Part 1: Kaget

12 3 1
                                    

Fayra yang dulu sudah jauh berbeda dibandingkan dengan Fayra yang sekarang.

"Pagi sayang" mama Dina menyapa Fayra.
"Pagi, mam" Fayra membalas sapa mamanya.

"Lho gak salah ini, kamu mau berangkat sekolah pake jilbab?" tanya mamanya penuh keheranan.

"Iya, ma," jawab Fayra dengan singkat.

"Apa kamu nanti gak gerah,Ra?"
Mama Dina kembali bertanya pada Fayra.

"InsyaAllah gak gerah kok,ma."
Fayra menatap sedih mamanya

"Yaudah deh terserah kamu." Mama Dina sangat bingung dengan perubahan Fayra. Tapi ia juga tidak bisa menolak keputusan Fayra untuk menggunakan jilbab.

***

Fayra melewati pergola sekolah saat akan menuju kelasnya.
Banyak pasang mata yang melotot saat Fayra melewati pergola.

"Eh...tumben Fayra pake jilbab, biasanya Fayra cuma pake jilbab saat dia akan lomba tilawah aja. Kenapa dia sekarang pake jilbab?"
tanya Rani pada Naura.

"Gue gak tau lah, mending kita samperin Fayra aja."
Kemudian Naura menggandeng Rani untuk menemui Fayra dikelasnya.

"Lo kenapa tiba-tiba pake jilbab?" tanya Naura pada Fayra.

"Sakit lo ya? Apa mau lomba ngaji?" Rani juga bertanya pada Fayra.

"Iya gapapa," jawab Fayra singkat.

"Yaudahlah gak penting juga, males gue bahas jilbab." Naura mulai menunjukkan kebosenannya.

"Daripada kita disini cuma bahas jilbab lo yang gak penting itu mending kita ke lapangan basket aja." Naura mengajak Fayra dan Rani ke lapangan basket.

Setelah sampai di lapangan basket, Naura dan Rani sibuk bermain bola basket.

"Tangkep bolanya, Ra!" Rani melihat Fayra yang hanya duduk di pinggir lapangan bola basket, lalu melempar bola basket ke arah Fayra.

"Nih" ucap Fayra sambil melempar kembali bola basket ke arah Rani.

"Ayo main, Ra!" ajak Naura pada Fayra.

"Ayolah...udah lama banget kita gak main bareng!" Rani menarik tangan Fayra.

"Males" ucap Fayra singkat.

Tettt...tettt..tettt

"Udah masuk nih." Rani yang mendengar bel masuk kelas lalu mengajak kedua temannya untuk masuk kelas.

****

"Lo merasa Fayra berubah gak sih?" tanya Naura pada Rani sambil melirik Fayra yang duduk di seberang bangku mereka.

"Jilbab?" Rani malah balik bertanya pada Naura.

"Sikapnya tadi agak aneh deh." Naura mulai mengeluarkan pendapatnya.

"Biasa aja, mungkin lo yang berlebihan." Pendapat Rani dan Naura berbeda. Rani tidak merasa aneh pada diri Fayra.

" Tadi waktu kita ngajak Fayra main basket, ehh si Fayra gak mau dan cuma bilang males." Tampaknya Naura benar-benar merasa aneh dengan perubahan Fayra sekarang.

" Mungkin Fayra emang lagi males,Na." Rani memang tidak merasa aneh pada perubahan Fayra.

"Menurut lo kata males yang keluar dari mulut Fayra tadi cuma alasan apa...." Naura belum selesai berbicara, tiba-tiba Ibu Ama mendatangi bangku mereka berdua.

"Sudah selesai ngobrolnya?" Bu Ama bertanya pada Rani dan Naura karena sedari tadi mereka hanya asyik ngobrol dan rupanya mereka tidak sadar dengan kehadiran guru geografinya itu.

"Emm...maaf, bu" ucap Rani kaku. Rani benar-benar kaget dengan kedatangan guru geografinya itu.

Setelah pulang sekolah, Rani dan Naura mengajak Fayra untuk jalan-jalan ke mall. Nongkrong di mall memang sudah menjadi kebiasaan mereka semenjak mereka bertemu di bangku kelas sepuluh.

Mereka menghabiskan waktu di mall tak hanya satu jam namun berjam-jam, dari setelah pulang sekolah sampai habis isya.

Maklum saja, mereka bertiga adalah anak konglomerat dan serba punya. Mama-mama hitz mereka juga tergabung dalam geng sosialita yang sama.

" Ra, mau gak kalau habis ini kita ke mall?" ajak Rani pada Fayra.

"Emm." Fayra masih mempertimbangkan dengan baik ajakan Rani untuk pergi ke mall.

"Ayo dong, udah lama banget kita gak ke mall." Naura mulai merayu-rayu Fayra.

" Emm." Fayra masih mempertimbangkan ajakan kedua temannya itu.

" Bukannya mall itu tempat favorit lho, ayolah!" Rani masih membujuk keras Fayra.

" Iya tapi itukan dulu." Fayra mencoba menjawabnya dengan jujur. Memang dulu mall merupakan tempat favorit Fayra. Tapi sekarang tempat Favoritnya bukan mall lagi tapi masjid.

"Maksud lo?" Rani kaget dengan jawaban Fayra. Rani masih tidak mengerti dengan jawaban Fayra. Secepat itukah Fayra dapat mengganti tempat favorit di hatinya.

" Sekarang gue udah gak suka ke mall." Fayra mencoba untuk berbicara jujur. Sekarang memang kenyataannya Fayra sudah tidak suka lagi nongkrong di mall karena menurutnya hanya akan menghabiskan waktu dan uang saja.

"Lo emang udah berubah, Ra." Naura heran dengan perubahan Fayra. Secepat itukah Fayra berubah? Hanya dalam kurun waktu 2 minggu saja Fayra dapat berubah.

" Maaf aku mau ke masjid dulu, assalamu'alaikum," ucap Fayra meninggalkan kedua temannya.

Rani dan Naura tak menjawab salam Fayra. Rani dan Naura masih memandangi punggung Naura yang jaraknya tidak terlalu jauh.

" Fayra udah gak solid lagi sama kita." Naura seperti memprovokasi Rani yang sepertinya belum sadar akan perubahan Fayra.

" Jangan begitu, yuk kita pulang." Rani memang masih belum percaya dengan perubahan Fayra.

Hijrahlah dari keburukan menuju kebaikan



Penantian Berharga Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang