Pemakaman

41 5 2
                                    

“Aku menatap peti jenazah, dan memeganginya. Begitu dingin hingga kedua tanganku tidak sanggup untuk menyentuhnya. Sebatas memandanginya. Sebuah pemakaman dan orang-orang disekitarku, mungkin aku tidak takut akan kematian lagi, itu semua karena seorang laki-laki yang telah hadir menemani kesendirianku, Ame - Mawar”

“Pemakaman?” gadis bergaun merah tersebut mengerutkan kedua matanya.

“Aku akan pergi kesana. Kau ikut?” tanya Ame memalingkan senyum manisnya.

“Ehm...Aku akan ikut.”jawabnya.

Mereka mengitari jalan setapak utama yang penuh dengan rerumputan, memisahkan diri dari bangunan kuno tersebut. Ame dan gadis tersebut kembali mengambil jalur berumput yang tidak terlalu panjang, akan tetapi rintihan hujan mulai membasahi keduanya, menerpa wajah mereka. Setidaknya, mereka tahu jika hujan tidak begitu lebat dan hanyalah sebatas rintikan kecil.

Sesampai di tengah pemakaman kota, mereka cukup beruntung menemukan ruang kosong, lalu diam, dan menunggu segerombolan orang membawa peti jenazah di atas tanah pekuburan tersebut. Benar saja. Segerombolan orang mulai memasuki pemakaman tersebut.

Keduanya memandangi peti jenazah yang masih tertutup rapat tersebut sedikit lebih lama. Pemakaman itu mulai dipenuhi orang dan pengusung menggotong peti jenazah dengan hati-hati karena tahu bahwa tanah tersebut licin akibat rintikan hujan.

Dalam rombongan tersebut, tiga orang berpakaian serba hitam telah menarik perhatian gadis bergaun merah tersebut. Bukan karena gadis itu mengenalnya, namun mereka bertiga membawa sebuah bunga yang gadis itu rindukan. Mawar.

Para pengusung mulai menurunkan peti jenazah pada lubang berbentuk persegi panjang yang telah disediakan. Gadis tersebut menyentuh tutup peti. Rasanya begitu dingin, yang membuat gadis itu harus cepat-cepat menarik tangannya. Kemudian, orang-orang menguburkan peti tersebut hingga tidak terlihat. Orang-orang disekitar mulai menundukkan kepala dan memejamkan mata dipimpin oleh seorang pendeta dengan pembacaan doa. Semaunya tampak begitu khusyuk.

Setelah semuanya selesai, orang-orang berlalu dengan cepat, menantang genangan air berlumpur untuk kembali ke tempat mereka masing-masing, meninggalkan peti jenazah dengan makhluk tidak bernyawa itu sendirian. Benar. Tugas mereka telah selesai. Sekarang waktunya melanjutkan hidup.

Gadis bergaun merah tersebut tetap tinggal di pemakaman hingga pelayat terakhir pergi. Tentu saja gadis tersebut ditemani oleh Ame. Sambil melangkah lebih dekat, gadis tersebut memusatkan perhatian pada gundukan peti jenazah. Pikirannya kini tertuju pada nasib yang akan terjadi pada mayat tersebut. Sendirian.

“Aku tahu apa yang kau pikirkan. Jangan takut Mawar, bukankah tiap makhluk yang hidup akan mati?” ucapnya.

“Kau benar. Aku bahkan tidak takut lagi dengan kematian, Ame. Selama ada kau, apa yang perlu kutakutkan?” ucapnya.

Gadis bergaun merah tersebut mendekat pada seorang laki-laki di depannya. Memandanginya, menatapnya tanpa berkedip selama beberapa detik. Kini, tatapannya tertuju pada senyum manis laki-laki tersebut. Senyuman yang mampu membuatnya melupakan beban dan kesendirian dalam hidupnya. Bibir tipis berwarna merah muda, dengan lesung pipi, cukup untuk menggambarkan betapa manisnya laki-laki tersebut. Kulit putih pucatnya seperti mengingatkannya pada seseorang yang pernah tinggal di hidupnya. Sepertinya memang benar. Tapi, gadis itu mungkin saja telah melupakannya.

“Katakan padaku. Apakah kau akan meninggalkanku sendirian?” tanyanya pada seorang laki-laki di depannya.

“Bagaimana mungkin” ucap Ame dengan senyum khasnya.

“Kau janji?” tanyanya.

Laki-laki tesebut memegang kedua tangan gadis di depannya, dan semburat matanya mengatakan, “Aku janji”

“Mau ikut denganku?” ucapnya pada gadis bergaun merah tersebut.

Angin mengepakkan tepi pakaian mereka dan meniupkan rambut ke wajah keduanya. Hujan mulai reda, ketika mereka berjalan menjauhi pemakaman. Tidak butuh waktu lama bagi gadis bergaun merah tersebut untuk menerima kenyataan bahwa dia harus berpisah dengan raganya.

Ame, Where are You?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang