“Mungkin, Aku akan menyukai tempat ini. Tempat yang begitu nyaman, tenang, dan bahkan Aku bisa melupakan kematian yang selalu menghantuiku. City of Love. Apakah benar adanya? - Mawar”
“Ame, tunggu aku” ucapnya.
Laki- laki tersebut lalu membalikkan wajahnya dan semburat senyuman kini telah menghiasi wajahnya.
Jujur, Mawar sangat menyukai laki- laki itu ketika tersenyum. Bagaimana tidak? Senyuman manis dengan kedua lesung pipi mampu membuatnya melupakan kesedihan dan penderitaan untuk sesaat.
Laki- laki itu kini berjalan mundur ke arah Mawar. Dia tahu bahwa Mawar mungkin saja belum terbiasa dengan The Hollow City. Namun, laki- laki tersebut yakin bahwa di Hollow City inilah Mawar akan menemukan cinta sejati yang akan membawanya kembali dan menghilangkan kematiannya.
Setelah berada di depan gadis di depannya, Ame mulai memegang tangan gadis tersebut dan membawanya melangkah masuk ke Hollow City.
“Ame, apakah orang- orang disini bisa melihatku? Di duniaku sebelumnya, bahkan orang tuaku tidak bisa melihatku” pungkasnya.
“Kau tahu? Semua orang disini sama sepertimu. Jiwa mereka semua terpisah dari raga mereka. Kau tidak perlu takut. Mereka sama dengan kita. Seseorang yang mencari harapan untuk bisa kembali ke dunia awal. Mawar, bukan hanya kau yang menyimpan kesedihan ini. Aku, kau, dan setiap orang disini mempunyai kesedihan yang sama. Itulah mengapa aku membawamu kesini. Hollow City. The City of Love. Apa kau sudah mengerti sekarang?" Tanya Ame memandang wajah gadis di depannya.
Seketika itu, perasaan Mawar berubah menjadi hangat. Dia merasakan aura yang berbeda. Aura dan perasaan yang sungguh sangat tenang namun menghangatkan.
Entah, kenapa suara laki- laki di depannya telah berhasil membuatnya merasakan nyaman dan menghilangkan kesedihan yang telah membunuhnya perlahan.
“Maafkan aku Ame. Sekarang aku mengerti kenapa kau membawaku kesini. Terima kasih telah peduli dan maaf karena aku tidak memahamimu. Aku terlalu egois jika aku berpikir bahwa hanya akulah yang menderita. Padahal, kau sudah lama disini menahan kesedihan bersama orang- orang di Hollow City” ucap gadis tersebut seraya mengeluarkan tetesan air matanya.
“Tidak. Itu bukanlah kesalahanmu. Kau bahkan pantas untuk menangis dan melampiaskan rasa sakit ini. Menangislah sekarang jika hal itu akan membuatmu lega” ucap Ame seraya memeluk tubuh gadis mungil di depannya.
“Andai saja kau ingat semuanya Mawar. Namun, aku harap kau tidak mengingatkan karena itu akan membuatmu lebih menderita” ucap Ame dalam hati.
Gadis tersebut tersebut kini hanyut dalam kesedihannya. Namun, ia sangat bersyukur karena dia telah menemukan seorang laki- laki yang selalu menjaganya. Seorang laki- laki yang bahkan tidak dikenalnya sama sekali.
Tapi, entah. Dia merasakan hal yang beda. Gadis itu merasakan bahwa pelukan ini bukanlah pelukan beberapa kali yang telah diberikan laki- laki tersebut kepadanya. Ya, ia merasakan bahwa ia merindukan pelukan tersebut untuk waktu yang lama. Namun kapan?
Matahari kini telah menunjukkan wajah cerahnya. Panas matahari yang menyengat dan menusuk kulit gadis dan laki- laki tersebut secara tidak langsung mengusir mereka dari perbatasan Hollow City. Mereka mulai melangkah dan melangkah hingga akhirnya berada di sebuah rumah yang sederhana namun tampak kuno.
Rumah tersebut tersusun dan berjajar- jajar. Setiap rumah dibatasi oleh sebuah pohon mapel namun belum cukup besar. Tidak semua rumah tersebut berpenghuni namun tidak menjauhkan dari kesan ramai.
Kini, gadis tersebut tidak melihat sesuatu yang aneh dari kota tersebut. Yah. Setidaknya, kota tersebut sama dengan kota sebelum dirinya mendapatkan tragedi yang sungguh menakutkan.
Jejeran pohon mapel, jejeran rumah dengan pemiliknya, hingga bentangan sungai yang sangat luas sudah cukup untuk menggambarkan jika kota tersebut masih begitu asri.
Gadis itu berjalan meninggalkan laki- laki yang telah membawanya dan menuju pada sebuah sungai yang begitu luas. Ia mengambil tiga butir batu kecil dan membuangnya pada sungai tersebut.
“Plung” Suara batu kecil yang telah berhasil ia jatuhkan pada sungai yang tenang tersebut.
Kemudian, ia mulai membuang butir batu kedua,dan sebelum membuang butir batu yang terakhir, entah kenapa hati kecilnya mengatakan bahwa ia harus membuat permintaan.
Gadis tersebut lalu memenjamkan kedua matanya. Ia mulai memikirkan sebuah hal dan mulai berbisik dalam hati, “Kuharap, aku bisa hidup untuk kedua kalinya bersama orang yang sangat kucinta”.
“Apa yang kau lakukan?” tanya Ame mengagetkannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ame, Where are You?
RomanceMalam itu begitu pekat, sunyi, dan tidak ada sumber cahaya di matanya. Entah, apa yang sedang dipikirkan perempuan bergaun merah itu. Ada sebuah lilin di pangkuannya. Dia menatap kosong sekitar sampai bayangan laki- laki datang menghampirinya. "Ame...