Tema: Hidayah
Judul: 🤔
Oleh : DoubleARAPada suatu malam, di dalam gelap. Ada seorang yang tengah tertunduk. Dengan upluk yang hitam nan bau.
Dia adalah seorang lelaki, itupun kata temannya yang sekarang tengah menatapku dengan sebelah tangannya yang tengah memegang celurit.
"Kami hanya ingin mencuri, aku mohon. Izinkan kami mencuri, walau hanya dapat sebelah spion motorpun kami tak apa." ucap panjang lebar si Celurit.
Aku terdiam, mengernyit. Dan kembali melihat si upluk hitam yang masih tertunduk.
Ada sedikit merinding yang kurasa. Tapi, aku enggan bertanya lagi.
Dan, tapinya lagi. Rasa penasaran yang memang sudah akut ini memaksaku untuk kembali bertanya.
"Sebentar-sebentar. Mengapa kawanmu itu hanya berdiam saja? Ada apa dengannya?" tanyaku sembari mengernyit dan me-standarkan motorku.
Lelaki bercelurit itu langsung melihat kearah kawannya, dan ia pun ikut mengernyit.
"Dia ... " lelaki bercelurit itu langsung menatapku dan berjalan kearahku.
Sedikit rasa terkejut hingga tak terasa aku sudah duduk di pertengahan jok motorku.
Samar-samar bau balsam tercium di indra penciumanku. Segar rasanya.
"Dia, sedang kehausan. Kecapean juga, dia abis puasa sunah dan belum buka walau untuk minum seteguk pun." lagi-lagi aku mengernyit dibuatnya.
Siapa mereka sebenarnya? Malaikat kah?
Malaikat?
Oke, malaikat maut baru masuk akal.
"Lalu?" tanyaku sambil mengernyit aneh.
"Hmmm ... " lelaki itu mundur satu langkah dan dengan begoknya ia berfikir ditengah jalan yang minim penerangan.
Lama, masih lama, dan lama sekali ia berfikir.
Aku melihat arlojiku, sudah setengah sembilan, dan lelaki Celurit itu masih juga berfikir.
Orang gak bisa mikir so so-an mikir, ya gini dah jadinya, gerutuku dalam hati.
"HALAH!" suara keras dan nyaring itu langsung membuatku terkaget begitupun si lelaki Celurit itu.
"Anjir setan!"
Lelaki berupluk hitam dan bau itu langsung mendongakan kepalanya, kulitnya terlihat kumal tapi ... Sepertinya dia berada dibawahku umurnya.
Oh, yaampun ... Benarkah dia berondong? Hatiku langsung berdebar.
Kelainanku kalau bertemu berondong pasti begini, ya Tuhan, kapanlah aku sembuh. Aku memijit pelipisku.
"Mbak, punya minum enggak?" aku tersentak dan langsung menatap lurus kearah lelaki itu.
Aku masih terdiam, menatap wajahnya yang kucel dan aroma ... Aroma yang ternyata kalau dari dekat tercium aroma kayuputih.
Sebenarnya mereka itu siapa? Perampok apa bapak-bapak aromaterapi? Aku mengernyit, masih dengan menatap lelaki itu.
Kalau saja wajahnya dicuci, bening dah tuh muka. Aku menyokong daguku, masih menatap pemuda yang sepertinya ... Geram kah?
"Mbak!" sentak pemuda itu langsung membuatku mengerjapkan kedua bola mataku.
"Eh, i-iya, kenapa?" kenapa aku jadi gugup begini? Sialan.
"Ck, sudahlah kawan, kayaknya mbak-mbak ini oon," ujar si Celurit itu. Aku langasung membolakan kedua bola mataku. "Tadi juga gue udah minta kaca sepionya atu, enggak dikasih. Apalagi ini, minta air aqua pun enggak di kasih, oon kan?" cakap lelaki itu.
Dan pemuda berupluk itu menatapku.
"Mbak, coba deh lihat bibir saya." aku langsung mengerjap dan menatap bibir si Upluk.
"Pecah-pecahkan?" ujarnya dan akupun mengangguk.
"Ada air enggak mbak?" akupun langsung menggelengkan kepalaku.
Mereka berdua langsung berdecak.
"Udah air enggak ada, kaca sepion ternyata cuman punya atu ... Dah mbak-mbak, idupmu itu melarat pisan, silahkan deh lanjutin perjalananya, nanti-nanti pulangnya jangan kesorean mbak. Anak gadis enggak baik pulang hampir larut gini, dan oh ya mbak, " lelaki Celurit itu memegang pundakku dan berbisik.
"Semoga dapet hidayah yah mbak, biar enggak oon-oon banget." aku langsung terdiam ...
Mereka langsung pergi dengan decakan dan meninggalkan bau wewangian yang ... Menurutku sangat anu.
Sialan, gue kena kacang.
YOU ARE READING
Kompilasi Cerpen #HIDAYAH
Short StoryKumpulan cerpen bertema Hidayah dari member Studio Kita (officialpenuliskita)