiri di Kota sebesar ini untuk bekerja, sedangkan kedua orangtuaku tetap berada di Bandung.

Sudah hampir sembilan bulan rasanya aku tidak pulang dikarenakan pekerjaan, juga rasanya aku malas sekali untuk melakukan perjalanan jauh meskipun hanya menghabiskan waktu empat sampai lima jam saja. Kalian pasti tau bagaimana padatnya jalan jika akhir pekan, apalagi Bandung merupakan destinasi utama para penggila belanja dan kuliner.

Ah, menembus Jakarta dengan menggunakan KRL saja cukup membuatku muak. Aku ingin pindah dari sini, tapi mama tidak mengijinkan karena rumah yang aku tempati ini adalah peninggalan nenek. Ada bagusnya juga, berkat ini aku tidak mengeluarkan uang untuk membayar kos atau kontrakan rumah. Ya, semakin bertambah umur, perhitungan ku juga semakin tajam.

Jam dinding rumah berdentum sebanyak lima kali, ini pertanda jika aku harus segera berangkat menuju stasiun atau tidak aku akan terlambat datang ke kantor hingga habislah uang makan ku dipotong.

Setelah melewati perjalanan yang cukup menguras tenaga, batin juga otak akhirnya aku sampai di kantor jam 07.25 seperti biasanya, tidak ada kata terlambat meskipun kini badan serasa bau ngengat!

Dengan berjalan santai aku melangkah menuju ruang kerjaku yang letaknya tentu saja di depan ruang Bos. Selain menjadi sekertaris, aku juga merangkap alarm jika istri Bos datang ketika sang selingkuhan tengah berada di dalam ruangan. Ini adalah hal paling menjijikan dalam pekerjaan yang aku lakukan demi bertahan hidup.

Mungkin orang-orang disini tau bagaimana sikapku? aku hanya bisa menyenangkan jika tengah bersama orang dekat. Jangan ditanya kepopuleran ku di kantor ini, malaikat juga tau aku salah satu wanita yang belum mempunyai pasangan bahkan berpacaran pun belum. Hidupku sudah sibuk dengan pekerjaan dan hobi yang menghasilkan.

***

"Ibu Sonya, maafkan saya. Pak Tama sedang tidak ada ditempat, saya yang keliru melihat jadwalnya hari ini" ucapku berusaha setenang mungkin mengahadapi istri dari Tama, bos kegenitan yang sudah selama empat tahun menjadi atasanku.

"Kamu ini seperti anak magang saja, masa iya jadwal atasan sendiri bisa salah? Sekali lagi saya memergokimu melakukan kesalahan seperti ini, jangan harap tahun ke lima kamu bisa tetap di posisi ini!" ancamnya sambil menunjuk tepat ke arah wajahku, lalu pergi tanpa dosa.

Astaga! Seandainya saja aku tau jika jalan hidupku seperti ini, tidak akan pernah aku terima pekerjaan ini sedari awal! Argh ... sepertinya jika aku bisa menulis jalan hidupku sendiri, sepertinya akan berjalan mulus sesuai dengan apa yang aku inginkan.

Aku melirik jam yang melingkar dipergelangan tangan kiri, waktunya istirahat. Aku harus makan dan mengisi kembali tenaga, pura-pura kuat itu butuh banyak makan!

***



To be continued

TRAPPEDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang