Selamat membaca
~~~
Aku berjalan pelan. Menunggu Risma yang masih berada di parkiran dan juga mengulur waktu sampai di kelas.
Mataku menangkap sosok Maya yang diam sembari menyilangkan tangan di depan dadanya. Bersama ketiga 'pengikut' yang selalu ngintil kemana pun gadis itu pergi.
Aku sedang tak mood berurusan dengan mereka, sungguh. Bukan karena aku takut, tapi ucapan mereka mampu membuat luka tentang Iqbal kembali mengusik lagi.
"Hanum?" kata Maya saat aku belum sampai di depan mereka. Aku tatap balik mereka tajam. Jika sudah begini mereka akan mencari sensasi.
"Gue peringatin sama lo. Gak usah deket-deket sama Iqbal. Dia itu udah jadi milik gue! Lo kan yang minta sama Abi buat bikin Iqbal satu kelompok sama lo? Ngaca dong! Lo siapa Iqbal siapa!" Aku menghembuskan napas berat.
"Gue lagi gak mood berurusan sama kalian." Maya mendorong bahuku. Maya maunya apa sekarang? Aku benar-benar tak ingin berurusan dengan gadis ini.
"Tolong jangan jadi cewek murahan. Lo gak mau kan disebut PHO?" Aku tertawa mendengar ucapan Devi.
"Lo mau nyebut gue PHO? Bukannya yang pantes disebut PHO itu Maya?"
"Jaga omongan lo!"
"Udah ya. Gue sibuk. Gue mau ke kelas."
Aku merasakan tangan seseorang menahan langkah kakiku. Aku berbalik dan kembali menghadap Maya. Kuperhatikan wajahnya, gadis itu sepertinya marah.
"Lo ngomong apa tadi?"
"Apa omongan gue salah? Lo emang PHO kan? Gak mungkin hubungan gue sama Iqbal berakhir kalo gak ada yang ngerajut duri diantara tali yang udah ngikat kami." Tuh kan emosiku tersulut.
"Dasar cewek gak tau diri!"
"Gue? Serius?" Kulihat tangan Maya sudah mengayun, gadis ini akan menamparku. Aku reflek menutup kedua mata, kurelakan kedua pipi ini menjadi korban kebengisan tangan Maya.
Satu detik
Dua detikTunggu, kenapa tangan Maya belum menyentuh pipiku? Kubuka mata pelan.
"Tolong jangan ada kekerasan." Iqbal? Sedang apa dia.
"I.. Iqbal. Kamu-" Iqbal melepaskan pegangannya dari tangan Maya. Ia menatap gadis itu lekat.
"Jangan ada kekerasan, May. Aku gak mau kamu harus masuk BK karena nampar Hanum."
Aku diam, rasa sakit itu sedikit terungkit. Kutatap punggung Iqbal yang berada di hadapanku.
"Tapi Hanum yang mulai duluan."
"Gue gak akan begini kalo lo gak mulai." kataku membela diri.
"Ada apaan nih?" Kulihat Risma yang baru saja datang.
"Gak ada apa-apa. Ayo ke kelas." Kutarik tangan Risma. Membuatnya mau tak mau harus mengikuti langkahku.
"Lo kenapa?" Aku diam. Mencoba tak menggubris pertanyaan dari gadis berambut sepunggung ini. "Hanum?"
Apa yang harus kujawab? Jawabanku malah mungkin akan membuat luka yang kuobati terungkit lagi.
Aku memilih tetap bungkam, membiarkan Risma terus menatapku penasaran. Kami berdua berjalan sampai ke kelas tanpa adanya pembicaraan seperti biasa.
Aku membanting tasku, kemudian membenamkan seluruh wajahku pada benda itu.
"Hanum," katanya. Aku menoleh. "Lo gak apa-apa, kan?" Aku menggeleng.
KAMU SEDANG MEMBACA
Again (Muhammad Iqbal)
FanfictionSUDAH TERBIT! [COMPLETED] Cinta pertama itu susah dilupain. Sama kayak senyum lo yang selalu bikin gue ada di atas angin.